Skip to main content

FML: Fuck My Life, Fuck All My Lies

· 3 min read
Muhammad Farid
Summary

Detik berdetak memetik keheningan Senin sore ini.

Kenestapaan harus tetap diterima, tidak peduli seberapa pedih yang kau rasakan. Apa yang kau takutkan dari dunia ini? Apa yang kau harapkan dari semua yang ada pada semesta ini? Serta apa yang kau takutkan? Aku sadari bahwa kematian bukanlah hal yang menakutkan. Namun perjalanan serta ancaman menuju kematian lahh yang membuat kita enggan untuk mendekatinya. Setelah mati, apa yang terjadi? Nothin'. Patah hati bukanlah hal yang harus kita hindari. Yang kau hindari adalah realita bahwa kini kau hidup pada kenyataan, mengeluarkan dengan paksa mimpi-mimpi yang kau tabur di dalamnya. Sudah berapa banyak impian dan bualan yang kau simpan selama ini? Maka rasakanlah sekarang kenyataan bahwa hati penuh dengan kehampaan dan isi yang semu. Kini kau tidak lagi bisa membedakan mana dirimu yang sebenarnya? Apakah pria yang senang berdialog dengan cermin? Atau malah senang berdialog dengan manusia dengan mulut yang manis penuh kedustaan? Bahkan kau sendiri pun tidak bisa mengendalikan itu. Yang bisa kamu kendalikan hanyalah sebatas bayang-bayang orang lain dan bisa kau kendalikan secara penuh seperti apa saja yang kau suka.

Kamu mengira kau adalah daun, nyatanya kau lahh api yang membara. Kau pun serigala dalam domba, menyimpan sifat busukmu di dalam bunga yang selalu kamu banggakan. Aku mohon kepadamu, hiduplah di masa sekarang dan tetaplah hidup. Jangan ingin hidup di masa depan, namun kau ingin mati di masa sekarang. Logika bodoh macam apa itu? Sadarlah wahai Adam, kau tidak akan diingat oleh siapapun. Ada yang diingat oleh orang lain kepadamu, yaitu kemunafikanmu. Persetan dengan hidupmu, mati saja tidak ada yang akan menangisimu. Sadarlah wahai Adam, yang kau tempati ini dunia, bukanlah film yang sehabis konflik munculah resolusi. Habis gelap terbitlah terang itu hanya untuk surat Kartini. Hidupmu akan selalu gelap dan terbitlah badai yang siap menghancurkanmu. Bangunlah wahai Adam!

Terimalah sifat pengecutmu, ambilah kenyataan yang kotor, kau ini sungguh telah berlumuran dusta dan dosa. Tidak ada yang pantas dan mau untuk menerimamu. Maka mohon dengan sangat terimalah. Kau pun telah belajar bahwa setiap pertimbangan hidup harus selalu memilih kemungkinan terburuk. Jika dalam hidupmu selalu mengambil yang terburuk, apa yang kau harapkan? Apakah itu akan jadi baik? Tidak. Sekali lagi aku tegaskan tidak. Kotor tetaplah kotor seperti dirimu sekarang. Maka mohon dengan sangat terimalah. Kau pun mengatakan keluh kesahmu pada dunia, namun kau lupa bahwa bumi ini tidak memiliki pendengaran. Tak perduli bagaimana keadaanmu, yang jelas adalah dirimu ini yang hina.

Terakhir pilihannya hanya tersisa satu: kau harus bangun, hidup, dan terima keadaanmu. Jangan kau ingin lari dari dunia ini, karena kau sudah terperangkap. Jangan ingin kau mati, karena itu akan sia-sia. Walau memang kau memacu kendaraan secara tidak wajar dan harap roda lain mementalkanmu, sekali lagi tidak ada yang peduli.Jangan kau hidup saja pada mimpi-mimpimu yang fana itu, kini kau sadar kau berada di dunia yang nestapa, nyata, dan kejam. Terimalah tidak ada yang menginginkanmu. Maka mari kita hidup di kenyataan. Maaf. BUT FUCK UR LIFE, FUCK UR LIES, AND I LOVE U ALL.