Skip to main content

Butterfly Effect: Satu Kejadian Menjadikan Diriku Hari Ini

· 8 min read
Muhammad Farid
Summary

Tentu dari kita pernah mendengar tentang Butterfly Effect. Efek kupu-kupu ini adalah teori yang mengatakan bahwa satu kejadian kecil bisa berdampak pada hal yang besar di masa mendatang. Kiranya aku mempunyai banyak "andai" dalam hidup ini yang akan sangat mungkin akan membentuk diriku menjadi sosok yang lain.

Prolog

Sedikit awalan saja untuk tulisan ini. Butterfly Effect sudah dikenal sejak dulu kala dan pernyataan yang paling terkenal adalah perkataan dari Benjamin Franklin, "Tidak ada paku sepatu kuda, maka tidak ada sepatu kuda. Tidak ada sepatu, maka tidak akan ada kuda. Tidak ada kuda, kita tidak bisa menaikinya. Tidak ada yang menunggangi kuda, maka tidak ada calvary. Tidak ada calvary maka perang akan kalah. Perang kalah, maka negera hancur. Negara hancur karena tidak ada paku untuk sepatu kuda.". Cukup masuk akal untuk menjelaskan betapa berdampaknya hal kecil pada hal besar.

My Butterfly Effect

Apa yang terjadi jika aku tidak mengungkapkan perasaan kepada cinta pertamaku saat sekolah dasar? Mungkin aku anggap seterusnya menjadi orang yang pemalu. Walau aku menjadi buah bibir kelas 5 dan kelas 6 pada saat itu, aku sama sekali tidak menyesalinya. Tapi tetap saja aku menjadi orang yang suka memendam perasaan sejak itu. Apa yang terjadi jika aku menolak ajakan pacar pertama saat menembak diriku? Tentu aku mungkin selamanya tidak akan pernah merasakan yang namanya pacaran. Walau dalam benakku kalau bisa ya aku ingin menghapus dia dari list mantanku wkwkwk. Tapi sadar aku tanpanya mungkin tidak akan mengerti bagaimana treat seorang pacar. Ohh iya walau agak aneh aku pertama kali menggunakan sarung ketika ke mesjid juga saat pacaran pertamanya. Aku sering menggunakan celana panjang untuk pergi shalat ke mesjid. Aku diomeli kalau pergi ke mesjid menggunakan celana panjang, "kamu mau main apa mau shalat?". Mungkin kalau aku tidak pacaran dengan dirinya pun dia akan tetap wanita tanpa jilbab. Kalau dia menyuruh aku menggunakan sarung, maka aku menyuruh dia menggunakan jilbab.

Lalu apa yang terjadi jika aku tidak diduakan oleh pacar pertamaku? Aku tidak akan belajar untuk berani tegas pada diri sendiri. Memang bukan dirinya yang aku inginkan sejak awal. Tapi karena aku masih "tegaan" untuk menolak seseorang, maka aku iyakan. Aku berpikir, kenapa dia yang mau dan dia juga yang pergi? Dan malah aku yang seolah lebih butuh dia? Dari kejadian itu aku mulai berani jujur dengan perasaan diri sendiri. Jika iya maka iya. Jika tidak maka tidak. Ohh iya mungkin dari sana juga aku tidak akan bertemu pacar-pacarku setelahnya.

Untuk pacarku kedua, bagaimana jika aku tidak merespons Shafira saat aku sudah memiliki Syara? Hahaha tidak mungkin. Saat itu aku tidak bisa melihat masa depan hubunganku. Aku juga penasaran, kalau tanpa Shafira, bagaimana aku akan berpisah dengan Syara? Untuk kasus ini aku tidak tahu. Kalau aku tidak berani berkenalan dengan Syara pada saat telepon dirinya dibajak temannya mungkin aku tidak akan mempunyai pacar lagi.

Setelah aku ditolak Shafira, apa yang terjadi jika aku diterima olehnya? Tentunya dia akan menjadi pacar ketigaku. Aku tidak akan mengenal sepupuku sendiri yang nantinya akan menjadi pacarku. Tidak ada pacaran 5 tahun mungkin jika aku bersama Shafira wkwkwk. Tapi kenyataannya aku bertemu dengan Lina. Ehh sebelumnya bagaimana ke depannya jika aku malah memilih Alika? Waduh aku juga tidak ada pengetahuan tentang hal itu sihh. Bagaimana jadinya jika aku merasa bingung "siapa lagi yang harus gua deketin?" dan tidak berani meminta bantuan pada Fanisa? Ya sudah mungkin ya tidak ada namanya pacar ketiga, pacar 5 tahun, atau mungkin aku tidak akan pernah merasa se-depresi itu pada masa mendatang.

Apa jadinya jika Lina tidak memilih cowok lain ketimbang diriku? Mungkin aku akan menikah dengannya karena jika diingat sudah banyak yang dilalui dan dirasakan bersamanya. Aku juga sangat merasa yakin bersamanya. Tidak ada rasa depresi dan trauma yang mendalam. Tapi mungkin kesalahan demi kesalahan akan terus berlanjut sampai tak tahu arah pacaran kami saat itu.

Bagaimana jika aku menolak untuk datang ke nikahan temanku? Mungkin aku tidak akan bertemu Syara lagi yaa wkwkkw. Udah aja mentok cinta terakhir di Safana. Tidak ada lagi membonceng Syara, tidak ada lagi jalan bersama Syara. Hubunganku dengan Syara akan mentok sebagai mantan sekaligus teman saja, tidak ada HTS. Mungkin kalau aku tidak bertemu Syara pun aku tidak akan bertemu Griszha.

Apa yang terjadi jika aku tidak meninggalkan komentar di postingan Reihan dan Khansa? Tentu aku tidak akan bertemu Griszha. Hubunganku dengan Syara sepertinya akan longlast yaa. Karena komentarku itu aku ditawarkan untuk berkenalan dengan temannya Khansa: Shafa, Fiza, Laras, Indri dan Griszha itu sendiri. Bagaimana kalau aku hanya sekadar teman dengan mereka tanpa mengajaknya untuk berjalan? Hubunganku dengan Syara akan masih bertahan walau aku tau akan sulit tetap bertahan di HTS ini. Lalu apa jadinya jika aku tidak chat "grusak grusuk" setelah jalan dengan Griszha? Mungkin aku akan terus chat dengannya wkwkwkwk. Mungkin akan lebih dekat, tidak asing. Mungkin jika aku bisa dekat terus dengan Griszha aku tidak akan main Bumble dan bertemu Salsabila, Ayu dan juga Nanda.

Selanjutnya apa yang harus aku lakukan untuk menyiptakan kejadian besar di masa depan? Jujur aku tidak pernah merasa se-hopeless ini. Benar katanya uang tidak bisa membeli kebahagiaan dan itu sudah aku rasakan. Bisa beli ini-itu, bisa kuliah, bisa main juga. Tapi ya pikirku untuk apa aku bisa punya uang yang cukup untuk liburan tapi tidak dapat memenuhi rasa sepi yang sudah melanda. Sebenarnya aku juga ingin kembali me-rechat Syara ataupun Griszha. Tapi aku tidak mau dicap terlalu agresif sampai bikin risih. Apalagi Syara, sudah dua kali confess dan hasilnya itu tetap tidak, masa iya mau tiga kali wkwkwk. Mau sebanyak apa sihh aku harus confess ke dia walau hasil akhirnya aku tetap tidak bisa bersamanya dan dia tetap dengan pendiriannya untuk tidak menjalin hubungan? Aku ingat perkataan Ayu "Orang kalo tabiat dan sikapnya udah gitu ya akan seterusnya gitu. Orang gabisa cepet berubah Rid, apalagi lu juga tau sifat-sikap dia waktu dulu (pacaran SMP) sama sekarang (HTS) gada bedanya kan?". Baru kali ini aku berdoa meminta cepat untuk mendatangkan jodohku karena memang se-hopeless itu. Aku orang yang tipikal ingin beraksi lebih banyak karena aku juga sadar itu akan ada kausalitas di depannya. Hanya saja dalam benakku dampaknya akan lebih buruk jika aku duluan yang menghubungi mereka. Aku yang dicap agresif atau terlalu terobsesi. Memang aku ingin sekali bisa berkomunikasi dengan mereka, tapi aku tidak ingin aku yang memulai karena dampak buruk yang aku bayangkan. Setidaknya aku hanya berharap kepada keajaiban dimana Griszha bisa menyadari perasaanku yang penuh harap ini, atau Syara yang masih menyimpan rasa untukku dan dia yang confess malah.

Aku membaca kembali bacaanku tentang Quantum Zeno Effect dimana jika aku terlalu berharap maka yang aku harapkan akan lama. Aku sudah mencobanya. Tapi yang terjadi adalah yang aku harapkan tak kunjung datang :(. Umpamanya dalam tulisan itu kalau nunggu hujan sambil berharap setiap saat bahwa hujan itu akan berhenti, maka hujannya akan terasa lama. Lebih baik menunggu hujan sambil main game atau berbincang dengan teman atau tertidur. Namun yang terjadi adalah sudah tertidur lama hujan tetap turun wkwkwk. Sudah lama berharap dan menunggu ternyata tidak ada perubahan pada diriku. Griszha tetap tak bisa kuraih, Syara tetap sibuk dengan kesehariannya. Huftt aku lelah. Maka untuk siapapun kalian, jika ingin dampak besar menanti di masa depan, maka lakukanlah dari sekarang sebelum terlambat sepertiku. Ahhh aku juga ingin membuat sesuatu yang bisa berdampak di waktu mendatang. Tapi entah tidak ada hal yang bisa kulakukan pada saat ini, aku juga tidak mendapat petunjuk. Semoga saja walau bukan dari itu, akan datang wanita yang mulai make a move duluan karena aku yang dari dulu ingin make a move duluan tidak mendapat petunjuk apa-apa untuk melakukan sesuatu.

Tambahan

Aku kagum dengan perkataan Felix Siauw

"Mencintai itu mau dia bisa memiliki atau belum bisa memilikinya, pasti ada menunjukkan kecenderungan. Baik itu diingat di media sosial, menulis namanya di hastag, atau di lagu. Cinta itu punya ekspresi makanya terkadang ingin menunjukkannya secara terang-terangan ataupun secara tersembunyi. Dan cinta yang perlu pengorbanan, itu bukanlah cinta"

Betul memang di masa lalu, ketika dengar kata Mcd, aku ingat Mc Flurry. Aku ingat Mc Flurry, aku ingat Syara. Lagu "Girl like me don't cry" pun aku langsung ingat pada dirinya. Ingat Skintific pun aku langsung ingat dirinya. Banyak hal yang akan cenderung kesana jika aku melihat, mendengar atau mengingat sesuatu itu. Namun sekarang rasanya sudah pudar. Sekarang aku ingat Semarang, Undip, Fisika langsung ingat kepada Griszha. Begitu pun dengan rasa, aku terkadang ingin selalu mengungkapkannya dan terkadang ingin menyembunyikannya. Terang saat langsung face to face dan memendamnya dalam tulisan ini. Aku rela berjalan jauh mencari sana-sini untuk bertemu Syara. Aku tidak pernah menyesalinya. Aku rela menghabiskan uangku pada saat itu untuk bisa jalan Griszha dan aku juga tidak menyesalinya. Aku tidak akan pernah menyesali apapun dalam hidupku karena itu yang membentuk diriku sekarang. Diriku pada saat ini adalah hasil dari Butterfly Effect di masa lalu. Semoga saja Tuhan menunjukkan petunjuk yang besar untuk sesuatu yang besar pula di masa mendatang. Atau malah orang lain yang datang kepadaku karena Engkau gerakan agar menciptakan Butterfly Effect yang baru di masa mendatang orang itu. Semoga hal yang baik cepat datang kepadaku ya.