Saat memasuki hari yang baru, ada sentuhan yang berbeda dalam merayakan hari tersebut. Tidak ada pesta dan tawa, yang ada adalah suatu momen refleksi yang membawa diriku melihat ke belakang dan melongok ke depan. Ada suatu kebijaksanaan yang terukir di dalam kerutan di wajah ini, seperti buku catatan yang penuh dengan catatan pengalaman hidup. Umur dewasa bukan sekadar penambahan angka, tetapi suatu perjalanan yang penuh warna dan hikmah.
Kesalahan Adalah temanku
Saat kecil dulu aku sangat menghindari namanya kesalahan. Saat sekolah pun aku sangat menjauhi yang namanya blunder. Tapi dewasa kini sepertinya sudah menjadi keseharianku. Tak kusangkal kalau aku pernah terjebak jatuh dalam jurang kesalahan yang fatal. Mungkin kejadian tersebut akan menjadi kesalahan yang akan diingat sepanjang hidupku dengan rasa sesal yang tiada batasnya. Selayaknya teman yang akan bertemu setiap hari, begitu juga kesalahan, entah itu kesalahan dalam bekerja, dalam kuliah atau pun kesalahan dalam membuat keputusan hidup. Tidak banyak yang bisa ku perbuat. Nasi sudah menjadi bubur, aku tidak bisa revert kesalahan agar tidak terjadi. Yang bisa aku lakukan hanyalah menerima respons-ku terhadap kesalahan itu dan bersikap bijak agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jadi dewasa ini sudah banyak hal yang aku lalui.
Menjalin hubungan yang tidak sehat adalah kesalahan. Namun itu membuatku untuk lebih berhati-hati di hubungan selanjutnya. Memilih untuk menyembunyikan kebenaran diriku saat mendekati orang lain adalah kesalahan. Namun itu membuatku untuk percaya bahwa niat buruk akan mendatangkan hasil yang buruk juga. Terlalu tergesa dalam membuat keputusan adalah kesalahan. Namun itu membuatku mempertimbangkan banyak variabel saat memutuskan pilihan.
Mungkin tak terhitung juga berapa banyak blunder yang aku lakukan ketika bekerja. Tentunya aku sekuat tenaga dengan usaha yang maksimal untuk mencapai tujuanku dalam bekerja. Entah mengapa selalu ada saja hal yang aku lewatkan, yang aku lakukan padahal itu tidak perlu aku lakukan. Sudah banyak juga teguran dari atasanku terkait hal itu. Namun sekarang aku kuat menghadapinya. Aku selalu yakin mengapa Allah sengaja menyeretku kepada masalah dan tentu alasan itu berdampak baik bagiku. Allah juga mempunyai alasan baik mengapa Allah pernah menenggelamkanku dalam lautan rasa sesal. Setidaknya aku mengetahui lebih dulu tentang hal itu dan akan berdampak baik serta bijak di kehidupanku kelak.
Perputaran Manusia
Aku sangat takut dengan yang namanya perpisahan. Segala perpisahan itu pasti menyakitkan. Percayalah, walau mungkin dirimu sering dikelilingi oleh orang yang menjengkelkan, namun hal itu akan menjadi bagian yang berharga saat hal itu terbang bebas mengudara. Aku pun paling merasa sakit saat di perpisahan terakhir. Aku rasa aku telah memperjuangkan banyak hal, aku pikir aku sudah memberikan apapun yang aku bisa, namun tetap saja masih banyak hal yang kurang dariku. Sudah sekuat tenaga aku kerahkan untuk mempertahankan hubungan tersebut. Manusia yang berusaha, namun tetap Tuhan yang memutuskan. Mau selama apapun, mau sampai jungkir balik bagaimana pun, walau ku sebrangi samudra hingga aku telurusi gurun, jika Allah berkata "pisah" maka itulah yang akan terjadi. Tentunya perpisahan itu sangat menyakitkan dan sangat memedihkan. Ya Tuhan, apa yang kurang dariku? Apakah kau tidak mengizinkanku untuk bersamanya? Ini pasti semua salahku yang jauh dari kata sempurna. Aku kesal dengan dunia ini mengapa ia tidak berpihak pada orang yang tulus dan jujur? Hampir putus asa aku dibuatnya. Namun sepertinya, mau se-hancur apapun diriku, the life still goes on, right? Tidak ada yang benar-benar peduli dan bisa menyelamatkan diriku saat itu, kecuali aku sendiri dan Allah.
Tersambung dengan cerita awal yang aku singgung, bahwa kesalahan tersebut menyadarkanku. Orang datang dan pergi dengan cepat, tentunya atas izin Allah. Dari kejadian itu juga membuatku lebih tegar dan tabah dalam menyikap kepergian orang dalam hidupku. Aku dekat dengan Safana lalu dirinya menolak diriku, sedih iya namun yaudah itu kan memang bukan buatku. Aku dekat dengan Syara, namun satu lain hal kami tidak bisa menjalin komunikasi dan akhirnya kami "asing". Sedih pun iya, hanya saja aku ikhlas jika memang Syara bukan untukku. Aku pun pernah jatuh hati dengan Griszha. Namun sekali lagi, aku tak dapat meraihnya dan aku pun lapang untuk menerima kenyataan bahwa kami tidak bisa menjadi pasangan. Jadi ya sudah aku tidak menyesali hal itu, aku tidak menyalahkan dunia, aku pun tidak takut untuk tidak menemukan seseorang. Dari kejadian di masa lalu aku jadi belajar bahwa, "Kalau dia datang untuk kita, pasti baik. Jika tidak, pasti akan ada yang lebih baik.". Lebih baik disini mempunyai arti baik untukku dan untuk dirinya. Aku pun senang sekarang memiliki Nanda sebagai teman. In case dirinya tidak membalas lagi pesanku, itu pun tidak masalah karena aku tidak FOMO untuk kehilangan seseorang. Ditambah lagi ada Athaya, teman dari Farah yang baru aku kenal. Farah mengatakan, "Tapi dia kayanya mau balikan deh sama mantannya". Lantas kenapa? Apa yang aku takuti? Tidak ada. Lagipula aku senang menambah teman. Jika Athaya aku dekati namun pada akhirnya, tidak yasudah mau gimana lagi hahaha. Ternyata main Bumble membuatku belajar, kalau cocok pasti lanjut. kalau ngga yasudah cari lagi wkwkwk. People come and go secepat swipe left and right.
Tidak Ada Namanya Ikhlas
Sedikit aku singgung bahwa sudah sejatinya aku selalu mengeluarkan effort terbaik untuk apapun yang aku mau. Aku mau berjuang pasti ada hal yang aku inginkan alias feedback-nya. Aku tidak ingin bekerja keras sampai lembur menerima pekerjaan di luar jam kerja, kalau tidak ada benefit yang aku dapatkan. Walau hanya ucapan terima kasih dan apresiasi, pasti aku akan berjuang untuknya. Namun, apa daya tidak ada apresiasi yang diberikan leader-ku. Terima kasih saja tidak. Malah menambah banyak pekerjaan. Hello? Lalu untuk apa aku mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya itu tugas dirimu jika tidak ada bedanya? Tidak ada yang benar-benar ikhlas. Semua orang di dunia ini adalah oportunis.
Dari kejadian itu aku pun teringat bahwa aku sudah seringkali mengeluarkan effort dan ekspetasi yang sedikitnya dihargai "lebih". Namun ya tidak ada gunanya sama sekali usahaku. Aku memberikan fasilitas akun Netflix, aku berikan surprise, lalu aku belikan makan saat tidak mood. Tak lupa aku meluangkan waktu sehabis bekerja dan liburan di Bandung hanya demi dia. Tentu aku tak memberikannya secara cuma-cuma. Aku ingin dia menjadi lebih setia, romantis, dan lebih sayang kepadaku. Namun yang aku dapatkan darimu adalah sesuatu hal yang nihil, bahkan kau pergi dengan lelaki lain?
Aku pun ingat hari ulang tahunnya, aku mempersiapkan hal itu jauh-jauh hari. Mainan yang aku beli di bulan Mei, domain web yang aku sewa dan aku beli. Tak lupa meminta bantuan temanku untuk mendesain story untuknya. Ditambah aku berambisi untuk menjadi yang pertama dan utama. Sekali lagi, aku senang menerima respons darinya. Tapi hanya sesaat. Mainan tidak pernah dia mention, story ku pun tertumpuk dengan story temannya yang lain, padahal aku yang pertama, dan paling buyar adalah dirinya tidak mengingat hari spesialku. Definisi asing adalah benar-benar asing dengan melupakan segalanya pada hari itu. Apakah usahaku sejauh itu sirna hanya karena aku dekat dengan wanita lain pada saat itu? Lupakah saat aku berkeliling mall untuk mencari dirimu? Atau aku mencari alamat rumahmu?
Aku pun menjadi mengucapkan ulang tahun pada Griszha, namun tentunya dengan akun anonim. Aku mengambil keputusan itu karena aku benar-benar ingin menyatakan bahwa aku pernah mempunyai rasa padanya dan ingin menjadikan hari itu menjadi hari spesial untuknya. Hanya saja karena aku menyembunyikan identitasku jadi mungkin dirinya tidak tahu bahwa yang mengucapkan dan memberikan doa-doa itu adalah aku. Jadi sayang seribu sayang, pada saat aku ulang tahun pun ucapan darinya tidak ada.
Aku pun hampir kecewa pada Nanda, disaat aku ulang tahun dirinya benar-benar tidak ingat, walau aku pun yang pertama kali mengucapkannya. Namun, akhirnya dia mengucapkannya di tanggal 25 karena dirinya salah mengingat tanggal ulang tahunku. Aku pun bersyukur ternyata semua teman-temanku di kuliahan, teman main Jakarta, semuanya memberikan selamat padaku dan juga mendoakanku. Aku pun sangat-sangat menghargai orang-orang yang menjadikan hari itu hari spesial. Aku pun mengundang temanku untuk pergi ke mall untuk makan. Namun, sayangnya cuaca di Jakarta tidak mendukung karena hujan lebat jadi tidak ada orang yang bisa datang, kecuali Edo. Dia rela datang jauh dari Jakarta Utara ke Jakarta Selatan hanya untuk memenuhi undanganku. Tentu saja aku traktir dia makan ramen dan juga minuman serta bolu. Keliatannya seperti Gay wkwkwk tapi aku akan menghargai dia seperti dia menghargaiku, akan ku ingat selalu hal itu.
Jadi yang aku pelajari adalah memang sulit untuk ikhlas. Semua yang aku lakukan, bahkan semua orang di dunia ini ingin mendapatkan balasan yang baik. Contoh simpelnya adalah semua orang di dunia ini beribadah, terutama shalat pasti ingin mendapat ganjaran surga, kebaikan di dunia, kelancaran karir, keberkahan rezeki, dll. Alangkah bohongnya jika ia beribadah tanpa mengharapkan apapun. Jika kamu shalat tapi Allah tidak akan shalatmu itu dan Allah takdirkan kamu untuk pergi ke neraka, mau? Tentu saja tidak dan mustahil terjadi bagi Allah yang Maha Adil. Jadi ya begitulah. Effortku mungkin sia-sia, usahaku mungkin tidak terbalaskan. Namun, itu tidak membuatku berhenti untuk mengejar penuh apa yang aku inginkan. Aku ingat perkataan bosku:
"Kalau kalian lembur terus punya dedikasi penuh terhadap pekerjaan, tapi kami belum bisa kasih penghargaan, aku saran sihh tetap lanjutin dedikasinya karena walaupun tidak terbalaskan, tapi yakin itu kepake walau bukan di perusahaan ini. Mungkin iya perusahaan ini belum bisa membalas dedikasimu. Tapi Allah balas. Mungkin ya Allah lebih sayang kamu makanya nanti kamu dipindahkan kerja terus dapat balasan di perusahaan baru, kita tidak pernah tahu. Jadi teruslah bekerja keras."
Mungkin intinya aku akan terus bekerja keras, terus mengeluarkan effort yang maksimum seperti yang orang-orang kenal dari diriku, "si paling effort". Walau sudah aku kerahkan kepada orang-orang yang pernah aku cintai, namun jika terbalaskan berarti dirinya tidak pantas untuk menerima effort-ku yang luar biasa ini. Mereka berhak mendapatkan effort dari orang yang berbeda, walau tidak sebesar diriku tapi itulah yang mereka butuhkan. Mungkin ada anggapan, "kan aku gasuruh kamu untuk mencariku", "kan aku gaminta kamu ke rumah", "kan aku gaminta kamu buat care ke aku". Betul, kamu gapernah minta. Tapi itu yang aku usahakan untuk menjadikan dirimu orang yang paling spesial. Jika kamu tidak bisa atau tidak mau membalasku yasudah mau gimana lagi kan?
Tidak Ada Penyesalan
Yapp aku sudah lembur kurang lebih dua minggu terakhir ini dengan pulang malam dan tak lupa mengisi akhir pekanku juga dengan bekerja. Walau harganya sampai aku sakit, aku tidak menyesalinya. Nah kalau lembur mengerjakan kerjaan orang lain padahal aku ada kuliah dan tidak ada apresiasi itu yang aku sesalkan wkwkwk. Apa bedanya? Kasus pertama adalah karena itu kesanggupan dan kemauan diriku. Kalau yang kedua karena paksaan, bukan kemauanku. Aku pulang hari Jumat malam dalam keadaan macet dan kehujanan, aku hanya mengenakan kemeja flanel tanpa jaket ataupun jas hujan lalu aku merasa tak enak badan, itu aku tidak menyesal karena itu aku pilih atas kesadaranku. Tak lupa pagi hari aku tidak bisa beristirahat dan langsung menghadiri dua kelas kuliah sampai siang. Aku tak menyesalinya karena itu adalah kemauanku untuk berkuliah. Aku belum makan, masih lelah, lalu aku pergi tertidur. Bangun sore dan langsung main ke Jakarta Utara yang jaraknya kurang lebih 30 KM? Apakah aku menyesalinya? Tidak karena sekali lagi itu kesadaranku dan kemauanku. Walau aku mandi keringat disana, dan juga lemas serta sakit kepala karena belum makan tapi aku bahagia. Aku pulang berdua bersama Edo (tolong sekali lagi gua masih normal wkwkwkw) mampir dulu ke angkringan dan memesan mie nyemek. Dengan alunan musik, jalanan sehabis hujan, dan suara dari kendaraan yang pekik membuatku tambah pusing. Tapi apakah aku menyesal? Tidak sama sekali. Malah aku menikmatinya sekali. Walau mandi keringat sebelumnya lalu berubah menjadi suasana dingin sehabis hujan, aku tidak mengenakan jaket, aku bisa masih nyanyi nyanyi di jalan sembari tertawa lepas mengingat hari itu sudah jam 11 malam namun aku masih di jalanan Jakarta. Aku kurang istirahat dan di jam 3 pagi aku masih menerima pesan dari Farah sehingga membuatku bangun pagi dengan keadaan lelah dan sakit kepala, aku tidak menyesal. Aku kelelahan karena kurang istirahat dan makan tidak teratur pun aku tidak menyesal, walau pun di umur 22 ini menjadi pecah telor untuk pertama kalinya aku ke dokter wkwkwkwk.
Jadi ya intinya aku tidak pernah menyesal dengan apa yang aku ambil dan lakukan dalam hidup ini, asal dari kesadaran dan kemauan diriku sendiri. Aku tidak menyesal pernah berpacaran lama, aku tidak pernah menyesal telah lelah effort untuk Syara, Griszha ataupun orang lain walau feedback yang kudapatkan tidak ada, aku tidak pernah menyesalkan itu semua karena aku yakin semua yang aku ambil berdasarkan intuisi diriku. Aku pun tidak pernah menyesal telah menolak seseorang. Hari ini dan seterusnya aku tidak akan pernah menyesal dengan keputusan yang aku buat, karena aku kuat dan makin kuat di umur 22 ini. Untuk orang yang tepat, tunggulah aku karena aku yakin dirimu di masa mendatang menjadi orang yang tak pernah aku sesali pernah dan selalu memperjuangkanmu.