Skip to main content

Fall and Fail in Love Again

Β· 15 min read
Muhammad Farid
Summary

Kehidupan teruslah berjalan, umur semakin berkurang, dan kenangan serta cerita di dalamnya semakin lah banyak. Namun ada sesuatu hal yang mundur kembali ke masa lalu. Apakah itu? Yap, perasaan suka kepada seseorang yang telah lama tidak bertemu. Bahkan lost contact. Bukan hanya sekadar suka, aku sadar kalo aku sekarang mendambakan wanita seperti dia. Kalo bisa ya udah lah dia aja jadi pasanganku kelakπŸ˜‚. Selain itu, aku juga menyadari banyak hal yang kembali aku rasakan, perasaan disaat aku mulai puber saat remaja. Namun, sekarang kondisinya tidaklah sama.

Bimbang​

Sekarang ku akui memang diriku masih dalam fase labil, layaknya seorang remaja yang hilang arah dan sedang masih dalam tahap pencarian jati diri. Labilnya kadang malas untuk mempunyai sebuah hubungan, masih malas untuk membuka hati kepada orang baru, terkadang juga suka kepada teman satu kelas, terkadang suka juga sama teman lama, bahkan terkadang "merasa" sudah move on dari keduanya.

Apa penyebabnya?

Karena diriku tidak mengetahui langkah apa yang harus diambil kedepannya. Aku ingin terus saja menyukai salah satu dari orang tersebut. Akan tetapi diriku masih bimbang harus memilih yang mana, karena keduanya memiliki pros dan cons-nya masing-masing. Namun keduanya pula mempunyai kesamaan yang membuat aku bingung.

Apakah itu? Apa persamaannya adalah keduanya seorang wanita?

Terlalu klise hahaha. Sebenarnya keduanya menurut diriku adalah sama-sama wanita dengan tipe mandiri AKA independent. Keduanya belum siap untuk membuka hati, keduanya trauma akan masa lalu, dan keduanya sama-sama menolakkuπŸ˜‚. Poin terakhir adalah poin yang sangat membuatku bingung. Ntah kenapa aku saking lamanya mempunyai hubungan dengan seseorang di masa lampau membuatku merasa lupa bagaimana rasanya sendiri. Padahal, aku ingat betul sebelum menjalin hubungan dengan seseorang aku memang terbiasa untuk kemana-mana sendiri, mulai dari pergi ke *cafe (Baca: warkop yang nyediain kopi sachet), lalu makan sendiri, dan menjelajahi kota sendirian.

Kenapa tidak move on saja dari keduanya?

Andai saja "ada" seseorang yang membuatku ingin berusaha mengeluarkan effort terbaik sebagai pasangan, ya akan aku jalani. Namun, saat ingin belum ada. Terakhir ada ya kedua orang ex crush itu. Sekarang aku masih terjebak dalam kebimbangan itu sendiri.

I Know My Journey​

Tambatan hati yang pertama memang dirasa sangat mustahil untuk didekati, karena dia memang sangat susah untuk dihubungi dan tidak peka. Bagaimana tidak? Pesan ku yang ku kirim hari Senin bisa dia balas di hari Rabu. fast response? Rumusnya semakin fast response diriku semakin lama lagi diriku untuk dibalas. Walaupun begitu aku sangat senang saat menanti malam demi malam untuk melihat balasannya. Hanya dengan melihat status typing... pada pesan dirinya membuatku sangat senang, bagai orang pada zaman dahulu yang melihat tukang pos surat menghampiri rumahnya. Walaupun aku masih sedikit menyisakan "harapan" pada dirinya, aku pun tidak terlalu ingin berharap banyak sehingga jika dimasukkan dalam hitungan matematis, aku hanya berharap pada dirinya 10%. Biarkanlah waktu dan semesta yang menjawab bagaimana kedepannya. Jelas orang pertama itu failed.

Tepat satu hari setelah aku mendapatkan lampu merah dari dia, perasaaan diriku pun berpindah secara instant kepada teman lama. Saat itu akupun masih bingung apakah aku hanya terbawa suasana dan perasaan "kangen", atau ini benar perasaan cinta yang sesungguhnya. Saat itu karena aku memiliki arah yang jelas untuk fokus kepada teman lama sebagai tujuan perlabuhan hati ini, maka dari itu aku memutuskan untuk mengajaknya "jalan" AKA kencan.

Singkat cerita saat diriku bertemu. Ahh bukan saat bertemu, bahkan saat melihat dirinya saja dari kejauhan, memakai kacamata yang longgar, berjalan dengan cepat sembari memainkan gawainya serta membawa buku catatan mengisyaratkan bahwa dirinya tetap memikul pekerjaannya saat kencan. I dunno what happened, terdengar gila dan hiperbola, but I fall in love with her at the first stare. Really. Sialnya itu membuat aku makin gugup dan takut bahwa diriku akan menggagalkan kencan ini.

via GIPHY

Okelah aku sudah pernah berkencan dengan seorang gadis itu sebagai bekal rasa percaya diriku akan hal itu. Akan tetapi, itu semua percuma. Aku baru menyadari bahwa aku berkencan dengan seorang "woman", bukan lagi "girl". Itu sesuatu hal yang berbeda. Bagaimana tidak, aku saja tidak menyangka rasanya akan berbeda. Baru obrolan ringan saja sudah membuatku sangat senang ya, masih jalan-jalan. Okelah sudah cukup jalan-jalannya. Aku ingin segera untuk memulai percakapan serius namun santai. Mari kita ke kedai kopiπŸ₯³.

Saat memesan minuman bersama dirinya, hal sepele mungkin terdengar berlebihan. Diriku sangat senang saat dirinya dengan spontan dan lugas untuk menyebutkan minuman keinginannya sendiri.

Hah??? Gitu doang?

Yuppm, karena aku merasakan betapa "ribet"-nya saat diriku harus menyebutkan minuman keinginan "rekan" kencanku saat itu.

πŸ‘©πŸ»β€πŸ³: "Silakan kak mau pesan apa?"
πŸ§‘πŸ»: "Saya pesan caramel macchiato yaa, grande, susunya diganti soymilk"
πŸ‘©πŸ»β€πŸ³: "Baik, ada lagi tambahannya?"
πŸ§‘πŸ»: "Kamu mau apa? (menanyakan kepada pacarku saat itu)"
πŸ‘§πŸ»: "Aku chocolate latte aja"
πŸ§‘πŸ»: "Yaudah bilang"
πŸ‘§πŸ»: "Sama kamu aja ahh"
πŸ§‘πŸ»: "Sama chocolate latte-nya ya mas"
πŸ‘©πŸ»β€πŸ³: "Baik untuk ukurannya?"
πŸ§‘πŸ»: "Mau ukuran apa?"
πŸ‘§πŸ»: "Gatau, bebas aja lahh"
πŸ§‘πŸ»: "😿"

Mungkin itu terdengar biasa saja. Tapi bagiku untuk sungguh menyebalkan. Namun, saat bersama teman lama aku baru saja akan mengatakan pesanan keinginannya, ehh ternyata dirinya memesan minumannya sendiri. Sejujurnya aku seperti...

via GIPHY

Mau bagaimana lagi, memang itu yang aku rasakan hahaha. Terlihat dengan jelas bahwa dirinya memang bukan sembarang wanita. I know aku terdengar seperti norak. Akan tetapi, ya itu menambah rasa tertarik diriku padanya.

I Want You in That Way​

Baiklah kita telah memesan minuman masing-masing. Saatnya menuju inti acara. Kita saling berhadapan, menambah rasa gugup bercampur dengan rasa senang. Akupun menyadari bahwa momen ini sangatlah langka dan susah untuk terulang. Kesempatan untuk mengulangnya kisaran pada rentang 5-15% saja. Aku pesimis karena aku tau menyadari situasi dan kondisinya. Kita berbincang kesana kemari dan lagi-lagi perasaan suka padanya tumbuh lagi dengan cepat.

via GIPHY

Apa yang membuat tumbuh lagi?

Akupun pertama kalinya merasakan sangat nyaman dan betahnya mengobrol dengannya. Bukannya apa-apa, karena sepengelaman diriku berkencan, aku tidak pernah terus-terusan berbincang tiada hentinya dengan seorang wanita. Bukan komunikasi asertif yang aku lakukan pada masa lalu, melainkan introgasi🀣. Komunikasi secara asertif hanya bertahan sebentar. Sisanya? dirinya saat aktif memainkan gawainya dan hanya terdiam, memberikan emosi dan reaksi terhadap apa isi di gawainya tersebut. Dirinya tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk berkomunikasi dan quality time bersama seseorang.

oke skip...

Kita pun saling melempar pertanyaan, walau aku akuin dirinya walau banyak cingcong juga tetap saja sedikit tidak peka untuk menanyakan kembali pertanyaan yang aku lempar. Aku maklumi saja mungkin dirinya sangat banyak yang ingin diceritakan dan juga extrovert. Aku yang tadinya sudah mempersiapkan semua bahan bahasan yang aku akan utarakan, ternyata semua itu tidak tersampaikan semua. Karena apa? karena dirinya ternyata bisa membawakan suasana cair dengan celotehannya. Akupun tentu tidak akan menyia-nyiakan momen ini. Oleh karena itu, akupun merekam percakapan kita berdua.

What next?

Saat itu aku sangat kesulitan untuk bisa masuk ke obrolan dengan ranah private πŸ˜‚, karena dirinya memang sangat asyik menceritakan hal apapun yang ada pada benaknya. Setelah bisa masuk ke pembahasan dimana diriku ingin mempunyai sebuah ikatan tanpa hubungan.

Wait,,, what??

Akupun sedikit bingung cara menjelaskannya. Jadi diriku ingin mempunyai support system, partner, dan seseorang yang ada serta bisa dijadikan tempat untuk ku bercerita, berbagi perasaaan di hari itu, berbagi uneg-uneg selama kita menghabiskan hari, namun tidak ada kata pacaran. Walau tidak ada kata pacaran, kita tetap berproses mengenal satu sama lain. Selain itu, kita juga tidak bisa come and go seenaknya. Tapi tidak dalam ikatan.

Mumettt🀯

I know. Intinya, diriku ingin mengenal dia lebih jauh dan dirinya juga mengenal diriku lebih jauh. Kenapa tidak pacaran saja? Karena diriku sudah muak jika harus pacaran lama tapi akhirnya tidak sesuai ekspetasi seperti yang sudah-sudah. Selain itu, dengan usia sekarang dengan usia target menikah diriku itu masih relatif jauh (target nikah saat umur 25-26 tahun), jadi masih terdapat 6 tahun lagi. Di samping itu, aku juga tidak mau menghabiskan rasa cinta ini saat pacaran, yang akhirnya seperti kejadian masa lampau dimana si "doi" merasa bosan dan akhirnya memilih untuk mendekati pria lain.

Oke, kalo gitu apa jawabannya?

Tentu saja ditolak, brother. Memang sangat sulit untuk menaklukan hati seorang wanita yang kuat. Dirinya pun logis dan tidak mau mengambil resiko yang dapat berpengaruh pada masa depannya. Aku juga paham lelaki memanglah sialan, tapi aku berusaha untuk tidak menjadi bagian lelaki yang sialan itu. Di samping itu, aku juga menghargai keputusannya itu. Walau begitu, aku tetap senang bisa jalan bersamanya walau tidak memenuhi keinginanku untuk menjalani hubungan seperti itu. I want it that way, but you don't.

Is it Fail?​

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, menunjukkan kencan kita berakhir dan aku harus kembali ke Jakarta. Sejujurnya itu bikin sedih dan badmood.

via GIPHY

Rasanya tidak mau aku harus mengakhiri perasaan yang sedari pagi menggebu-gebu ini, sangat menyenangkan sekali karena aku pertama kalinya jalan dengan seorang wanita dan aku langsung jatuh cinta padanya. Namun, apa daya sudah diberi lampu merah dan kita akhirnya menjadi teman. Yes, teman benar teman secara harfiah. Akupun berharap macet di perjalanan sehingga bisa memberi lebih lama berbincang lagi dengan dirinya. Dan betul sekali agak macet😁.

Setelah mendapati mobil yang dipesan sudah sampai di titik penjemputan, kita pun melanjutkan perbincangan. Tetap ada saja topik yang dibahas yang membuatku perasaan sedihku menghilang, for a while at least. Aku biasanya saat bersama pacarku dulu, di mobil aku paling tidak suka untuk berbincang berdua karena terlalu malu jika percakapan kita didengar oleh supir. Lagipula, pacarku selalu saja sibuk dengan gawainya.

Saat dirinya mengatakan "terima kasih"...

What? Udah mau sampai? Kok cepet banget sihhh :(

Tidak terasa inilah perpisahan kita untuk jangka waktu yang panjang (lebay tapi iya sihh memang begitu sepertinya). Terngiang dalam benakku lirik lagu dari Michael Learns to Rock:

sing with me again

I don't wanna say goodbye to you
Love is one big illusion I should try to forget
But there is something left in my head

Aku tak rela bilang bye and thanks, tapi dirimu adalah fatamorgana keinginanku, dan aku harus lupakan. Tapi rasanya banyak hal yang tertinggal dalam kepala ku mengenai dirimu. Tapi, aku tetap harus ikhlas melakukannya.

Setelah engkau menghilang dari pandanganku, aku pun berbincang dengan driver, beliau pun kembali mengenang masa-masa muda dirinya saat rela melakukan apapun demi mendapat perhatian seorang dambaan hati. Selain itu, beliau juga tetap memotivasi diriku untuk tidak terlalu sedih jika terkena penolakan. Tetap fokus untuk diri sendiri dan menata masa depan (Walau tetap saja diriku sedih).

Okaylah aku untuk terakhir kali ingin menyampaikan beberapa kata untuk dirinya. Namun, saat itu mood-ku belum membaik ditambah masih agak lemas karena melewatkan makan siang saking senangnya saat berbincang-bincang dengannya.

Singkat cerita setelah sampai di Jakarta dan aku hendak merangkai kata terima kasih, diriku teralihkan dengan pembicaraan supir taxi yang aku tumpangi karena uniknya beliau asli Jakarta namun bisa berbahasa SundaπŸ˜‚. Jadi saat itu akupun melewati jalanan Jakarta dengan bercerita suasana di Bandung. Setelah sampai di kost dan akupun bisa mood untuk merangkai kata-kata. Setelah aku tuntas untuk mencurahkan seluruh perasaanku, akupun tidak sadar telah memasuki alam mimpi hahaha. Namun, bencana tak disangka-sangka datang.

Nightmare and Bad Reality​

Pukul 2 pagi hari Senin dimana aku sadar aku terlelap setelah menyampaikan kata-kata terima kasih ku padanya. Akupun membaca response dari dirinya, dan mood aku mulai memburuk karena aku harus menghadapi kenyataan kalo aku tidak mempunyai arah yang jelas lagi untuk menyukai seseorang. akupun berusaha untuk tidak mengacuhkan hal itu, dan kembali tertidur. Namun naas, aku mendapati mimpi yang tidak menyenangkan. Ntah kenapa, saat terbangun diriku mendapati bahwa pipi ini basah oleh air mata (bukan sama iler yaa, mohon maaf saya masih bisa membedakannya). Kenapa bisa begini? Diriku kembali memahami perasaan ini. Oke I see, aku sadar bahwa aku tidak dapat lagi merasakan hal yang sesenang tadi siang. Diriku juga tidak bisa lagi menyukai seseorang. Aku mendapati keadaan tersebut apakah "karma"/balasan dari perbuatan diriku saat bersama pacarku dahulu, dimana aku tau itu fatal dan menyakitinya. Selain itu, aku pun merasakan bahwa memang aku ini tak pantas bagi siapapun. Belum lagi untuk masalah pekerjaan memang diriku saat itu merasa messed up. Merembetlah pada hal-hal yang lain dimana diriku sangat merasa down untuk saat itu. Bagaimana aku bisa mengatakan kepada dirinya bahwa aku sedih? Yang ada dirinya malah kecewa bahwa hasil dari jalan di siang hari itu tidak membuatku senang.

Akupun pasrah dan ingin mengadukan kepada Tuhanku. Namun, saat bangun dari tempat tidur, diriku merasakan mual yang sangat hebat. Gerd ku ternyata kambuh karena telat makan, ditambah ya pikiranku yang sangat-sangat tidak perlu untuk dirisaukan. Ntah mengapa diriku saat itu merasa semakin down, down, down. Bahkan lebih sedih daripada ditolak si dia teman sekelas. Kenapa aku harus menghadapi realita seperti ini?? Aku berdo'a kepada Tuhan bahwa aku pasrah dengan keputusan-Nya. Namun aku juga tidak bisa menyangkal kalau aku sangat menginginkan sosoknya. Di saat terlelap maupun keadaan sadar, aku harus mengahadapi mimpi dan kenyataan yang buruk pula.

Secercah harapan​

Akupun yang tadinya merasa OVT akan hal itu, ternyata dirinya masih sangat welcome kepada diriku. Diriku masih mempunyai asa dan harapan untuk bisa dekat dengannya, ya walau hanya teman tapi bisa saja menjadi "teman". Dalam seminggu itu, aku sudah berdamai dengan rasa sedih itu. Aku pun bisa menjalani hari dengan santainya, pulang dari kantor terus saja di lajur kiri, tidak pernah menyalip kendaraan di depan, sembari mendengarkan musik. Aku bahkan tidak peduli kalau suara diriku bernyanyi terdengar oleh orang di sampingku saat di perjalanan. Akupun sangat senang bisa kembali bertukar cerita dengannya. Ya, setidaknya ada harapan itu lebih baik daripada tidak ada harapan sama sekali.

Kembali Jatuh dan Aku Nyatakan Gagal​

Setelah bisa kembali berkomunikasi dirimu, walau hanya dengan bertukar pesan singkat diriku sangatlah bersyukur akan hal itu. Namun, saat diriku disibukkan oleh kuliah dan hal-hal yang tak terduga membuatku tidak sempat untuk membalas pesan darinya. Rasa lelah dan kantuk pun tidak bisa dihindari, dan aku terus saja memimpikan dirinya. Uniknya aku ingat dirinya hari Sabtu akan menjalani kegiatan "ospek" melalui mimpi. Tak lupa saat diriku terbangun, aku pun menyampaikan kata-kata untuk menyemangatinya. Namun, aku tahu kesibukannya membuatnya tidak sempat untuk membalas pesan dariku. Lalu juga saat ospek mengingat dirinya wanita pemberani dan sangat aktif pasti akan cepat untuk menemukan teman, bahkan menemukan tambatan hati :). Aku menyadari bahwa aku tidak bisa lagi untuk berusaha, berusaha pun aku rasa aku akan gagal, tetap mendapat lampu merah. Lagipula aku seorang yang tidak mempunyai kesan apa-apa baginya, I just a person who loves her. Biarkan waktu dan semesta yang menjawab kembali bagaimana kisah ku untuk mendapatkan pasangan kelak. Aku tidak bisa berbohong kalau aku sedih saat tidak lagi bisa berkesempatan untuk mendekatinya. Di sisi lain, aku senang jika dirinya mendapat orang yang bisa menjaga, selalu ada untuk dirinya, dan membuat dirinya bahagia. Sesuai dengan do'aku saat perasaan ini belum tumbuh kembali, dimana aku bahagia jika orang yang aku sayangi pun berbahagia. Baiklah aku nyatakan kalo aku ini gagal untuk kesekian kalinya.

Last Note from Me​

Halo Syara. Kalau kamu baca ini, aku ucapin terima kasih ya. Aku bikin cerita ini karena saat Sabtu & Minggu aku sangat luang dan gabut. Sejujurnya uring-uringan juga sihh karena aku tau kamu mulai sibuk lagi, bahkan lebih sibuk dari sebelumnya. Dan sangat tidak memungkinkan untuk kita berkomunikasi lagi secara intens, bahkan tidak mungkin untuk bertemu kembali. Terima kasih juga ya dalam kurun waktu satu bulan ini udah mewarnai hari aku. Januari berusaha, Februarinya nice try. Lalu ketemu kamu lagi, Februarinya berusaha, Maretnya nice try lagi wkwkwk.

Cerita ini aku dedikasikan untuk diri kamu, dan sesuai apa yang aku bilang kan, aku bakal nulis di blog tentang apa yang aku rasakan saat jalan sama kamu. Kalo untuk singkatnya kamu udah tau kan. Nahh ini versi panjangnya.

Hmmmm, apalagi ya. kyanya gaada deh yang bisa aku sampaikan. Aku pesan aja supaya tetap semangat sama kerjaannya. Selamat datang di dunia kuliah, aku harap kamu cepat beradaptasi dengan kuliahnya yang sibuknya makin super-duper sibuk. Jaga juga kesehatannya. Jangan sedih dan bete mulu ya :(. Kalau kamu keberatan sama hari-hari kamu, cerita aja ke temen. Kalopun gabisa, aku pasti bisa. Aku gakan pernah judge apapun tentang kamu. Kamu bisa feel free untuk menceritakannya semua.

Udahh asli gabisa berkata-kata lagi aku, udah mentok. Padahal di otak ini berputar-putar tentang perasaaan aku yang pengen disampaikan ke kamu. Ntar aja lahh ya kalo rame part 2 wkwkwk.

You're strongest woman, the lovely one for me. Every difficulty you encounter is an opportunity for growth and strength. So, stay strong and keep moving forward, even when the going gets tough. Believe in yourself and your abilities. You are a survivor and a fighter. You have the strength to overcome any challenge that comes your way. Also you are adorable, precious, beautiful, and charming. Once again, I love you, thanks, and see you at another chance.

via GIPHY