Skip to main content

Perlahan Semua Akan Pergi

· 8 min read
Muhammad Farid
Summary

Hari demi hari, orang demi orang, waktu demi waktu, benda demi benda, segala sesuatu aku sadari bahwa cepat atau lembat akan pergi meninggalkanku

Boneka Pergi

"Ayo Do dikit lagi itu kepotong tuhh", sautku kegirangan karena boneka yang berada di mesin tersebut hampir bisa diraih.

"Iyaa iyaa kalem kita coba lagi" timpal Edo.

Sudah menjadi kewajiban kalau aku bermain sama Edo haruslah bermain Timezone. Setiap mall yang kami datangi pasti pastilah kami masuk ke zona permainan, entah itu Timezone, Amazon, Game Master, pokoknya semua kami datangi dan main. Aku sihh kalau mengeluarkan uang sendiri uang main begituan males banget yaa. Tapi kalau ada temen emmm boleh lahh yaa. Aku jujur tidak terlalu suka dan menghindari permainan yang chance-nya untuk mendapatkan hal itu kecil. Aku lebih suka having fun saja dengan permainan yang mendapatkan hal yang menyenangkan, experience yang berbeda dibanding harus mendapatkan barang seperti capit boneka atau dorong barang. Tapi kali ini Edo sangatlah mahir memainkan itu. Akhirnya mata kami tertuju pada boneka yang lumayan besar.

"Rid liat ya aing bisa nihh dapetinnya"

"Halah dapet hikmahnya aja wehh"

"Liat anj**g yaa"

Kami pun memainkannya. Benar saja, percobaan sekali pun Edo sudah mengenai tali tersebut.

"Kata aing juga apa, EZ inimahh cuma harus sering aja"

"Yaudah Do urang coba cik"

Apa daya aku tidak mengenai talinya hahahaha, memang tidak berbakat diriku.

"Nihh aing sekali lagi"

Wow benar saja talinya hampir putus dan Edo pun mencoba sekali lagi dan BOOM boneka itu pun jatuh.

"HAHAHAHA ANJIR JAGO MANEH"

Namun setelah kami mendapatkan itu, hal yang kami dapatkan adalah bingung.

"Terus ini simpen di siapa cok? Kita cowo masa mainan boneka" Tanyaku padanya.

"Maneh kasih ke orang random berani ga?"

Karena diriku memang sedang ngebet punya someone emmm mungkin bisa yaa sekalian cari cewe. Akhirnya di mall Kemang Village itu pun aku mencari cewe incaranku. Sayang sekali aku tidak mendapatkan cewe yang "tipeku" disana. Bukan tidak berani, namun aku tidak mendapatkan cewe yang benar-benar aku inginkan. Inginnya yaa aku serius berkenalan dengan orang baru disana, bukan hanya sekadar memberi boneka. Sepanjang di mall aku terus saja membawa boneka sembari mencari mangsa dan aku pun kikuk. Kenapa? Karena orang-orang sekitarku terus saja melihat diriku, "Cowo kok bawa-bawa mulu boneka". Pikirku tentang tanggapan mereka. Apalagi bonekanya lumayan besar dengan warna pink yang mencolok.

"Susah jirr nemu cewenya"

"Ahh lu mah paling kaga berani"

"Sumpah kalo cewe itu cantik dan tipe gua mah gua langsung kasih, ada bapak-ibunya juga gua asli mau ngasih"

"Yaudah gini aja Rid. Bonekanya simpen di lu. Terus kalau salah satu dari kita punya cewe duluan, kita harus kasih bonekanya ke cewe itu"

"Kenapa di aing coba?"

"Sia yang main Bumble mulu anjir udahlah pasti ada yang nyantol ntar Rid"

Akhirnya yaa kami tepati janji itu dan boneka disimpan di kasurku. Awalnya aku pun tidak mengapa-apakan boneka itu. Lama kelamaan mungkin ya karena kesepian akhirnya aku terkadang memeluk boneka itu ketika tidur dan sampai lahh pada akhirnya boneka itu menjadi bagian dari hidupku. Aku selalu menjadikan dia bantal, guling, bahkan mungkin saat aku sedih aku biasa curhat pada boneka itu hahaha. Setiap Edo main ke kostku pasti bertanya, "Udah nemu cewenya Rid?" Dan tentu saja jawabanku belum karena memang masih saja aku single. Bulan demi bulan berlalu, boneka itu sudah menjadi temanku. Namun ya nasib berkata lain, Edo yang tidak main Bumble dan tidak berusaha rush-in mencari cewe malah dapet pacar duluan. Ya walau beda agama sihh tetap saja dia malah menemukan seseorang lebih dulu dariku. Awalnya dia bilang "Tenang aja Rid gua cuma jadiin dia temen kok. Atau ya pelampiasan hahaha". Lama kelamaan akhirnya Edo pun baper. "Rid gapapa yaa boneka aing kasih ke dia?". Aku yang sedih itu pun harus ikhlas bahwa boneka selama ini menjadi teman tidurku pun harus pergi dariku. Terkesan lebay sihh tapi yaa itu juga menyiratkan bahwa aku tetap begini-begini saja. Huftt...

Selain itu, Edo pun sampai datang ke kost ku hanya untuk mengambil boneka itu.

"Do mau main dulu?"

"Ngga, aing mau langsung balik ke Bandung"

Dari Jakarta Utara ke Jakarta Selatan cuma mau ambil boneka, lalu pergi lagi ke Jakarta Pusat untuk naik kereta. Se-niat itu dan se-excited itu untuk boneka yang akan diberikan kepada pacarnya. Yaa pada akhirnya sebuah boneka, benda mati pun ikut pergi meninggalkanku. Bukan hanya itu saja, temanku Edo pun dia sudah jarang main ke kostanku. Dia lebih memilih pulang setiap minggu untuk bermain bersamanya.

First Match

"U look great and stunning", itulah yang diucapkan oleh Rishel. Aku yang baru main Bumble setelah sekian lama baru menyadari bahwa aku cewe yang mengirimkan pesan kepadaku. Aku yang masih lugu kurang begitu paham dengan hal itu.

"Thanks... u look beautiful with ur glasses"

Aku sadari bahwa ini lahh yang dinamakan match. Ternyata jika aku swipe right dan orang lain itu swipe right maka artinya kita match. Kenapa aku menyukai Rishel? Karena dia berkacamata, terus ukhti, terus juga bio Bumble yang penuh. Di segala hal aku memang sangat pemilih. Cantik percuma cantik kalau bionya kosong. Aku pikir "Ahh dia mah jual tampang doang". Aku paling tidak suka kalau bionya hanya mencantumkan "IG: XXXXX". Paling tidak Rishel ini sangat penuh bionya. Dan yang paling membuatku tertarik adalah bio dirinya yang mengatakan "I love to hear your interest with zero clue about that" dan juga "I love smart man, but I not sapiosexual. Artinya Rishel ini orang yang senang mendengarkan cerita dan bisa menanggapi ceritaku dan orang yang cerdas, karena ia pun menilai dan tertarik dengan seseorang yang cerdas juga.

Singat cerita ya sudah banyak cerita yang kami tukar. Akhirnya aku mengajak dia untuk hang out dan iya pun membalas untuk "I would love to". First match first date juga wkwkwk. Namun yaa takdir berkata lain. Aku sibuk sehingga aku melupakan chat dengan Rishel dan Rishel pun saat aku konfirmasi ulang perihal date itu meminta untuk reschedule karena dia akan pergi magang setelah ujian semester. Karena kami saat itu sama-sama sibuk sehingga aku membiarkan chat itu selama seminggu lebih. Karena aku sadar hal ini bikin males orang, jadi aku pun mengatakan untuk terakhir kali "Sorry aku ngilang lama dan aku tau kamu juga males bales ini. So i'd say it's nice to know u, even though I don't know u well yet."

Akhirnya memang kami tidak chat lagi. Tapi kami masih saling berkomunikasi pasif di story karena dia sering nge-like story yang aku buat. Aku pun nge-like kok kalau dia lagi post foto cantik wkwkwk. Namun akhir-akhir ini seperti dia sudah mendapatkan pacar. Story dia yang asalnya hanya mempost Spotify, Sedang main bersama temannya, atau post foto muka dia beralih menjadi post story dengan pacarnya. Begitu pun foto profil Line yang dulu hanya foto dia menjadi foto bersama pacarnya. Cemburu? Tentu tidak. Tapi yang membuat aku sedih adalah aku sadari bahwa aku masih saja begini-begini saja tanpa ada progress apapun.

Selain dengan Rishel, sepertinya yang match denganku pasti sudah mendapatkan pacar masing-masing. Salsabila yang kembali balikan dengan mantannya, Nanda dengan teman kantornya, Rahayu dengan cowo baru dari Bumble lagi. Lalu aku? Ya aku masih sendiri dengan perasaan tak tentu ini. Langsung nyanyi lagu Hivi! "Mengapa... Mengapa..."

Kucing pun Pergi

Aku memang tak lama ini mempunyai kucing. Bukan aku sihh, lebih tepatnya kakakku yang mengadopsi kucing dari temannya. Aku yang sudah lama menginginkan mempunyai kucing akhirnya yaa senang. Tapi yaa kesenangan itu pun sementara. Saat kucing itu masih kecil mungkin masih takut sehingga sering lari dan menjauh dariku. Lagian aku pun bermain dengan dirinya hanya saat pulang ke Bandung. Singkat cerita "kok ini kucing udah gede aja". Namun yaa sedihnya kenapa kucing ini berbeda dengan kucing orang lain. Ini mau dielus aja masih nyakar mulu wkwkwk. Pengen dehh kaya orang lain yang kucingnya bisa nurut bisa digendong bisa main. Inimah tiap mau ngelus aja langsung nyakar wkwkwk. Tapi minggu kemarin aku mendapatkan Story Whatsapp dari kakakku kalau Moeza, nama kucingnya itu belum pulang hingga malam hari. Memang biasanya Moeza ini sering main keluar katanya dan ntar Maghrib pasti pulang sendiri. Tapi kali ini benar-benar tidak ada sampai besoknya pun memang tidak pulang. AHHH SIAL, BONEKA PERGI, ORANG-ORANG PADA PUNYA PACAR DULUAN, SEKARANG KUCING PUN BELOM AKRAB UDAH PERGI LAGI.

Semuanya Akan Pergi

Perlahan-lahan semua orang ini pergi. Mau mantan yang langsung punya pacar sehabis putus, terus mantanku lainnya yang masih belum selesai urusannya dengan dirinya sendiri, kenalanku dari Reihan yang menghilang, yang match pun pada punya pacar, temen chat Indri, Nanda, dan Retno lainnya pun perlahan ikut menghilang karena kehabisan topik. Lalu boneka kesayangan dan diikuti dengan kucingku pun pergi. Edo juga yang jarang bermain denganku. Semua pergi. Akhirnya memang semua akan meninggalkanku sendiri. Sendiri dengan rasa sepi dan hati yang berkecamuk ini.Aku juga pengen dong punya seseorang yang mendengar ceritaku. Setidaknya aku boneka kalau dulu. Sekarang kan bonekanya udah ilang. Harus dengan siapa lagi aku harus berkomunikasi untuk menghilangkan rasa sepi ini. Saat sakit aku hanya terbaring tak berdaya sendiri. Saat tugas yang menumpuk pun aku berusaha sendiri. Saat sedih pun tak ada yang mendengarkanku. Tak ada yang bisa aku mintai bantuan walau hanya sekadar melegakan apa yang sesak dalam dada ini.

Yang belum pergi hanya perasaan berharap padanya. Masih saja menempel dan aku tidak tau harus ku apakan perasaan yang sangat menjengkelkan ini. Aku tau sangat sulit untuk mendapatkannya. Sulit untuk mendekatinya. Aku pernah excited bercerita kepada Edo tentang tanggapan aku dengan Grisa yang sama-sama pintar dan banyak kemiripan lain.

"Tuhh kan emang gua cocok Do sama dia, kan?"

"Iyaa Rid tapi sorry bukan lu yang dia mau HAHAHAHAHA"

Benar juga:)

Nulis nulis sendiri. yang baca juga sendiri. Excited sendiri. Sedih sendiri. Marah sendiri. Sakit sendiri. Pada akhirnya aku memang tidak pantas dimiliki oleh siapapun.