Skip to main content

Ramadhan: I Can't Feel It

· 5 min read
Muhammad Farid
Summary

Aku melihat kembali perjalananku selama bulan suci Ramadhan dan aku menyadari betapa banyaknya kesempatan yang telah dilewatkan, potensi yang belum digali, dan dosa-dosa yang belum aku tebus. Meskipun aku berusaha keras untuk menjalani bulan yang penuh berkah ini dengan penuh keimanan dan kesungguhan, tetapi aku tetaplah manusia yang lemah dan rentan. Aku juga masih lalai dengan mendekatkan diriku pada-Mu, padahal dia adalah hamba-Mu juga.

24 SKS for 24 Hours

Ketika Ramadhan aku masa kecil, mungkin bulan puasa akan menjadi bulan yang sangat berat. Aku yang diharuskan untuk kerja dan berkegiatan seminimal mungkin agar tidak mudah lelah dan kelaparan. Bahkan di kalangan teman-temanku, seseorang yang berpuasa tanpa sahur adalah orang yang sangat kuat dan hebat. Tentunya karena kegiatan yang dibatasi agar energi tidak cepat habis mengakibatkan diriku untuk ingin cepat-cepat lepas dari bulan puasa ini. Aku saat itu sangat ingin sekali dengan cepat keluar dari bulan Ramadhan. Walau aku tahu yang katanya bulan Ramadhan adalah bulan yang dimana amalan kita dilipatgandakan, tapi itu sangat melelahkan. Aku harus menahan kantuk untuk sahur, lalu tidak tidur karena paginya aku harus berangkat ke sekolah, dan di sekolah pun aku seperti lemas dan mengantuk, malas untuk mengerjakan tugas-tugas dan ingin untuk terlelap tidur saja. Lagian saat Hari Raya Idul Fitri itu adalah hari yang menyenangkan, banyak makanan yang tersedia, tak lupa mendapat THR hehehehe. Jadi aku tak sadar menanti hari itu dengan mencoret setiap tanggal demi tanggal yang aku lalui menuju hari kemenangan itu. Mohon maklumkan diriku ini yang masih lugu. Saat beranjak sekolah menengah pun tetap saja aku masih ingin cepat keluar. Namun yaa selama masa Ramadhan itu aku akan memanfaatkannya dengan beribadah. Tetap saja keluar dari Ramadhan dan mendapat THR adalah tujuan utamaku wkwkwkwk.

Namun setelah beranjak dewasa semua itu sudah berubah. Di umur 22 tahun ini diriku yang bekerja dan berkuliah tidak lagi mengharapkan cepat-cepat menuju hari kemenangan. Aku pun sudah tidak ingat dengan hari ke berapa sekarang di bulan puasa. Rasanya aku ingin menjadikan Ramadhan ini menjadi momen aku untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun ya sepertinya aku lalai dengan hal itu. Aku sebenernya sangat ingin sekali berlama-lama di bulan Ramadhan yang membuat bekerja lebih teratur dan santai. Aku juga sangat senang membeli jajanan "hunting takjil". Namun, kegiatanku masih menghalangiku. Pekerjaan ini membuatku lelah di sore hari sehingga selepas bekerja aku ingin santai. Namun teringat aku masih berkuliah dan perkuliahanku tidak melihat keadaanku, pokoknya tanggal segini tugasnya dikumpulkan. Ya sudah aku harus cepat-cepat menyelesaikannya. Aku pun sering mengerjakan tugas kuliah dari pukul 16:30 sampai Maghrib, bahkan melebihinya. Aku pun sadar dengan kegiatan ini aku jarang makan/minum sehingga sudah dipastikan bahwa berat badanku turun. Selepas itu aku shalat Maghrib dan dilanjutkan dengan pesan makan. Selepas makan pun membuatku sangat mengantuk sehingga di Isya biasanya aku sudah terlelap. Namun, lagi dan lagi mengerjakan satu tugas tidak cukup untuk menjalani kewajiban belajarku di 24 SKS sehingga aku terbangun di jam 23:00 untuk Shalat Isya dan mengerjakan tugas lagi sampai jam 01:00. Aku pun tidak sempat teraweh, aku pun tidak sempat untuk membaca Al-Quran. Sial, aku harusnya lebih dekat dengan Tuhan di bulan ini.

Saat libur di kost dan bulan puasa pun tidak ada kegiatan apa-apa. Namun, rasa kesepian itu mulai mendera. Ya Tuhan, kalau gabut begini aku lebih baik berkumpul bersama keluarga. Namun untuk pulang memerlukan tenaga, waktu dan sedikit harta. Aku pun sadar memang kesepian namun aku pun seperti malas untuk mengadahkan tangan ke langit. Entah aku seperti ingin, "Ya Allah, Engkau mengetahui diriku ini sedang kesepian kan tanpa aku bercerita dengan lisanku? Karena hati ini pun sudah berkata demikian." Malam-malam santai bukannya kembali beribaadah, atau menyicil tugas. Ketika rasa sepi itu kambuh aku seperti tidak ingin melakukan kegiatan apa-apa sampai memikirkan, "Jadi aku ini diciptakan untuk bersama dengan siapa?". Memang untuk menikah aku belum mampu, tapi aku sangat ingin mempunyai seseorang. Namun aku pun ingat memiliki seseorang yang aku inginkan itu sangat sulit. Orang yang masih ada di singgasana hatiku masih dua orang yang sebenarnya sama-sama tidak menginginkan kehadiranku. Aku tidak menemukan tanda dari hatiku atau dari luar tentang "clue" siapa yang harus aku perjuangkan, apakah dia? Ataukan dia? Atau mungkin dia yang baru? Terus terang aku masih mendambakan dia, dia orang lama.

Sudah beberapa malam ini aku sering melamunkan tentang dirinya, mengingat momen yang pernah kami lalui dimana hari itu bak hari terbaik dalam hidupku. Bahkan aku menyadari bahwa jalan dengan dia lebih membuatku bahagia daripada hari ulang tahunku kemarin. Lagi dan lagi aku harus menyadari pahitnya kenyataaan bahwa aku tidak ada dalam "list" orang yang dia inginkan. Hal seperti itu ditunjukkan dengan dirinya yang mengatakan "I'm feel numb". Aku teringat dengan pernyataan bahwa, "Perasaan suka itu hanya bertahan 4-6 bulan. Lebih dari itu berarti perasaannya bukan sekadar suka." Dan sudah hampir satu tahun lamanya aku masih mempunyai perasaan padanya. Namun, yang membuatku bingung juga adalah si dia orang baru pun perasaanku masih bertahan hampir 8 bulan. Tapi ya sama saja dirinya juga tidak bisa ku jangkau. Entahlah aku hanya ingin aku bisa pilih salah satunya atau bisa lepas dari keduanya. Aku hanya mengharapkan keajaiban dari-Nya untuk menjawab pertanyaanku selama ini. Namun yaa harusnya bulan Ramadhan ini bisa jadi momen untuk mendapatkan jawaban itu, sekarang malah disibukkan dengan pikiran itu. Belum lagi aku memikirkan biaya hidup dan kuliah. Juga aku masih menemukan alasan kenapa aku harus menjadi lebih baik. Ahhh andai di tahun depan aku memiliki seseorang yang menemaniku untuk "hunting takjil" atau mungkin membangunku sahur karena aku baru tidur jam 01:00 sehingga aku sering melewatkannya, atau yang bisa menjadi tempatku bercerita. Ahh semoga saja Tuhan Engkau memperkenankan aku untuk hal itu di tahun depan, dan semoga aku lebih dekat dengan-Mu. Izinkanlah aku untuk bertemu Ramadhan lagi dengan hal-hal yang menakjubkan dan lebih bahagia lagi karena Ramadhan ini aku tidak merasakan apa-apa. Aamiin.

PS: Inilah tulisan Ramadhanku di awal liburan ini. Aku menulis sembari menunggu mobil travelku untuk mudik. See u di tulisan berikutnya.