Skip to main content

Battle of Symphony Star: Bintang, Kau Bukanlah Pilihan

· 10 min read
Muhammad Farid
Summary

Diriku hanyalah seorang manusia biasa, yang memiliki keterbatasan fisik dan akal. Pengetahuan diriku juga mengenai orang lain tidaklah luas. Aku perlu sudut pandang dari orang lain agar bisa memahami bagaimana cara dan pola pikir orang lain. Walaupun orang yang aku ingin pahami tersebut tidaklah dapat ditanyakan secara personal, namun tidak ada salahnya jika menambah sudut pandang dari satu kaumnya. Yap, kaum perempuan. Aku perlu menambah pengetahuanku mengenai sudut pandang dari kaca mata perempuan agar dapat menyelesaikan konflik batin ini, battle of symphony. Akhirnya aku membuat keputusan besar.

Diantara Dua Bintang

Aku sadar posisi diriku sedang tidak mengorbit dengan bintang manapa pun. Namun, posisi itu membuat diriku sangat tidak konsisten dalam membuat keputusan, antara meraih satu bintang yang nan jauh disana, atau bintang terdekat dari posisi diriku, atau bahkan aku meraih bintang from nowhere yang mungkin berjarak antara ratusan KM cahaya dari bumi. Itupun sangat menjengkelkan karena diriku sudah mengetahui posisi dan mimpiku, diriku tahu betul mengetahui tentang apa yang aku inginkan dan butuhkan, yaitu bintang baru. Namun seakan angkasa saat itu menahan posisiku untuk tidak mengorbit kemana pun. Alhasil diriku diam saja memandangi bintang-bintang yang berkelap-kelip menghiasi langit. Di antara bintang-bintang yang kulihat, tetap saja hanya dua bintang besar yang membuatku terpana. Oh Tuhan, indah sekali ciptaan-Mu yang begitu sempurna Kau ciptakan. Aku ingin menuju bintang itu. Namun, aku tetap harus memilih satu bintang perlabuhan untuk orbit ku selanjutnya.

Baiklah sudah cukup aku menjelajahi bintang. Saatnya aku kembali ke bumi dan bertemu dengan teman-temanku untuk memuaskan rasa rindu bertemu dengan mereka. Tak terasa juga hari sudah sore dan tak terdengar pula dering teleponku yang masuk. Ahh iya, ternyata aku lupa bahwa aku harus menjemput temanku di stasiun MRT. Namun, isi pesannya menunjukkan bahwa dirinya sudah di depan indekosku. Cacian dan hinaan pun memenuhi pesannya untukku. Maklum lah, dirinya memang berwatak seperti itu. Bukan cacian benci, hanya sekadar gurauan. Tak ayal dirinya dijuluki Dewa Zeus. Akupun mempersilakan dirinya untuk masuk dulu ke kamar sambil menunggu diriku siap-siap. Bukan lelaki kalau siap-siapnya cepat secepat flash😂. Bagaimana tidak, pukul 15.30 dirinya menemuiku, 16.15 kita sudah pergi berdua. Hebat bukan? wkwkwk.

Short long story, akhirnya teman-temanku yang tinggal di Depok dan Bintaro pun tiba. Kita memulai pertemuan kita dengan menyantap hidangan yang telah disajikan. Obrolan-obrolan pun mengalir dimulai mengenai pekerjaan, teman di tempat kerja/kuliah, dan sampai juga di kehidupan personal masing-masing. Teman-temanku juga sudah mengetahui dan menyadari bahwa diriku sudah berstatus single. Mereka menyayangkan hubunganku yang telah usai. Namun, karena telah usai, teman-temanku menceritakan fun fact diriku dengan mantanku. Ada satu hal yang membuat aku terkejut, "Kok bisa???". Iyapp, ada satu kejadian dari dirinya dengan salah satu temanku yang tak bisa kuceritakan😅. Dengan begitu, akupun mewakili mantanku meminta maaf atas ketidaknyamanan apa-apa yang kami lakukan di masa lalu.

Kesana kemari pertanyaan terlontar, tibalah pertanyaan:

"lantas kamu (menunjuk pada diriku) sedang mendekati siapa?"

Jeng jeng jeng, aku pun terbesit ingatanku akan pertanyaan saat menjelahi luar angkasa tadi siang, bahwa aku sedang bimbang harus memilih di antara dua bintang. Bintang dekat dan bintang jauh. Diriku juga memberi tahu lebih-kurang dari bintang yang aku inginkan. Kebetulan juga terdapat dua wanita yang bersebrangan sifatnya, namun tetap saja mereka sama-sama perempuan. Jadi, aku bisa menambah dua persepsi dan opini dari dua orang yang berbeda.

Munculnya Cahaya

Aku sangat terkesan dari jawaban temanku yang memberikan saran terhadap kebimbangan diriku. Aku merangkumnya sebagai berikut:

"Wanita itu sebenarnya tahu betul bahwa dirinya berada di posisi sedang diperjuangkan atau hanya sekadar pilihan dari sekian banyaknya wanita. Kalau wanita tersebut tahu dirinya sedang di posisi pilihan, maka jangan heran jika wanita tersebut pergi menjauh karena wanita tidak suka menjadi pilihan."

via GIPHY

Pikiranku saat itu seketika kosong, perasaan diriku juga langsung tidak enak. Bagaimana tidak, aku secara tidak langsung sudah membuat sakit hati satu dari dua bintang tersebut, atau bahkan keduanya. Diriku dalam hati berkata:

"Oh Tuhan, apa yang aku telah perbuat?"

Diriku sadar memang sedang dalam fase bebas. Namun, tidak berarti aku harus bebas dengan menyakiti seseorang. Ahh damn, I feel guilty. Walau begitu akupun tercerahkan dengan saran dari temanku. Aku merasa bertambah sudut pandangku tentang wanita. Sehingga muncul lah refleksi cahaya yang menyorot pada satu bintang saja.

I Choose You, Whatever It Takes

Aku tak tahu jika postingan di atas bisa dibuka atau tidak. Tapi, intinya aku punya dua sisi dimana satu sisi aku tak peduli lagi dengannya. Satu sisi, aku sangat peduli dengannya. Namun, aku putuskan untuk peduli. Aku ingin meraih bintang terdekat. Tak peduli rasa sakit, sabar menunggu, ataupun tak peduli keputusan yang aku ambil adalah keputusan yang salah, aku akan memperjuangkan bintang terdekat untuk saat ini. Aku tak ingin melukai perasaan siapapun, aku tak ingin mendapatkan apa yang aku mau dengan cara yang salah. Aku akan berpegang teguh dengan apa yang aku mulai, yakni hanya memilih satu di antara milyaran bintang.

Aku pun ingat kata-kata dari Master Oogway pada film Kung-Fu Panda:

Hari kemarin adalah sejarah. Kita dapat mengambil pelajaran dari masa lalu untuk bisa mengambil keputusan di masa depan dengan bijak. Hari esok adalah misteri. Aku tak tahu keputusanku ini adalah hal yang tepat atau berdampak buruk terhadap hari esok. Maka dari itu aku akan hidup pada masa sekarang. FIXED, I choose you.

City of Stars

sing with me

City of stars
Are you shining just for me?
City of stars
There's so much that I can't see
Who knows?
I felt it from the first embrace I shared with you
That now our my dreams
They've finally come true
...
I don't care if I know
Just where I will go
'Cause all that I need's this crazy feeling

Tiba-tiba saja aku teringat lagu favoritku dari film La La Land, yang menceritakan Sebastian dan Mia, sepasang yang sangat menyukai satu sama lain. Namun, di antara keduanya tidak berani menungkapkan apa yang mereka rasakan. Sehingga, Mia menikah dengan pria lain, namun masih meninggalkan perasaan pada Sebastian. Sedangkan Sebastian sukses dengan bar yang dia bangun, namun ia sendirian tanpa kekasih dan sama-sama masih menyimpan perasaan pada Mia. Dari itu, aku lebih baik meyakini apa yang aku yakini, melakukan apa yang aku inginkan. Walaupun tidak berhasil, aku lebih memilih gagal daripada menyesal karena tidak melakukan hal itu.

Setelah konflik batin tersebut, aku memutuskan untuk meyakini perasaanku saat ini ingin berlabuh pada bintang terdekat dengan segala kemungkinan yang terjadi. Ya, lika-liku hidup memang sangatlah pekik, namun itu juga yang membuat kita tetap hidup. Jadi, kamu bukanlah pilihan. Akan tetapi, engkau sekarang adalah satu-satunya yang aku pilih. Tidak ada lagi bintang nan jauh ataupun bintang lain. Aku memilih dirimu artinya aku siap akan segala resiko dan juga opportunity. Tunggulah diriku mengorbit di saat yang tepat. Sekali lagi, engkau bukan lagi pilihan, melainkan engkau adalah satu-satunya. Terima kasih😊.