Skip to main content

Celebrating Youth: Embracing Loss, Deferring Love

ยท 11 min read
Muhammad Farid
Summary

Aku tahu bahwa luka-luka masih merayap pelan dalam pikiran Mengingatkanku pada kenangan yang seakan tak kunjung pudar. Saat cinta terdahulu pergi, aku belajar bagaimana rasanya saat hati terasa hancur dan dunia yang dulu indah berubah menjadi abu-abu. Namun, aku tak ingin terburu-buru untuk menjalin hubungan yang baru karena aku tahu bahwa hati perlu waktu, untuk benar-benar pulih dan bangkit kembali. Ketika saatnya tiba untuk mencintai lagi, aku akan melakukannya dengan tulus dan dalam, karena aku telah memahami arti sejati dari cinta yang tak tergesa-gesa.

Dear Beloved City, Jakartaโ€‹

Setelah bergelut kesana-kemari malang melintang untuk mencari pekerjaan yang baru, aku pun menyerah dengan keadaan. Sepertinya Tuhan berkendak agar diriku diam di Jakarta lebih lama. Setelah sekian hari aku menerima keadaan tersebut, ibuku mengabari bahwa aku berkesempatan untuk bisa kerja di Bandung, daerah Sarijadi. Apalagi perusahaan itu dibentuk oleh tetanggaku sendiri yang pastinya aku akan mudah diterima (baca: orang dalam). Akhirnya aku pun memberanikan untuk menghubungi tetanggaku itu untuk menanyai lebih lanjut tentang lowongan pekerjaan tersebut. Singkat cerita ya aku bisa dengan cepat bergabung di perusahaan tersebut. Setelah sekian purnama, akhirnya aku bisa pulang ke Bandung. Setelah mendapat kabar itu pun aku pulang ke kost dengan keadaan yang campur aduk, antara sedih, senang, dan juga ragu. Yapp sedih karena aku sedikit tidak tega untuk meninggalkan kota Jakarta ini. Ragu karena aku mempunyai firasat yang tak baik. Bailah, aku pun pulang lewat jalan Pasar Minggu-Ampera yang tidak disangka jalanan tersebut sangatlah macet. Ahh aku pasti akan merindukan jalanan yang super macet ini. Tak biasanya orang akan tersenyum senang saat menghadapi kemacetan. Aku semakin berat untuk meninggalkan kota ini.

Namun sesampainya di kost, aku makin berat dan tidak yakin dengan apa yang aku ambil. Selain itu, ibuku pun secara tiba-tiba menelponku, "Id, kalau ragu gausah diambil. Sabar dulu aja di Jakarta, selesain juga kuliahnya". Ini merupakan firasat ibuku. Sama seperti firasat diriku yang agak tidak "sreg" untuk mengambil pekerjaan tersebut. Selain karena faktor pekerjaan yang tidak terlalu cocok untukku, salary-nya pun sangat jauh dengan gajiku di Jakarta wkwkwk. Ditambah lagi sistem kontrak di Bandung, tidak seperti diriku yang menjadi karyawan tetap di Jakarta jadi relatif "aman". Hingga sekarang, aku pun belum membalas pesan dari orang perusahaan tersebut. Selain karena hectic, aku pun yaa sudah lama mengarsip pesan tersebut karena enggan terganggu saat aku harus mengisi kelas responsi.

Aku pikir memang aku lebih baik di Jakarta dulu. Selain kota metropolitan, banyak tempat yang belum aku explore. Aku sangat kagum dengan tempat-tempat di Jakarta. Pada akhir bulan Oktober pun, aku pergi ke daerah Senayan. Saat aku sampai di stasiun MRT Senayan pun aku terkesima dengan pemandangan disana. Wahh besar sekali trotoarnya, banyak gedung-gedung tinggi disana, samping stasiun MRT pun bertepatan dengan kantor Kementrian Pendidikan. Aku bertemu Edo disana dan langsung menuju mall FX Sudirman. Terlalu banyak mall hingga aku ingin menjelajahi semuanya. Setelah kumpul semua di FX Sudirman, kami pun langsung pergi ke GBK karena ada festival kuliner disana. Pemandangan saat berjalan kaki pun disuguhkan dengan megah dan asrinya kawasan GBK. Di Bandung mana ada seperti ini wkwkwk. Aku pun bersama teman-teman yang lain masuk dan berburu kuliner disana. Selain itu, ini pun ajang aku (dan teman yang lain mungkin) untuk cuci mata huehue. Makanan pilihan pun sudah kami beli dan kami berkumpul berbincang disana. Setelah shalat maghrib pun kami dengar ada puncak acara yang akan diisi oleh Rossa. Wess makin-makin seru nihh. Aku pun berkumpul di tengah-tengah kerumunan sembari bernyanyi menunggu bintang utama hadir. Jika aku di Bandung, tidak mungkin aku merasakan hal yang seperti ini, bukan? Gedung yang megah, jalanan yang macet, orang-orang yang sangat beragam (mostly cantik cantik wkwkwk), dan hiruk pikuk hiburan khas kota membuatku semakin yakin untuk tinggal di Jakarta lebih lama. Saat pulang pun aku kembali menaiki MRT sendiri, merenungi apa yang aku rasakan jika tidak berkesempatan kerja di Jakarta. Aku tidak dapat merasakan vibes Jakarta, kulineran bersama teman, menaiki MRT; Transjakarta, LRT, KRL. Belum lagi datang ke satu per satu mall yang tak kalah hebat dan bagus (Bandung mah jauh). Dan kalau di Bandung, aku tidak mungkin bisa bertemu dengan Khansa, Shafa, Grisza, Indri, dan Fiza, dan Rishel mungkin (siapa lagi anjir wkwk) karena terhalang oleh jarak. Mumpung masih muda, mumpung masih single, mumpung tenaganya masih kuat, aku seharus memang memanfaatkan semua waktu dan kesempatan untuk menghabiskan masa mudaku. Yapp, aku akan tinggal di Jakarta dalam waktu yang lama. Bandung, belum saatnya diriku untuk kembali.

The New Azzahra (Again)โ€‹

Aku sempat hilang arah, aku sempat bimbang dalam menjalani keseharianku. Apakah aku akan kembali kepada kehidupan yang stagnan? Bagaimana aku akan menghadapi hidup ini tanpa perasaan yang menggebu-gebu seperti dahulu? Benar-benar tidak ada orang yang mengisi hariku kali ini. Ketakutanku di masa lalu akhirnya terjadi. Aku bimbang dibuatnya karena di satu sisi aku merasa kesepian, di sisi lainnya aku sangat malas untuk menjalin hubungan. Mengapa? Yaa karena aku gamon. Walau banyak wanita yang terlihat menarik, tetap lahh "si dia" yang berada paling atas bagaikan bintang di langit yang hanya bersinar sendirian. Aku pun enggan untuk mengisi masa mudaku dengan flat-flat saja.

Aku pun menghubungi Shafa kembali untuk mengajaknya main dan juga sedikit bercerita tentang aku dan Grisza. Aku pun mendapat hal yang mengonfirmasi dan meyakinkanku bahwa sudah tidak ada harapan lagi diriku kepada Grisza.

"Grisza mah suka sama temen magangnya.."

Ahh jadi karena itu yaa. Cerita soal Griszha dan aku pun kemarin jalan memang tidak diketahui siapa-siapa karena dirinya tidak bercerita di grup. Shafa pun memberikan saran:

"Kalo lu pengin jalan doang "gabut" mah bisa aja main Bumble sama Tinder. Gua kenal cowo gua dari sana. Pasti ada kok yang mau jalan doang tapi tanpa komitmen juga."

Hmmm mungkin aku harus mencoba. Selain itu, aku juga penasaran apakah ada wanita seperti Syara disana? Baiklah kali ini aku akan mencobanya. Pertama aku install Bumble dan mulailah mencari wanita tipeku. Jujur saja, aku tidak mengerti bagaimana caranya agar aku bisa match. Yang ada hanyalah daftar orang yang menyukaiku, tapi aku tidak bisa melihatnya karena harus berlangganan paket premium. Hahh? Kok gini sihh. Akhirnya aku pun install juga Tinder dan malah lebih mahal. Banyak sekali daftar orang yang menyukaiku, namun aku lagi-lagi tidak bisa melihatnya karena harus berlangganan. Aku pun bertanya kepada Alfien, bagaimana cara memainkan Tinder karena aku sendiri tidak ada yang match setelah 2 hari memaikan aplikasi tersebut. Alfien pun menjelaskan:

(Alfien): "Jadi gini Rid, misal maneh swipe right. Nahh terus akun maneh muncul juga di home si cewe yang maneh like. Kalo si cewenya nge-swipe right juga, itu baru match. Kalo si cewenya swipe left yaa jadinya muncul di list 'orang yang menyukaimu'".

(Farid): "Ohh jadi ada 41 orang yang menyukai urang tuh artinya cewe itu swipe right, tapi urang swipe left?"

(Alfien): "Tah heeh. Jadi kasarnya mah di list eta tehh yang cewe suka, tapi maneh gasuka. Fitur premium teh bisi maneh berubah pikiran jadi bisa liat siapa suka maneh"

HAHAHAHA bodohnya aku. pantas saja tidak match memang banyaknya aku swipe left karena aku mencari wanita ber-value disana dan aku tidak menemukannya. Fisiknya pun yaa jarang ada sesuai dengan tipeku. Mungkin bisa dihitung jari orang yang aku swipe right. Aku pun selain melihat foto, juga melihat deskripsi, dan apa yang kelebihan yang ditawarkan olehnya. Makanya sangat sulit untuk diriku menemukan wanita yang pas.

๐Ÿ (Buzz, 1 notification for you).

Ternyata ada yang match guysss hahahaha. Aku ingat aku swipe right karena dia berkacamata, mempunyai kucing, dan terlihat cerdas. Ya mirip Syara lah dan orangnya pun talkative. Namanya Rishel. Sialnya ada lagi nama Azzahra di namanya wkwk. Rishel Sava Azzahra. Dan aku pun membuat obrolan semakin mengalir. Namun, terus terang, aku tidak bisa berpaling dari Syara. Aku hanya menimpali pesan demi pesan yang kami lontarkan. Hati ini tetap terukir namanya. Aku ingat tujuanku, karena hanya ingin "bermain-main" yaa aku ajak saja Rishel untuk bertemu.

Tak lama dari pesan itupun dirinya mengiyakan. Hahaha yups akhirnya aku bisa jalan lagi dengan orang baru. Namun, firasat burukku pun kembali muncul. Kalau Rishel baper, apa yang harus aku lakukan? Karena aku sebenarnya tidak terlalu ingin menjalin hubungan dengan siapapun. Singkat cerita karena sibuk dirinya dan diriku pun lupa bahwa aku punya chat dengannya, aku terlalu mengabaikannya pesannya. Aku pun kembali membalas walau sudah sangat telat dan hingga sekarang dirinya pun tidak membalasnya.

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya aku butuhkan. Aku merasa kesepian dan butuh someone, tapi someone itu aku ingin yang benar-benar sesuai tipeku. Kalo pun ada yang sesuai tipeku, aku malah tidak ingin menjalin hubungan dengannya. Kenapa? Karena aku sudah merasakan pacaran bertahun-tahun dan aku rasa itu tidak worth dengan hasil akhirnya. Ya memang ada yang sampai nikah juga seperti kakak sepupuku. Tapi, aku tidak ingin terkekang dulu. Seperti yang sudah di-mention di awal, aku ingin menghabiskan masa mudaku dengan sebaik-baiknya. Aku tidak ingin kebebasanku tergadaikan oleh cinta dalam waktu dekat ini. Dan aku tidak ingin patah hati oleh hubungan yang sangat lama. Lalu, bagaimana kalau HTS? Aku pun tidak mau karena HTS itu rancu. Bebas tapi ngga bebas. Walaupun ya sah-sah saja aku dekat dengan siapapun karena tidak mempunyai hubungan, tapi aku merasa bersalah saat aku jalan dengan Shafa dan Griszha di tengah aku HTS-an dengan Syara. Jadi hematku memang aku untuk sekarang single dulu lahh.

Ditambah perasaan tenang. Di hatiku masih membekas Syara. Walaupun ya ketemu Rishel lahh, lihat cewe cantik di Senayan lahh, cewe-cewe Tinder Bumble juga ada yang bikin kagum lah, namun tetap aku tidak bisa berpaling darinya. Di sisi lain perasaan aku pun tidak se-brutal saat lost contact dengannya di bulan April. Kesannya seperti aku suka, tapi aku tenang tidak tergesa. Perasaaan ini sama seperti aku putus dengan Lina di 2018. Walau yaa aku suka Fitriani adik kelas komisiku, Fitria teman Sekbid 1, Lubna sekretaris OSIS, Shelma rekan MPK juga. Tapi tetap aku tidak berpaling dari Lina saat itu. Perasaaan dengan Lina masih ada dan sama walau terpisah jarak dan waktu tepat 1 tahun. Sekarang pun akankah aku bertemu dengan Syara lagi? Iya dan tidak tetap aku masih berharap dengannya. Namun apakah aku juga cocok untuknya? Aku rasa tidak adil jika Syara yang menjaga hati tapi aku malah main hati dengan banyak wanita. Aku pun tak tahu itu. Yang aku tahu adalah perasaan ini masih sama walau aku bertemu Azzahra baru.

Dewasa kini, yang aku yakini adalah aku manfaatkan masa mudaku dengan belajar, bekerja, dan juga hangout di Jakarta, tak lupa terus meningkatkan kualitas diri ini, dan aku memang ingin banyak mengenal wanita tanpa rasa bersalah. Kalau sudah jodohnya juga pasti bertemu kok dengannya. Namun, jika tidak berjodoh pun yaa sedih sih. Tapi aku terpikirkan oleh lirik lagu "Save Your Tears",

sing with me

You could've asked told me why I broke your heart You could've told me that you fell apart But you walked past me like I wasn't there And just pretended like you didn't care hurt ... Yeah, I broke your heart like someone did to mine ... Girl, take me back 'cause I wanna stay Save your tears for another I realize that I'm much too late And you deserve someone better

Aku tahu bahwa aku melukainya. Namun dirinya tidak berkata apapun seolah tidak terjadi apa-apa. Aku sadar aku membuat dirinya berkeping-keping. Namun dirinya tidak berkata apapun seolah tidak ada luka. Yapp, aku sudah menghancurkan hati seseorang, sama jahatnya seperti seseorang yang sudah melakukan itu kepadaku. Aku ingin kita dapat bertemu lagi. Simpan rasa sedih itu untuk bisa diluapkan oleh haru dirimu karena seseorang yang tepat. Aku sadar aku pun terlambat untuk mengakui kesalahanku, dan aku rasa kamu lebih deserve seseorang yang lebih baik. Aku masih berharap karena dirimu mengatakan "See you on top". Apakah kita memang akan bertemu lagi saat kita berdua sudah sama-sama sukses dan sama-sama siap? Aku berharap seperti itu. Aku sudah menyampaikan salammu untuk keluargaku. Ibu malah bertanya, "Mana orangnya? Ajak kesini". Bu, itu salam perpisahan untuk sementara ini memang akan membatasi komunikasi kami. Ibuku menjawab, "Ohh bagus kalo gitu jarangin ketemu, selesain dulu kuliah, ntar kalau udah sama-sama mateng mah pasti ketemu lagi" dan aku pun percaya akan hal itu. Sudah ku hapus Tinder dan Bumble karena memang susah untuk mencari tipeku. Buktinya malah bejibun list yang menyukaiku, yang match cuma satu wkwkwk. Syar, would you waiting for me? Sembari menunggu mari kita bungkus cewe wkwkwkw cheers.

Note: Bakal jarang nulis kalo se-sibuk ini kuliah sama kerjaan. Untuk hari Senin ini masih rada santai, walau tahu malem pasti sibuk lagi.