Skip to main content

Darimu Aku Belajar

· 7 min read
Muhammad Farid
Summary

Aku sisakan waktu ini untuk menyelami dan menapaki renungan-renungan, berpikir bahwa sudah sejauh ini aku melalui banyak hal. Tak lupa aku bertemu dengan banyak orang dengan beragam pemikiran, prinsip, dan watak sehingga aku belajar banyak hal dari sana. Maka dari itu aku menulis ini dan tulisan ini aku dedikasikan untuk semua orang yang aku sebut.

Pembelajaran

Dari ibuku, aku belajar tentang kesalehan, bagaimana cara bersikap sebagai seorang muslim yang seutuhnya. Beliau juga selalu berpesan dengan template yang sama secara berulang bahwa tiada gunanya hal-hal yang bersifat duniawi jika kita tidak menyertainya dengan hal-hal yang bersifat ukhrawi. Tidak ada manfaatnya prestasi di dunia jika untuk urusan akhirat itu sering diabaikan. Ibu selalu menekankan untuk tidak melupakan hak-hak Tuhan yang harus kita penuhi sebagai hamba-Nya.

Dari ayahku, aku belajar bagaimana bersikap menjadi pria sejati. Beliau mengajarkan bahwa pria itu harus pandai melakukan pekerjaan rumah tangga. Pengajaran tak langsung juga sering aku dapatkan darinya. Beliau selalu melakukan dan rela mempertaruhkan apapun demi keluarga. Tak lupa beliau selalu berpesan untuk selalu bertanggungjawab terhadap apa yang sudah disepakati, diucapkan, ditetapkan, dan dilakukan.

Dari kakakku Kartika, aku diberi nasehat untuk selalu mengambil keputusan sesuai dengan aturan Allah. Diriku sudah diberi tiga kali peringatan untuk tidak berpacaran dan tiga kali pula aku memang gagal dalam menjalin kasih dengan seseorang. Selain itu, aku juga belajar bagaimana aku harus percaya kepada mimpi-mimpi yang aku idamkan, lalu menulisnya di kertas dan ditempel dan boom, banyak dari list keinginan yang tercapai saat aku memulai menulisnya. Karena kakakku juga seorang yang menginspirasi aku untuk mempunyai hobi menulis.

Dari kakakku Tiara, beliau selalu berpesan kepada diriku untuk menjadi seseorang yang tegas dan mempertahankan harga diri sepenuhnya. Aku belajar bahwa diriku ini tidak boleh diberlakukan seenaknya oleh orang lain yang tak punya hati. Aku belajar pula untuk menjadi orang yang berani berkata "TIDAK" dan berkata "YA" sesuai dengan keadaan dan kondisi eksternal maupun internal diriku. Aku belajar intisari nasehat beliau adalah menjadi orang yang percaya diri.

Dari sepupu Dessy Lucky, aku belajar bahwa ada seseorang bisa kuat dan teguh dengan prinsipnya, walau lingkungan sangat sukar untuk bersahabat. Tidak terpengaruh dengan hal yang negatif dari apa yang orang katakan dan pikirkan. Dari dirinya juga aku belajar untuk ikhlas dengan ketetapan Allah SWT, bersedih hati secukupnya, dan biarkanlah dunia berjalan sebagaimana mestinya. Aku hanya perlu kuat, tabah, dan sabar untuk menghadapi semua hal-hal yang tidak menyenangkan. Tak lupa syukur untuk semua hal yang menyenangkan.

Dari sepupu Febri, aku belajar bahwa kesederhanaan dan kebahagiaaann bisa kita dapatkan dari hal yang kecil. Tidak perlu terburu-buru menggapai apa yang kita inginkan secara instant. Cukuplah nikmati proses-proses kita sedikit demi sedikit untuk terus bertumbuh dan memantaskan diri seiring berjalannya waktu. Dirinya juga mengajarkan untuk selalu menomersatukan keluarga dibandingkan dengan urusan-urusan dunia lainnya.

Dari Waffa Dzakwan, aku belajar untuk tidak merasa FOMO ataupun terlalu takut akan kehilangan pasangan. Mungkin aku selalu terbesit pikiran, "Aku takut aku tidak akan menemukan orang yang sama seperti dia". Percayalah, dia sangat menyadarkan aku bahwa sebenarnya masih banyak orang di luar sana yang akan cocok denganku, aku tak perlu risau jika orang yang aku kagumi tidak membalas perasaanku, ataupun orang yang aku kasihi tidak mau menerima kasih itu dariku, bahkan orang yang aku cintai pergi tidak mengacuhkan diriku. Lagipula, Allah pasti akan memberikan orang yang terbaik menurut-Nya dan terbaik untuk kita.

Dari Lina Hasna, aku menyadari bahwa uang dan barang apapun tidaklah bisa membeli waktu. Quality time merupakan hal yang harus diperhatikan untuk semua hal, baik dengan pasangan, keluarga, maupun sahabat. Aku belajar bagaimana aku harus rela dan berprinsip untuk selalu meluangkan waktunya walaupun sedikit saja untuk orang-orang terkasih. Kekayaan, kemewahan, kenyamanan fasilitas, dan kejutan apapun akan tetap tidak berharga bila dibandingkan dengan waktu. Selain itu, aku juga belajar untuk lebih bisa mengendalikan emosiku dan tetap berpikir rasional di kala emosi sedang berkecamuk.

Dari Gilang Abelard, bahwa di dunia ini masih ada seorang laki-laki yang benar-benar polos😂. Akupun belajar bahwa setidaknya aku harus memberitahu hal-hal yang mendasar kepada anakku agar tidak terlalu buta dalam beberapa hal yang sensitif. Dari dirinya juga aku belajar bahwa rasa kesepian bisa menyerang siapa saja.

Dari Shafira Alya, aku belajar bahwa sosok pria haruslah berjiwa pemimpin, tegas, kuat, bijaksana, dan tidaklah "lembek". Dari dirinya juga aku belajar bahwa seorang wanita pasti menginginkan pria dengan berkarakter seperti yang disebutkan. Tidak mungkin jikalau wanita membutuhkan pria hanya berjiwa anggota yang selalu terbawa arus, lemah lunglai, selalu blunder dalam membuat keputusan, dan lembek tidak tegas. Dari dirinya juga aku sadar bahwa ternyata trauma dapat menghalangi seseorang untuk membuka hatinya kembali.

Dari Zeta, aku menyadari bahwa peran ayah sangatlah berpengaruh terhadap anak. Apa artinya jika kehadiran sosok ayah itu hanya sekadar jasad, namun pikirannya melayang entah kemana. Dari dirinya juga aku belajar untuk tidak berat sebelah dalam menyayangi anak. Lagi dan lagi berhubungan dengan quality time. Dari hal tersebut membuat aku ingin menjadi sosok untuk yang selalu ada untuk anak, istri, dan keluarga besarku nantinya.

Dari Syara Azzahra, bahwa sekuat apapun wanita terlihatnya dari luar, tetap saja masih menyimpan luka serta pandai untuk menyembunyikan serta memperlihatkan lukanya. Dari dirinya juga aku sadar terdapat orang yang bisa berinteraksi secara instens tanpa adanya rasa. Aku belajar untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan agar tidak membuat keputusan yang akan aku sesalkan nantinya. Aku menyesal di masa lalu karena lebih memilih orang baru ketimbang fokus untuk mempertahankan hubungan. Namun, setidaknya masih bisa berteman walau tidak terlalu dekat untuk saat ini.

Dari Safana Putri, aku menjadi tidak takut untuk menyendiri. Aku tak perlu risau dan malu jika harus melakukan semua aktivitas harian dengan diri sendiri. Entah itu pergi ke mall, menonton bioskop, makan di restoran terenak, ataupun aktivitas lainnya. Aku juga menyadari bahwa jauh sebelum diriku mempunyai pacar, aku memang lebih suka untuk pergi kemana pun sendiri. Karena aku menjalin hubungan dengan waktu yang lama membuat kebiasaan tersebut menjadi pudar. Aku sudah terbiasa melakukan aktivitas harian berdua. Tapi saat aku mengenalnya, aku menjadi orang yang lebih berani lagi untuk menikmati hidup sendiri. Dari dia juga aku menyadari bahwa begitu besar impact dari perlakuan seseorang terhadap diri kita dan aku pun sadar bahwa ternyata ada orang yang bisa tanpa aktif media sosial dan aplikasi pesan daring lainnya.

Benang Merah

Masih banyak sebenarnya orang-orang yang berperan besar terhadap kehidupanku. Aku tidak me-mention-nya bukan berarti orang tersebut tidaklah penting, melainkan untuk sementara ini aku terbesit dan ingat dengan orang-orang yang berinteraksi dengan diriku dalam waktu dekat ini. Aku pun berasumsi, bahwa aku jika aku tidak bertemu dengan orang-orang di atas, aku tidak mengalami character development yang membuat aku menjadi orang yang sekarang kalian kenal. Jadi, terima kasih.

Dear my entanglement yang entah siapa pun itu, lihatlah diriku saat ini yang masih terus belajar dan berusaha untuk memberikan versi diriku yang terbaik untukmu. Please hold it up, keep your heart and stay healthy until I found you. I promise I'll come to you and I'll do anything for that.

Postingan kali ini aku akan tutup dengan kutipan Marcus Aurelius, seorang kaisar-filsuf Roma yang perkasa dan bijaksana (yang fotonya aku jadikan banner di blog ini). Kutipan ini ditulis olehnya saat ia juga kilas balik mengingat pengajaran yang diberikan oleh orang-orang sekitarnya, sama seperti diriku yang tulis saat ini yang Marcus tulis dalam buku Meditations. Kutipannya:

"Ingatlah bahwa semua (perkataan orang-orang) adalah opini. Apa yang dikatakan oleh mereka sudah jelas: dan manfaat dari perkataannya tersebut sudah jelas, jika seseorang mengambil intinya, sejauh yang ia pahami sebagai kebenaran."

Verba volant, scripta manent, kata yang diucapkan akan beterbangan, kata yang dituliskan akan menetap.