Saat matahari terbit pada hari Senin, aku tidak pernah menduga bahwa satu minggu penuh akan membawa begitu banyak cobaan dan kesulitan. Awalnya aku bangun dengan semangat, siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi. Aku pun merasa kuat tanpa dirinya. Namun, satu minggu yang berlalu seakan-akan membawa saya melalui neraka pribadi yang sangat berantakan dan menyakitkan.
Fucked Up
Hari Senin pagi yang begitu cerah, entah apa yang aku pikirkan semalam, aku rasa ini sudah siang. Namun aku enggan untuk beranjak dari tempat tidurku. Jam tanganku menunjuk kalau waktu sudah di jam 06:24. Hmmm... Sepertinya baru kali ini aku bangun kesiangan. Bahkan, aku ragu apakah aku sudah shalat Shubuh atau belum. Sepertinya belum, aku tidak ingat aku bangun shubuh. Ahh kenapa juga aku seperti enggan untuk bekerja. Tidak, waktu istirahatku belum usai. Aku seperti ingin tetap saya di posisi seperti ini sembari berpikir, "apa yang terjadi di hari kemarin?". Namun, sampai kapankah aku seperti ini? Sudahlah hidup harus tetap berjalan. Yapp, baru pertama kalinya aku bangun kesiangan di hari kerja. Biasanya jam 06:25 aku sudah selesai mandi dan bersiap untuk pergi ke kantor. Namun, saat itu aku belum melakukan apa-apa. Bak seseorang yang telah kehilangan harapan, aku pun dengan santai mandi bersiap ke kantor tanpa memperdulikan waktu yang sudah makin siang. Saat pergi pun aku dengan santai melaju tanpa takut terlambat masuk kantor, walau aku tahu Senin di Jakarta adalah hari dengan dipenuhi dengan kendaraan yang sangat sesak.
Sampai di kantor pukul 07:28 adalah waktu ter-siang aku presensi selama 3 tahun bekerja. Teman-teman kerja aku pun mengira diriku tidak masuk karena sudah jam 7 lewat aku tak kunjung datang. Maklum, sebagai karyawan yang dikenal selalu datang pagi adalah hal yang aneh ketika tiba-tiba datang siang. Rekor paling siang aku paling di jam 07:15 dan itu pun karena macet parah. Namun kali ini aku tak peduli.
Pekerjaan diisi seperti biasa, pekerjaan yang stagnan. Dengan ada atau tanpa dirinya rasanya sama saja pekerjaanku akan begitu-begitu saja. Hmmm... sepertinya tidak. Dahulu aku sangat menantikan notifikasi yang khas yang akan berbunyi di rentang jam 9-11. Lebih dari jam itu aku akan mulai khawatir dengan dirinya. Namun kali ini hal tersebut adalah angan-angan belaka, karena tidak akan ada lagi notifikasi yang aku nantikan itu. Ohh iya aku tidak sarapan jadi waktu berjalan sangat lama. Sedih iya, lapar iya, galau iya, bosen sama pekerjaan iya. Menu yang sangat komplit. Makan siang, lalu lanjut bekerja dan dilanjut pulang pada saat sore hari. Sesaat sudah sampai kos, aku bingung dan berkata, "Lalu, selanjutnya apa?". Ahh tidak aku bertemu dengan hari-hariku yang membosankan. Bukan bingung gabut, tentunya banyak tugas kuliah yang menanti. Namun aku tidak bersemangat untuk menyelesaikan itu semua. Aku lebih suka menghabiskan waktu dengan bermain gawaiku, membuka IG, mengecek DM yang tidak akan pernah dilihat dan akan selalu "sent", mengecek profil orang-orang yang aku kagumi, mengeluh di Twitter, melihat twit kucing yang menggemaskan, dan balik lagi buka IG. Aku pun tak lupa membuka WA mengharapkan tiba-tiba muncul notifikasi darinya namun hal itu adalah hal yang sangat mustahil, lebih mustahil daripada masyarakat Indonesia pergi ke Mars. Aku pun membuka galeri begitu banyak foto dirinya yang aku save dan begitu lahh aku menghabiskan sore hari sampai penghujung hari. Tidak, aku tidak ingin makan. Aku bahkan tidak membuka laptopku. Hanya gawai dan hariku yang sial ini. Ahh ini mungkin hanya efek dari beberapa hari ketika kami berpisah, esok pasti akan lebih baik. HAHAHAH BECYANDAA....
Siapa sangka hariku akan seperti itu lagi, bahkan lebih buruk. Aku yang kembali bangun kesiangan, mandi dengan santai dengan berkata, "aku tidak peduli kalau telat". Tidak sarapan, bekerja yang membosankan, berharap ada notifikasi yang sama, makan siang, bekerja, pulang dan meratapi nasibku. Lagi dan lagi aku tidak nafsu untuk makan malam, padahal aku baru makan sekali. Yap, sudah seminggu aku hanya makan sekali. Lagi dan lagi berharap hal yang tidak pasti, akan DM yang ter-seen dan notifikasi WA yang aku tunggu-tunggu. Dan aku ulangi siklus tersebut hingga satu minggu. Tidak ada yang berubah. Sudah 2 tugas aku tidak mengumpulkannya dan 1 ujian tidak aku ikuti, karena aku merasa putus asa terhadap hidupku.
Mungkin perpisahan ini tidak se-sakit perpisahanku dengan Lina dimana aku ingin hidupku berakhir seketika. Namun tetap saja ini sangat menyedihkan. Apalagi aku galau yang aku dapat dari 2 orang sekaligus, dari si dia yang menghilang dan si dia yang tak kuat menghadapi diriku. Ditambah lagi mungkin ketika aku putus dari Lina, aku mempunyai sahabat: Retno dan Syima. Kali ini aku benar-benar sendiri.
Ternyata Aku Redflag
Apa yang aku ratapi? Aku rasa aku memang buruk dan tidak pantas untuk dimiliki siapapun. Aku tak pantas dengan Lina karena ketika menjalin hubungan dengannya aku terlalu banyak menyakitinya. Aku pun sadar bukan salah dirinya saja yang membuat hubungan kami retak, aku pun secara tidak sadar sangat menyayat perasaan dirinya. Bagaimana tidak? Aku mempunyai sahabat wanita tanpa sepengetahuan dirinya. Aku benar-benar tidak ada rasa karena aku rasa kami nyambung saja. Aku pun sering mendengarkan curhatan dirinya tentang hubungan dirinya dengan lelaki yang berbeda agama dan Retno ini ingin melupakannya, namun terlalu berat karena dirinya pun menyayanginya. Aku pun bercerita bagaimana caraku menyelesaikan masalah dengan pacarku saat itu dan Retno membantu. Walau sebatas itu, aku rasa aku juga redflag karena secara tidak langsung itu akan menyakiti Lina. Bagaimana tidak? Saat dirinya tahu pun dia menangis di depanku. Tak cukup satu teman, aku memiliki Syima, orang yang membuat diriku mengurungkan niat untuk mengakhiri hidup. Tambah lagi siapa yaa satu orang lagi aku lupa wkwkwk. Walau dalam pandanganku, wanita dan pria itu bisa bersahabat tanpa ada rasa, dan aku pun begitu, namun tetap saja jika tidak terbuka itu sama saja dengan cheating. Maaf Lina, sudah terlalu banyak lukamu yang aku buat. Selain ini-itu, aku pun selalu menyakitimu dengan mempunyai sahabat wanita. Walau aku jamin aku tidak memiliki rasa, itu tetap saja salah. Sekarang kau sudah layak bahagia dengan sosok yang jauh lebih menarik dan lebih baik dariku. Semoga terus berbahagia dengan dirinya yaa.
Ternyata aku juga mengulangi hal yang sama, bahkan kesalahan 7 tahun lalu pun aku ulang. Sudah tahu aku salah lebih memilih Shafira yang tidak pasti ketimbang Syara yang telah menjadi milikku. Lantas, kenapa aku juga berharap pada Griszha yang tak pasti padahal sudah ada Syara yang kembali dekat denganku? Mungkin pembelaan diriku adalah saat itu status kami pacaran, sedangkan status kami sekarang hanya sebatas "teman". Namun tetap saja aku redflag. Walau aku sudah berusaha untuk denial perasaanku pada Griszha dan aku sudah terbuka kepada Syara mengenai perasaan dan harapanku, namun itu tidak mengubah situasi. Hubunganku dengan Syara tetap renggang, dan perasaan diriku terhadap Griszha makin tumbuh. Aku tahu kalau HTS artinya tidak pasti dan tidak terikat dengan siapapun. Namun, bukannya harusnya aku tetap terbuka kalau aku saat itu jalan dengan seseorang? Yapp aku red flag. Walau dirinya pun tidak memiliki perasaan cinta kepadaku, setidaknya aku tetap menghargai keberadaan dirinya dengan keterbukaan diriku. Sekarang aku dan kamu sudah sepakat untuk rehat dari hubungan yang belum jelas itu dan setidaknya kamu sudah lepas dari orang yang buruk sepertiku, sudah tidak perlu harus mengabariku, tidak perlu meminta maaf kalau dirimu terlambat untuk mengabari, tidak perlu pusing untuk menghadapi diriku yang seperti anak kecil ini. Kau sekarang lebih berhak untuk berbahagia tanpaku dan mungkin engkau memang sudah bahagia walau tanpa diriku. Maafkan aku yang sudah menambah beban hidupmu. Allah menjauhkan dirimu yang begitu sempurna dari diriku yang penuh dengan kesalahan. Maaf juga aku tidak terbuka kepadamu soal perempuan yang aku kenal. Terima kasih untuk playlist-mu, untuk semangat darimu, walau yang aku sayangkan adalah banyak foto dirimu yang hanya bisa dilihat sekali dan juga kita belum pernah bertemu dengan versiku yang berkacamata. Semoga kau lebih bahagia dan bisa menemukan sosok yang jauh lebih baik dariku, walau aku yang buruk dan redflag ini selalu mengharapkan dirimu.
Apa mungkin pria yang baik selalu mendapat wanita yang baik, dan pria yang buruk selalu mendapatkan wanita yang buruk? Tuhan apakah aku tidak diperkenankan untuk mendapatkan wanita baik seperti Syara? Aku rasa memang aku tidak pantas untuk siapapun karena begitu buruknya diriku. Ahh setidaknya di masa mendatang aku bisa mengenal teman wanita tanpa merasa bersalah bisa menjalin pertemanan dan persahabatan dengan wanita. Walau aku bisa begitu, sepertinya untuk sekarang aku tetap ingin menharapkan dirimu, Syara. Walau aku tidak lagi mengirim lagi ucapan selamat malam, bertanya harimu, aku rasa aku ingin mengucapkannya disini. Selamat malam, selamat beristirahat, dan aku harap selalu berbahagia sampai menemukan sosok yang tepat walau itu akan sangat menyakitkan diriku, dan cheers.
Note: Ohh iya aku hampir mengulangi kebiasaan burukku untuk meredakan stress ini. Untungnya aku langsung ketiduran huhuhu hampir saja.