Skip to main content

I'm Not Ready

· 18 min read
Muhammad Farid
Summary

Dunia ini begitu besar, seperti labirin yang tak berujung. Setiap langkah kecil yang kita ambil, setiap pilihan yang kita buat akan membawa konsekuensi yang berat. Tugas-tugas yang harus dipenuhi, tanggungjawab yang harus diemban, dan tantangan-tantangan yang harus dihadapi, itu semua menghadirkan ketidakpastian dan tekanan yang membebani. Selain daripada itu, terdapat kecemasan yang melingkupi ketidaksiapan ini. Ketakutan bahwa kita takkan sanggup mengikuti tempo dunia yang serius, takkan mampu menemukan makna dan tujuan di balik semua tanggung jawab yang menanti. Tapi pada saat yang sama, di balik ketidaksiapan itu, terdapat potensi yang tak terungkap, peluang yang belum dijelajahi, dan kehidupan yang menantikan kita.

What

Ini adalah tulisan singkat bagaimana aku memandang sesuatu dengan berbeda dan lebih bijak. Aku banyak menyadari hal-hal yang biasa aku anggap remeh sebelumnya. Maklum saja, karena aku sudah memasuki fase dasawarsa kedua dan begitu banyak hal yang aku lalui. Aku sudah berbeda dalam memandang cinta, karena cinta bukan hanya kesenangan belaka. Aku sudah berbeda dalam memandang pekerjaan, karena pekerjaan bukan hanya uang belaka. Aku sudah berbeda dalam memandang kegagalan, karena kegagalan bukan hanya penyesalan belaka.

Gambaran Awal

Cerita dimulai saat aku mendatangi acara pernikahan rekan kerjaku. Bisa dibilang aku datang sangat tepat waktu karena aku tiba saat acara baru saja dimulai. Padahal niatku aku datang saat akad nikah sudah selesai dilaksanakan dan hanya salaman-foto-makan (realistis saja, aku belum makan😂). Ternyata jadwal akadnya mundur yang awalnya direncanakan jam 09:00 jadi jam 10:00. Saat aku tiba, aku tidak sengaja berbarengan bertemu manajer dan langsung saja mendatangi ke tempat akadnya bersama. Ternyata ada dua temanku juga yang sudah datang terlebih dahulu beserta istri-istrinya. Yapp, diantara rekan kerjaku disana saat itu, hanya aku dan segilintir rekanku yang belum menikah (aku real jomblo sendiri sepertinya). Aku dengan khidmatnya larut mengikuti acara demi acara, yang dimulai dari sambutan masing-masing keluarga mempelai, sampai sudah sah menjadi sepasang suami-istri. Di tengah acara, aku pun bertemu dengan bosku dan dirinya memberitahu kalau rekanku yang lain sudah datang dan ada di luar. Tentu aku hanya mengiyakan saja karena aku ingin mengikuti acaranya dengan serius. Kenapa? Karena sekarang aku lebih concern terhadap acara pernikahan. Walau aku telah menyaksikan sendiri bagaimana prosesi akad saat kakakku menikah, I'm too young, aku tidak paham esensi dan vibes-nya. Dewasa kini, aku mulai paham dan maka dari itu aku ingin mengetahui step by step dari prosesi akad, karena nantinya aku woii yang ada di posisi itu.

Ohh iya saat tiba di acara pun aku sudah terbesit acara ramai sekali, berapa uang yang harus aku siapkan? Walau sederhana dan bagus tentunya uang yang harus disiapkan tidaklah sedikit. Wahhhh duitnya banyak ini cowo. Saat memasuki tenda tempat acara inti dilaksanakan, banyak dari teman mempelai wanita dan pria. Wahh jirr ntar temen gua dan temen dari cewe banyak juga cok. Belum lagi keluarga dan kerabat. Saat ku melihat mempelai prianya, kok bisa sesantai itu. Walau bukan aku yang menikah, jujurly malah aku yang tegang.

Yang nikah siapa, yang kalang kabut siapa.

Saat penghulu menanyakan apa mahar yang bisa diberikan, dirinya menjawab: "8 gram emas". Woooww, anggap 1 gram emas Rp1.000.000, berarti 8 gram emas kurang lebih Rp8.000.000. Seharga kuliahku satu semester 15 sks ini mahh. Tambah dekorasi, tenda, panggung yang ciamik, dan juga mahar, berapa uang yang perlu aku siapkan. Seperti lebih dari 50 juta. catering 50 juta. Belum rumah😅. Oke next next next, penghulu pun mengatakan bahwa akad nikah bisa dimulai karena semua dilihat sudah siap. Sialnya aku pun ikut merasakan gugup, "buruan oi gas akad". EHHHH penghulunya malah bilang, "sesuai sunnahnya, lebih baik diadakan khutbah nikah sebelum akad dimulai. Silakan pak ustad anu". aku yang hanya menonton pun gregetan, "lahh anjir makin tegang, liat cowonya udah tegang gitu malah dilama-lamain. Buruan lahh skip aja, harusnya daritadi aja khutbah mah". Berhubung dadakan dan acara sudah kadung ngaret, jadi khutbah nikah pun dilewat. Penghulu pun memberikan arahan kata-kata untuk wali nikah maupun mempelai pria agar tidak terjadi kesalahan nantinya.

"Saya terima nikah dan kawinnya mempelai wanita binti bapaknya dengan mas kawin yang telah disebutkan dibayar tunai."

Wahh easy sekali terdengarnya. Namun aku membayangkan bagaimana jika nantinya aku yang salah mengucapkan? Berhubung aku kalau berbicara suka belepotan dan cenderung terlalu cepat. Pasti hal itu akan membuatku sangat gugup. Sangat memalukan bila terjadi kesalahan. Apalagi aku yang perfeksionis, bisa dibawa sampai tua kali nyeselnya😣. Saat mempelai pria masih latihan, entah mengapa aku juga ikut latihan wkwkwk. Tiba lahh acara yang ditunggu-tunggu. Seketika suasana menjadi agak hening saat akad nikah berlangsung. Mempelai pria pun menjawabnya dengan sangat lugas dan lantang. "Sah?? Sahh. Alhamdulillah. Sekarang ananda sudah sah ya menjadi suami". Terus terang tiba-tiba saja aku pun ikut terharu dan seketika ingin menangis. Mengingat stigma yang melekat dan aku dikelilingi oleh rekan kerjaku, tentu aku menahannya. Namun sekali lagi terus terang, aku benar-benar terharu. Tapi, kenapa mempelai prianya tenang-tenang aja heiii.

"Baiklah kita datangkan calon istrinya. Ehh, sudah jadi istri yaa sekarang."

Saat pengantin wanita yand didampingi oleh kakak-kakaknya (apasihh namanya? Mermaid? Bridesmaid?) dan aku melihat dirinya sesenggukan. Wajar lahh karena dia cewe memang stigma dan streotipnya seperti itu. Yang jadi masalah itu kenapa aku yang hanya sebatas rekan kerja ingin ikut-ikutan ingin menangis😭. Bukan karena sedih melihat dirinya menikah dengan orang lain, hanya saja aku ikut terharu. Aku pun membayangkan bagaimana senangnya saat pengantin pria melihat orang yang baru saja menjadi istrinya. Lagi dan lagi muka mempelai pria biasa saja. Ingin aku teriak, "Woi senyum dikit napa?". Aku membayangkan juga pasti sangat bahagia jika aku berada di posisi dirinya. Namun, seketika aku ragu. Apakah aku siap untuk seperti ini dalam waktu dekat?

Keraguan Dengan Alasan

Kembali pada perseturuan idealis dan realistis. Perbedaannya jika pernikahan ini akan benar-benar melibatkan dua insan. Tidak, ini melibatkan dua keluarga dan dua lingkungan pertemanan. Misalnya dari keluarga pria menyarankan untuk menikah sederhana, namun keluarga wanita menginginkan untuk menggelar resepsi yang meriah. Belum lagi tekanan dari teman-teman yang pasti menaruh ekspetasi yang lebih untuk acara pernikahan untuk kebutuhan story. Sangat disayangkan apabila acara yang diselenggarakan tidak instagramable. Tentu acara pernikahan juga menjadi acara yang sekali seumur hidup. Siapkah diriku untuk mengahadapi kemungkinan itu? Berapa biaya yang harus disiapkan? Tentu sangat mahal bukan? Mengingat inflasi yang terjadi di Indonesia 2023 ini mencapai 3,6%.

Apakah setelah menikah masalah finansial sudah cukup?

Tidak, itu hanyalah sebuah permulaan. Sebagai pria, aku pasti mempunyai tanggungjawab untuk menafkahi istriku, mempersiapkan biaya untuk pemeriksaan kandungan, menyiapkan perintilan untuk anak, dan biaya lahiran. Setelah aku mencari-cari terkait harga untuk melahirkan, bisa sampai 20 juta. Sebagai suami yang baik, aku tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk istriku kelak. Puyeng ternyata ya. Setelah anak lahir, tentu ada biaya-biaya lainnya. Aku harus rela budget bulanan yang aku pakai untuk segelas grande iced americano + vanilla ice cream + dolce sauce 2 pumps menjadi susu formula Bebelac dan susu untuk ibu hamil wkwkwk. Tak masalah sih selama itu untuk memenuhi tanggungjawabku. Namun, dengan melihat nominalnya aku belum siap untuk itu. Jangankan nanti, saat memasuki semester baru saja aku sudah pusing "ini gimana bayar kuliah 19 sks, kost satu bulan, service motor". Intinya, untuk perkara pembiayaan aku sangat-sangat belum siap. Walau terdengar masih jauh, aku senang untuk memikirkan dan mempersiapkan itu.

Terlalu jauh Rid terlalu merisaukan masa depan itu.

Baiklah, aku pun sejujurnya belum siap untuk membuka hati. Bukannya aku trauma untuk memiliki hubungan, itumah aku gakan ada kapok-kapoknya wkwkwk. Aku hanya tidak mau memberikan effort 100% lagi kepada seseorang yang belum pasti. Sekarang aku sanggup untuk memberikan effort bantuan 100% kepada keluargaku saja. Kenapa? Karena seumur hidupku hingga sekarang, aku tidak pernah dikhinati oleh keluargaku. Perkara remeh seperti sepatu olahraga aku pun yang ibuku ingin meminjamnya, beliau bilang dulu kepadaku. Tidak ada ceritanya orang tua mengambil barang milik anak-anaknya dengan diam-diam. Tidak pernah pula orang tuaku bersikap tidak adil. Oleh karena itu, bantuan apapun aku rela mempertaruhkan apa yang aku punya kepada keluargaku. Namun memberikan effort 100% kepada seseorang di luar keluargaku? Tidak, aku tidak mau melakukannya lagi. Aku sudah merasakannya dan itu berakhir dengan menyakitkan. Bukannya aku perhitungan soal untung-rugi, aku hanya ingin menjaga ke-eksklusif-an dari effort-ku, aku tak ingin sembarang orang dapat mendapatkannya dariku. Inilah prinsip yang aku pegang. Terkait juga dengan tulisan sebelumnya, aku tetap menjadi orang baik bagi semua orang, tak peduli orang itu pernah menyakitiku, mengkhianatiku, I don't care. Hanya saja, mungkin aku akan membantu jika memang aku pun bisa membantunya. Jika aku sedang lelah, sedang tidak mood, atau terdapat halangan lain, aku pasti tidak akan membantunya dan akan menawarkan untuk diganti di hari lain. Tapi untuk orang-orang yang aku anggap prioritas: keluarga, istri, anak, walau aku sedang lelah, sedang tidak karuan, sedang sedih, akan kusingkirkan itu demi mereka. Tak peduli jarak, harga, tenaga yang terkuras, aku akan tetap mengerahkan semua tenagaku. Contohnya adalah ketika aku sedang sibuk mumet-mumetnya bekerja, jika temanku meminta bantuanku, aku tentu tidak akan langsung mengiyakan. Tapi begitu ibu atau ayahku yang meminta bantuan, sesibuk apapun semumet apapun langsung tancap gas.

Apa bedanya dia yang spesial dengan teman-temanmu yang lain? Jika kau ingin membantu semua orang.

Yang namanya spesial tentu aku juga menerapkan hal yang spesial, tapi tidak se-spesial keluargaku. I am sorry, aku harus membeda-bedakan perlakuanku kepada orang-orang karena itu sudah adil. Adil bukanlah menyamaratakan perlakuan. Adil adalah memposisikan diri sesuai dengan kadarnya. Sudikah kau membayar pajak penghasilan seperti orang kaya yang sebesar 1 Milyar? Kalau persepsi sama rata seperti itu apakah kau mau? Ngga kan. Begitu pula dengan perlakuanku.

Ohh iya terkait idealis dan realistis, dulu aku sangat idealis. Dimana aku mengerahkan 100% effort kepada orang yang belum tentu akan melakukan hal yang sama. Bagaimana hasil akhirnya? Malah nice try kan, seperti pepatah "air susu dibalas air tuba". Lagian salahnya lagi aku memberikan ke-eksklusif-an usahaku kepada orang yang salah dengan dalih dirinya suatu saat pasti akan sadar dan berubah. Nyatanya tidak sesederhana itu. Mana mungkin orang dengan didikan dan perlakuan dari orang tuanya berbeda denganku akan berubah seketika hanya dengan modal effort 5 tahun? Sangat mustahil. Jadi, untuk kedepannya aku tidak ingin dulu memberikan effort 100% kepada siapapun. Namun, aku usahakan akan memberikan effort terbaik untuknya.

Kalau sudah siap memberikan effort terbaik, kepada tidak menjalin hubungan saja tapi tetap mempertahankan effort tidak sampai 100%.

Aku tidak siap untuk menghadapi perasaan roller coaster ini. Seperti yang aku sudah ungkapkan bahwa cinta itu berat, karena ia akan sepaket dengan tanggungjawab. Aku harus bertanggungjawab untuk mempertahankan perasaan dirinya. Tentu aku mau mengalah, tapi tidak semua aku akan mengalah. Salah satu yang aku belum mengalah adalah untuk tidak berkomunikasi dengan lawan jenis. Aku belum siap untuk dibatasi komunikasiku dengan teman, apalagi lawan jenis. Apa yang aku bicarakan? Aku tidak menggoda teman-temanku, aku tidak modus. Aku berkomunikasi untuk menambah sudut pandang. Aku akui, aku salah dengan tetap berkomunikasi dengan teman lawan jenis untuk membahas masalah yang aku hadapi mengenai wanita. Namun, aku benar-benar mendapatkan saran dan sudut pandang baru sehingga aku bisa lebih baik lagi saat memperlakukan doi. Tapi tetap saja ia tidak menerimanya. Jika aku tidak membicarakannya, aku gelisah sendiri dan dirasa tak mampu intropeksi dengan bertanya kepada orang lain. Aku tidak sempurna, tentu akan ada blunder yang aku lakukan, baik secara sengaja ataupun tidak. Jadi hematku, aku tidak siap untuk menjalin hubungan dalam waktu dekat ini.

Lalu, aku tidak siap merasakan nano-nano saat menjalani hubungan. Senangnya mah pasti mau dong. Perasaan tak enaknya aku belum siap bestie wkwkwk. Mengkhawatirkan pasangan, OVT pasangan aneh-aneh lah, cemburu, aku belum siap untuk menyelam lagi dengan perasaan-perasaan itu karena itu semua pasti sangat menguras energi. Udah tau aku tuh belakangan ini sering kelelahan, ditambah perasaan itu pastilah sangat melelahkan. Belum lagi jika terjadi pertengkaran lalu tiba-tiba aku tertidur, nantinya aku disangka tidak bertanggungjawab dan lari dari masalah. Ketiduran adalah hal yang tidak bisa dikontrol olehku, udah tabiatnya kalau aku gampang sekali tertidur. Cemburu, aku juga sangat cemburuan. Aku tidak siap untuk selalu cemburu pada hal-hal kecil. Lebih baik aku tidak merasakannya itu dalam waktu dekat ini.

Telat Malih, lu udah cemburu gajelas.

Lahh iya juga ya hahaha. Aku aja cemburu kepada hal yang tak pasti, cemburu dengan hal-hal yang ada dalam pikiranku tentangnya. Aku cemburu jika aku hanya menjadi salah satu lelaki yang ia hubungi. Aku cemburu jika terdapat sosok lain yang lebih unggul dan lebih pengertian dariku, aku cemburu jika ia jatuh hati pada orang lain. Sudahlah itu saja cukup, aku bisa saja menyiasatinya dengan berkata kepada diriku, "Lu itu gabisa cemburu karena lu sepatu flat, gaada haknya". Kalau sudah menjalin hubungan, tentu cemburunya makin menjadi. Aku juga tidak mau mencampuri privasi dirinya. Daripada makan hati, mending aku tidak dulu menjalin hubungan dengan siapapun. Selain itu, aku juga belum bisa memberikan waktu yang signifikan banyak karena kesibukanku bekerja dan berkuliah, dan balik lagi kepada fakta bahwa aku sering ketiduran. Aku tidak mau melukai dirinya dengan membiarkan feeling lonely. Ketika aku sedang sibuk di Jakarta, aku sering ketiduran. Ketika di Bandung, aku ingin menghabiskan diriku di rumah dengan beristirahat ataupun berbincang bersama keluargaku. Kalaupun main aku tidak mau jauh-jauh. Jadi, aku belum siap dan belum mampu untuk memberikan waktu yang berkualitas untuknya. Terus terang aku belum siap dengan semua itu. Terakhir, aku tidak siap untuk memberikan yang terbaik. Bukan berarti aku tidak mau memberikan yang terbaik, aku perlu benar-benar memahami sudut pandang wanita secara menyeluruh. Dengan cara apa? Ya dengan berbincang dengan teman lawan jenis. Bagaimana bisa aku bercengkrama dengan lawan jenis bila aku harus menjaga perasaan pasanganku? Sungguh hipokrit. Jadi lebih baik aku berbincang sepuasnya dengan teman wanitaku sampai benar-benar tuntas khatam semua dengan sifat wanita, sehingga di kemudian hari aku bisa menjaga jarak dengan teman lawan jenis dan menginduksi untuk menjaga perasaan pasanganku kelak.

Apalagi yaa. Ohh iya selain faktor-faktor internal, aku pun tidak siap dengan faktor eksternal. Terkait effort-ku yang 100% tentunya masih lama untuk aku wujudkan berhubung aku masih kuliah semester 3 di bulan September. Masih ada 5 semester lagi sobat untuk lulus. Apa lulus langsung nikah? Ya ngga juga bambang. Aku perlu rehat dulu dari kesibukan kuliah sembari mematangkan finansialku. Jadi masih lama coy buat ke jenjang pernikahan. Santai lahh, lagian calonnya aja belum pasti kan😭. Kalau doi yang sekarang gimana? Sama aja belum pasti. Belum pasti aku yang diinginkannya. Jadi ya intinya aku belum siap lagi untuk menjalin hubungan. Aku ingin patah hati karena putus yang kemarin adalah putus yang terakhir, dan aku ingin sosok ke depannya adalah benar-benar sosok yang tepat. Jadi sekali jadi ajalahh, gamau patah-patah hati lagi gara-gara pacaran. Ohh iya, aku pun menghindari ke-cringe-an saat berpacaran. Aku termasuk yang jarang mempublish pasanganku di media sosial. Karena apa? Karena jujur aku sedikit ilfeel dengan orang yang setiap story isinya adalah momen dengan pacarnya, benar-benar tidak mempublish hal lain, pikirku seperti "Lu gapunya kegiatan lain apa selain pacaran". Tentu aku tidak mempermasalahkannya, aku hanya tidak mau diriku dicap seperti itu. Aku sadari I can't keep pouring a water into a broken cup, you'll empty yourself and the cup will still be empty. Jadi, yapp mari kita fokus pada pengembangan dan perbaikan diri ini.

Note

Akhirnya bisa punya waktu untuk menyelesaikan tulisan ini yang udah jadi draft dari hari Selasa. Inimah unofficial dari tulisan aja wkwk, jujur emang aku belum siap untuk menjalin hubungan karena masih banyak kekurangan dari aku sendiri. Ngebiarin feeling lonely? Iya keknya karena aku sering ketiduran, tetep itumah susah dibantah. Kedua, karena kesibukan aku yang disuruh belajar Docker dan Jenkins, aku jadi working hard di kedua teknologi itu sampai bener-bener gamau diganggu sampai berhasil. Setelah berhasil malah disuruh input data peraturan perundang-undangan ke Excel😭. Kirain bakal santai dan aku mau fokus balas pesan dia, bukan hanya sekadar balas karena aku tak mau membalasnya sembarangan. Setelah pulang, hujan yeee dan sampai travel. Karena mobilnya udah dateng dan bener-bener capek, jadi aku langsung naik dan banyak tidurnya. Sekali lagi aku gamau balas chat dia serampangan, bisi salah langkah. Dan biar ga kepikiran, aku sampai gamau dulu baca notif dia. Nahh, jujur begitu sampai rumah dan akhirnya aku bisa santai dan balas chat doi, aku ceritain lahh kenapa aku baru balas. Sial, aku benar-benar bingung saat doi hanya mambalasnya dengan satu bubble yang secara tersirat dirinya menunjukkan kekecewaannya. So sorry. Tapi aku berusaha untuk memancing dirinya mengatakan hal yang sebenarnya. Akhirnya doi sedikit bercerita yang bete karena kukunya kepentok pintu dan terluka. Namun, aku yakin masih ada hal yang ngga ia ungkapkan.

Selain itu, aku emang belum siap untuk tidak bercerita kepada cewek, karena akupun meminta saran dan bantuan untuk memahami dirinya. Aku pun chat dengan Sophia dan Jihan. Jadi kalau aku menjalin hubungannya dengannya, sementara aku masih chat dengan teman cewek, pasti itu akan sangat menyakitkan dirinya.

Dengan Sophia:

Sophi 1 Sophi 2 Sophi 3 Sophi 4 Sophi 5 Sophi 6

Dengan Jihan:

Jian 1 Jian 2 Jian 3 Jian 4

Benar-benar aku mendapatkan saran yang berharga. Yaa, pengalaman 5 tahun serasa tidak ada gunanya, malah tetap cupu wkwkwk.

Selain karena kesibukan dan kecapean, aku jadi jarang ke Starbucks karena bawaannya pengen cepat-cepat pulang. Niat mau menyelesaikan tulisan, malah kebawa asyik chat doi wkwkwk. Kembali lagi ke perasaan dagdigdug nan nano-nano, aku belum siap rasa roller coaster itu. Sumpah, paling takut kalau bete gara-gara aku:). Masalah yang emot yaampun bikin tremor. Tapi ya Rid, jangan geer dulu please, belum tentu nama kamu yang sering terlintas di pikirannya. Jadi ya pokoknya jalanin dulu saja semua saran-saran dari temanmu, jangan lupakan tetap ikuti intuisi kamu, dan selalu libatkan Allah SWT.

Ya Allah, tolong bimbing diriku menuju pilihan yang tepat. Tolong tambahkan tanda-tanda atau petunjuk yang semakin menguatkan bahwa dirinya benar-benar baik untukku. Kalau bukan, tolong segera hapus perasaan ini agar aku tidak merasakan sakit yang mendalam seperti yang sudah-sudah. Sejujurnya, aku masih mengambang ya Allah terkait semua langkah yang harus aku ambil. Terakhir, tulisan ini aku selesaikan sembari menunggu dirinya pulang bekerja. Asalnya mau dijemput, tapi jawabannya abu-abu. Sudah dibilang, kalau abu-abu jawaban sebenarnya adalah tidak (secara halus). Setelah pulang kerja, ternyata masih ada rapat karta. Jadi aku selesaikan tulisan ini sambil dengerin playlist dari doi. Any road, makasih Cala untuk playlist-nya, benar-benar enak dan membantu aku banget buat nulis ini dengan tenang and you are the only one who gave me playlist like this, so thanks and cheers.

Tambahan

Minggu, 16 Juli 2023. 05:11. Aku belum siap untuk menjalin hubungan, karena aku selalu menaruh ekspetasi yang tinggi pada pasanganku. Lupa dikit pada hal kecil, tidak menganggapku "ada", hingga tak terdapat apa-apa yang aku inginkan, itu selalu membuatku sedih. Aku tahu manusia tidaklah bisa sesempurna itu tanpa kesalahan, tapi tetap saja aku merasa sulit menerima kekurangan-kekurangan dari pasangan. Yapp, aku ingin belajar untuk tidak menaruh ekspetasi dan standar terlalu tinggi pada pasanganku. Bagaimana caranya? I don't know, paling untung-untungan saja. Maka dari itu ya Allah, di pagi hari ini dan untuk hal ini, aku meminta untuk Kau terus membimbingku menuju jalan yang benar akan membawa kebahagiaan, menuju jalan yang engkau ridhai, jalan yang menyebarkan kebahagiaan juga untuk orang-orang di dekatku.

Kenapa tiba-tiba nulis lagi?

Sedih aja coy, lagi dan lagi dan lagi udah berapa kali ini, aku ketiduran nunggu seseorang. Bisa dibilang aku kebangun saat notifikasi dia berdering. Aku balas dan aku tunggu beberapa saat dengan harapan dia masih terbangun dan menimpali kembali pesanku. Namun, aku tak kuasa menahannya karena mata udah perih mantengin laptop dari Isya, nulis ini di laptop sambil tiduran jadi ya aku kembali tertidur. Lalu, mungkin dia lupa kalau dia akan bercerita tentang harinya. Padahal itu yang aku tunggu:). Mau aku ingetin, malah ngga ngerasa surprise. Mau ngga diingetin, udah pasti lupa. Ahhhh:( serba salah. Memang paling benar sih kalo aku gaperlu menjalin hubungan dulu, untuk menghindari hal sepele semacam ini. Kalau sekarang mah masih bisa diakalin dengan menanamkan pada diriku, "Lu itu cuma teman inget! Kalau dia lupa ya wajar cape banget ga sihh abis kerja terus ikut rapat. Terus ada waktu main sama bestie ya dia main lah. So, gausah dulu banyak berharap yaa.". Baiklah itu saja tambahannya karena jatuh cinta kadang bikin melayang, kadang bikin rese sendiri juga wkwkwk. Udah lama juga aku ngga merasakan hal semacam ini, bete karena hal kecil. Udah yo. Ehh tiba-tiba aku kepikiran sesuatu.

Lirikan mata mu adiwarna, ditatap pancaindera, wahai adiratna, sungguh kau tahu, cinta mu mencuri atma ku yang memendam rasa

source: Tiktok

Bagus aja siihh hahhaa. Jadi mending sendiri dulu, karena aku ingin orang yang bisa memahami diriku, ingat diriku, dan menganggap aku "ada". Dah yu ngarepnya, kita ngopi dan sarapan, and cheers.

Breaking News

Minggu, 16 Juli 2023. 07:33.

Gajadi sedih gengs, ternyata dia inget kalo dia ingin bercerita ke aku. Yaa walaupun sederhana dan ceritanya singkat, overall sihh it makes me happy 🥰. Jadi keknya dia baru bangun, terus inget aku AHHHHHHHH. Tapi, harus mawas diri jangan terjebak ya Rid karena itu belum pasti. Ya Allah, berikanlah petunjuk-petunjuk yang lebih banyak untuk diriku jika memang dia orangnya. Udah gengs gaboleh terlalu senang dan terlalu berbunga-bunga untuk hal yang belum pasti wkwkwkwk. Kembali chat dengan dia sambil ngopi sambil Spotify dan cheers.