Skip to main content

Totally I Messed Up Again

· 7 min read
Muhammad Farid
Summary

Terus terang, aku mengacau kembali.

No Title

Aku bagai perahu yang sudah hancur, tetap berusaha untuk berlayar mengarungi samudra yang luas, dan bertahan di cuaca yang kejam nan tak menentu. Sudah ku awali pekan ini dengan pekerjaan yang membosankan, terus terang itu di luar bidangku dan akupun sejujurnya tidak menyukainya. Programmer dengan pekerjaan admin. Ayolah aku tahu aku masih payah, aku tahu aku tidak bisa diandalkan. Let me learn about technology, not about this tedious job. Aku senang diberi tugas untuk riset mengenai teknologi terbaru seperti Docker dan Jenkins. Lalu mengintegrasinya dengan Cypress. Walaupun bisa dibilang aku terlambat untuk mempelajari itu, aku senang dan sanggup untuk berlelah-lelah dalam hal itu. No matter what I'll learn it until I can do with it. Namun, kenapa aku harus mengerjakan pekerjaan yang remeh seperti itu? Baiklah tak mengapa aku akan berusaha untuk menyelesaikannya agar aku bisa kembali riset mengenai teknologinya.

Namun nahas, kenapa setelah itu aku diperintahkan untuk memperbarui dokumen-dokumen nan membosankan? Fuck with that. Tidak, aku tidak mau untuk mengambil pekerjaan untuk memperbarui dokumen. Kenapa aku harus mengambil pekerjaan "sisa"? Kenapa aku harus mengerjakan pekerjaan yang bisa dikerjakan tanpa mengambil gelar sarjana? This is sick. Semoga saja lupa akan hal itu dan aku kembali untuk meriset teknologi.

Kau yakin ingin mengambil pekerjaan teknologi? Baiklah here we go.

Saat aku berusaha untuk mati-matian mengerjakan pasal-pasal peraturan Indonesia yang dimasukkan ke dalam Excel, aku diberi tugas untuk membuat laporan presensi dari bulan Januari. Yap, terdengar menyenangkan karena aku kembali memegang teknologi dan bisa mengasah kemampuanku untuk melakukan query data yang kompleks. Aku awali saja dengan query sederhana dan mampu untuk menampilkan data sesuai dengan yang diminta oleh atasanku. Hei, ini cukup mudah. Aku pun tak luput untuk melakukan pengecekan ulang secara manual guna memberikan data yang valid dan sesuai. Ahh, aku sudah menyelesaikannya. Akan aku berikan kepada atasanku. Para petinggi tiap divisi pun dipanggil ke ruang meeting guna membahas laporan dari kehadiran tiap karyawannya. Aku yang membuat laporannya sendiri pun menyadari bahwa setiap bulannya, setidaknya sehari aku sakit. Sial, ini sangat mencemarkan nama baikku yang sedikit sakit pun aku tetap bekerja. Pada tahun ini, aku sering sakit ntah mengapa. Meeting para petinggi pun selesai dan aku diberitahu bahwa data yang kubuat tidak valid. Sontak itu membuatku kaget, aku sudah melakukan validasi ulang kenapa masih keliru?

Aku pun kembali memeriksanya dan menemukan banyak kasus yang kompleks yang aku bisa handle ke dalam query basis data. Aku pun mengerjakannya dengan arahan atasanku. Aku menemukan banyak data yang tidak sesuai dan aku kesulitan untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk query. Sangat-sangat sial. Aku merasa gagal, aku merasa tak kuasa untuk menahan rasa sedih sekaligus kecewa pada diri sendiri. Detik demi detik terus berjalan, namun aku seolah tidak mendapatkan hasil yang signifikan. Inikah rasanya tekanan dalam dunia kerja? Benar-benar sangat berat. Aku pun sejujurnya tak kuasa untuk meluapkan emosi yang terpendam. Namun, aku harus tetap menyelesaikan semua pekerjaanku dengan profesional. Aku harus menahan emosiku dan tetap berjuang. Namun, query demi query semakin aku tidak memahami apa yang sebenarnya aku cari. Aku berusaha untuk tenang dan kembali tracing dari awal terkait spesifikasi apa yang dibutuhkan dan aku harus melakukan query apa. I saw the pattern, akhirnya aku hampir menyelesaikan tugas dan melihat polanya. Query yang lebih kompleks pun aku jalani dan searching terkait keyword ataupun metode yang belum ku pahami. Saat sore tiba dan hampir menemui akhir dari jam bekerja, atasanku berkata:

"Laporannya sudah aku buatkan dan aku kirim. Nanti kamu lanjut aja yang pasal-pasal ya, kalau sudah berarti lanjut yang dokumen tutorial."

Aku gagal. Aku tidak melakukan apa-apa. Aku rasa aku tidak mengerjakan apapun di hari itu. Itu aplikasi memang tanggungjawabku, tapi aku tak bisa memberikan apa yang atasanku minta. Kenapa aku sebodoh ini? Pantas saja aku diberikan tugas yang remeh, karena untuk tugas yang berat aku tak mampu menyelesaikannya. Bosku pun membahas laporan yang tadi dengan atasanku, tidak denganku. Secara tersirat aku mengasumsikannya bahwa aku tidak mampu menyelesaikannya dan tidak bisa diandalkan. Aku tak bisa berbohong pada diri ini. Aku merasa sangat gagal pada hari itu. Aku ingin meluapkannya saat aku sudah tiba di indekos. Aku tak ingin pikiran ini mengganggu saat aku perjalanan pulang, aku tak ingin meluapkan emosi di jalanan. Aku ingin tetap tenang dan pulang dengan tenang pula. Walau ada saja satu-dua kejadian yang membuatku semakin emosi. Tetap tenang.

Yang aku benci adalah saat aku ingin meluapkan emosi di indekos, aku tak bisa meluapkannya saat tiba. Saat aku pulang aku tak bisa menangis. Aku tak merasakan hal sedih, kecewa, dan marah tadi seolah hari itu tak terjadi apa-apa. Aku benci semua emosiku masih terpendam. Aku lelah memikirkan kebodohan dan ketiadabergunaan diriku di tempat kerja. Aku ingin meluapkannya dengan menangis dan tertidur, namun lagi-lagi tak bisa. Ini sangat melelahkan. Aku tak mood untuk beranjak dari tempat tidur. Aku tak ingin memakan apapun walau perut ini sudah perih. Aku tidak bersemangat untuk mencari hiburan di ponselku. Yang aku lakukan hanyalah meratapi diriku yang tak berguna.

Aku butuh seseorang yang dapat mengerti kondisiku. Aku butuh seseorang yang dapat menenangkanku. Aku butuh seseorang yang dapat menyemangatiku. Tapi, aku tidak pantas mendapatkan itu semua. Aku sendiri. Tak ada yang memperdulikanku. Aku tak mau keluargaku tahu kondisiku. Tapi aku perlu seseorang yang dapat dipercaya dapat memahamiku. Di sisi lain aku tak mau menjadikan diri ini beban untuk orang lain juga. Sangat-sangat membuatku lelah.

Belum tuntas apa yang aku pikirkan mengenai karirku, pendidikanku, pernikahanku, dan lain-lain. Malah ini yang menambah beban pikiranku. Ya Allah, kuatkanlah diri ini untuk menghadapi pekerjaan yang rumit. Aku berada di posisi yang tidak menyenangkan. Berikanlah kekuatan, ketabahan, dan kesabaran. Berikanlah kepadaku ilmu yang Kau punya agar aku dapat menyelesaikan setiap tantangan di dunia ini. Ya Allah, saat ini aku kesepian, walau begitu jangan biarkan aku sendirian. Kirimkan lah bantuan-Mu untukku agar aku tidak terus-terusan mengalami sepi. Tetaplah jaga hati ini, pandangan, lisan, dan seluruh anggota badanku dari maksiat yang dapat menjauhkanku.

Yap, aku tertidur berusaha untuk menghilang dari dunia ini. Namun syukurlah aku tidak merasakan sampai benar-benar ingin mati. Aku rasa hal itu sudah hilang lama. Aku ingin seseorang dapat benar-benar memahamiku, sehingga aku dapat meluapkan emosi ini dan dapat membuatku tenang. Aku berkaca, muka ini tak bisa menyembunyikan kesedihan yang aku alami. Namun, aku harus tetap semangat bukan? Ya Allah, sertailah diri-Mu dalam setiap langkahku. Ya Allah, kirimkan lah seseorang yang dapat membuatku tenang. Ya Allah, bantulah diriku untuk masa depan karirku yang lebih baik. Walau sedih, kecewa, dan marah, aku tak boleh meluapkannya kepada temanku. Hanya aku sendiri yang harus menanggungnya. Maaf teman-teman, maaf kamu yang istimewa, aku sudah dua hari menghilang karena aku butuh waktu untuk bisa re-heal. Aku harus bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Tetap semangat dan cheers.

Update

Rabu, 19 Juli 2023. 14:03.

Seperti layaknya aku meminta dan langsung terkabul. Setelah aku menulis ini, tak lama ia pun menawarkan diriku untuk bercerita. Karena sudah dua hari aku menghilang dari dunia untuk sementara jadi aku baru sempat untuk menghubungi dirinya kembali. Apakah dia membaca tulisan ini? Ataukah tanda-tanda yang langsung Engkau beri kepada dirinya ya Allah? Aku tak tahu bagaimana caranya namun perlakuan dirinya membuatku lebih tenang. Dirinya juga membuatku lebih percaya diri dan memberikan sedikit harapan dariku kepadanya. Aku sangat berterima kasih kepada Engkau dan kepada dirinya. Namun, perlakuan baik kepada dirinya berbanding lurus dengan ketakutan diriku akan kehilangan dirinya. Memang benar, aku tidak boleh FOMO terhadap seorang wanita. Tapi sekarang aku benar-benar semakin menginginkannya dirinya. Bagaimana ini ya Allah, apa ini tanda dari Engkau bahwa dirinya memang yang tepat untukku? Jika iya aku mohon bimbingannya ya Allah agar diriku menjadi orang yang lebih baik dari sekarang, aku yang lebih mapan dari sekarang, aku yang lebih beriman dan bertakwa kepada Engkau agar aku dapat membimbingnya kelak. Teruslah pelihara dan jaga perasaan ini ya Allah hal yang tidak Engkau ridhai. Mampukanlah diriku untuk bisa bersama dan berbahagia dengannya kelak. Alhamdulillah ya Allah, aku merasa lebih baik sekarang. Tetap cheers ya Rid.