Skip to main content

I'll Fight Till The End

· 5 min read
Muhammad Farid
Summary

Kala itu adalah malam yang panjang. Walaupun diriku sebenarnya mengetahui bahwa diriku baru saja terlelap pukul 01:30. Dilihat jamku memang benar. Pukul 04:13, diriku terbangun mendapati bantal yang aku tiduri sudah basah berlaut air mata. Diriku juga terpongoh-pongoh menghela napas ketakutan seperti orang yang usai dikejar-kejar sesuatu. Debar detak jantung berirama tidak teratur, sama seperti irama napasku yang sesenggukan. Apa yang terjadi dengan diriku? Mimpi apa yang membuat diriku sangat-sangat ketakutan. Aku ingat mimpiku penuh dengan emosi yang tak terbendung.

Hampa

Suatu hari aku mendapati diriku masih menjadi siswa sekolah. Tak buruk mengawali pagi dengan senyum menyambut hari. Ya, senyum menahan lelah karena diriku datang terlambat sehingga datang ke sekolah dengan terburu-buru. Tak biasanya memang bagi orang yang sangat takut akan yang namanya terlambat, malah datang kesiangan. Setidaknya masih ada hal yang ku hadapi. Mendapati diriku di ruang kelas, namun isinya memanglah bukan teman-temanku. Aku sepenuhnya tidak mengenali siapa pun disana. Mimpi memang lucu, tiba-tiba saja projector terjatuh. Hei, itu jatuh secara tiba-tiba hingga terburai isiannya. Semua mata dari teman sekelas yang bukanlah teman tertuju kepadaku. Apa? Aku tidak melakukan apa-apa. Datanglah kepala sekolah yang juga aku tak dapat kenali bertanya siapa yang merusak projector dan lebih tidak masuk akalnya semua serempak menunjuk diriku. come on, apa-apaan ini. Intinya aku langsung akan di DO saat itu juga. Jelas aku tak terima begitu saja, aku melawan dan menjelaskan semua tuduhan palsu kepadaku. Tidak ada yang membantuku, senyap dan sunyi satu ruangan mengisi kepekikan ruang kelas. Intinya aku dicaci maki oleh semua orang dalam sekolah itu. Benar-benar tidak ada yang namanya teman dan tidak ada yang ku kenali secara nyata. Rasanya sendirian, kesepian, dan merasa tidak diinginkan. Semua orang disana memiliki tatapan dingin dan kosong. Ayah yang bukan ayahku juga datang ke sekolah untuk membuat surat pernyataan maaf. Diberi tahu lah beliau bahwa aku adalah penjahat, orang yang tidak bertanggungjawab, pem-bully, dan hal-hal negatif lainnya. Ahh, dunia multiverse macam apa ini, aku benar-benar tidak mengenali seseorang pun. Semua benar kosong dan hampa. Aku tak kuasa menahan rasa kesepian itu, aku pun sadar bahwa aku dalam mimpi buruk. Bergegas lah aku mencari cara dan jalan untuk bisa terbangun. Namun, dunia itu tak berujung. Sekeras apapun dirimu tidak bisa keluar darinya. Tiba-tiba semua menjadi berwarna putih menambah kesepian, kehampaan, dan kesedihan. Aku menangis di mimpi ternyata aku menangis di dunia nyata. Diriku pun terbangun. Leganya. Namun, ku sadari aku masih bermimpi. Yap, aku bermimpi dalam mimpi. Di mimpi ini semua orang dapat aku kenali. Notifikasi pesan pun berdering, terasa nyata bahwa temanku baru saja mengirim undangan pernikahan. Wahh aku senang ternyata aku jadi cupid tidaklah sia-sia. Namun ternyata, usaha diriku yang sia-sia.

Salahkah Pilihanku

Pesan itu pun terasa nyata, memang emosi yang aku rasakan pun nyata. Teman ini pun mengundang diriku dengan kehormatan menjsdi tamu spesial. Baiklah, berarti diriku di mimpi ini berusia 25-27 tahun, karena aku ingat temanku target menikah di rentang usia itu, usia yang matang untuk menikah. Aku pun sadar, baik di dunia mimpi dan di kenyataan pun aku jomblo wkwkwkw. Yap, setidaknya aku masih menyukai orang yang sama. Di mimpi aku menyimpan fotonya yang entah dirinya pernah mempunyainya atau itu hanya sekadar bayangan dari pikiranku selama ini. Ia nampak cantik nan anggun dengan kaca matanya yang khas. Sepertinya aku pun akan melamarnya sekarang. Aku pun meminta tips and trick kepada teman yang akan menikah tadi, bagaimana caranya untuk melamar seseorang. Tiba tiba diriku menjadi pemula😂. Baiklah aku menunggu saja di depan tempat ia bekerja. Oh ya, dalam mimpiku, ia bekerja menjadi teller bank. Baik, aku akan memberikan kejutan berupa cincin lamaran. Namun, bestie-nya datang menjemputnya mendahului ku. Apa pula kalian menghalangi rencanaku. Aku diam-diam ikuti saja kemana ia pergi bermain. Naas, ternyata itu bukan main biasa. Itu triple date. Betul, di dalam mimpiku, ia sudah memiliki kekasih. Apa aku terlambat? Apa aku kurang sat set sat set? Aku pun sadar penampilan dia sangatlah modis dan juga sangat-sangat menarik. Benar saja dengan agenda triple date, dirinya benar-benar dilamar oleh kekasihnya. Sialnya, caranya benar-benar persis seperti yang aku akan lakukan. Hei bung, kau mencuri ideku. Tak sampai disitu, aku pun melihat dirinya berkata “Iya, aku mau” dan dia pun berpelukan dengan bahagia. Seisi ruangan yang mayoritas tak mengenali dirinya pun bersorak riang gembiara menyelamatinya. Aku sadar, itu hanya mimpi. Namun, rasa sakitnya begitu nyata. Aku pun pulang dengan penuh keputusasaan. Diriku melihat status dan postinganmu yang sangat-sangat bahagia. Selang waktu berjalan, aku sadar bahwa aku pun terus saja melajang hingga umur 40 tahun-an. Karena hilang harapan, aku pun menaiki menara Eiffel. Ya, Bandung versi mimpiku mempunyai menara Eiffel. Terasa sepi dan sunyi lagi dunia itu, tatapan kosong dan hampa kembali menyelimuti atmosfer dunia itu. Baiklah, aku sudah tidak mempunyai tujuan, aku pun akan pergi dengan terjun bebas dan rasanya sangat nyata hingga akupun kembali ke keadaan seperti di prolog.

Little Notes

Aku sadar bahwa aku mengalami mimpi pertama karena aku menonton film Monster alias Johan Liebert, dan menceritakan buku yang ada dalam filmnya yang berjudul “Monster Tanpa Nama”. Memang pada akhirnya monster itu pun mempunyai nama, namun ia sendirian karena seisi dunia habis dimakan olehnya.

Lalu, untuk mimpi dirinya aku sadar, sebelum aku terlelap memang aku melihat status dirinya yang bermain bersama temannya. Dan diriku pun usai membuat postingan blog yang menyuratkan aku akan terus berdoa supaya ia memang benar pilihanku yang tepat. Namun, entahlah mimpi tadi rasanya menjadi jawaban langsung dari doaku. Namun, aku tetap tidak mudah tertipu dengan ilusi yang diciptakan setan. Aku tetap mendoakanmu, aku tetap akan mempertahankan keputusan yang aku buat. Aku janji akan memperjuangkan hal itu. Terima kasih Ya Allah, Engkau menganugrahkan rasa cinta ini kepada seseorang, walaupun memang belum tentu ia adalah sebuah pilihan akhir yang tepat. Aku akan memperjuangkanmu. Sudah dulu, ini sudah pukul 04:49. Begitu aku terbangun, aku langsung menulisnya agar aku dapat emosinya dan perasaannya saat menulis. Mungkin aku akan posting saat di kantor. I wish someday you with me see the same sun, knowing my nightmare and you can calm me down Thanks and cheers.