Saat perjalanan ke Jakarta, aku terhentak kaget karena diriku tidak bisa menguap. Yap, terdengarnya aneh dan seperti mengada-ngada. Namun saat itu kagetnya bukan main, diriku pun seketika tidak bisa mengeluarkan suara dari mulutku, seperti ada udara yang terperangkap dalam tenggorokanku. Ingin menguap dan bersendawa secara bersamaan. Namun, tetap saja aku tidak bisa menuntaskan hal itu sehingga sesak di dada dan sulit untuk bernapas. Aku terus berdoa dalam hati agar Allah segera menyembuhkan penyakit dan menghilangkan kegelisahanku. Benar saja, aku sedikit bisa bernapas lega, suaraku kembali pulih, ikatan tali gaib yang membelenggu dada ini pun hilang. Ya, walaupun aku tetap saja masih sulit untuk menguap hingga sekarang saat aku menulis, aku bisa kembali tenang. Seketika akupun tersadar bahwa Allah selalu menjawab doaku sesegera mungkin. Aku ingin menceritakan beberapa doa yang terkabul sesuai harapan.
Menganggur yang Merubah Masa Depan
Sekolah di menengah kejuruan tentunya akan melewati fase mencicipi rasanya dunia kerja atau biasa yang dikenal sebagai Praktik Kerja Lapangan (PKL), magang, Praktik Kerja Industri (Prakerin), internship, dan sebutan lainnya. Tentunya aku merasa excited karena aku ingin mengasah kemampuanku dalam programming. Aku apply untuk melaksanakan PKL di PT. Mediatama Kreasi Informatika yang beralamat di Jalan Cijerokaso. Aku memilih PKL disana karena kantornya dekat dengan rumahku. Sangat enak bukan bekerja dekat dengan rumah. Apalagi kalau mendapatkan uang saku wkwkwkw. Namun, sayang seribu sayang... H-7 PKL, pihak industri membatalkan kegiatan PKL untukku karena perusahaan ingin menerima PKL dengan durasi enam bulan, sedangkan aku memang direncanakan PKL hanya tiga bulan. Yah mau sedih gimana coba, kurang lebih seminggu lagi aku harusnya sudah mulai PKL. Bak tahu bulat dadakan yang dijual lima ratusan gurih-gurih enyoi, aku mendapatkan pemberitahuan itu secara mendadak. Betul sekali, aku tidak jadi PKL untuk saat itu.
Aku pun harus mencari kembali tempat untuk dilaksanakannya PKL. Guru memberi rekomendasi untuk PKL di Jakarta Barat, tepatnya di Tomang karena beliau bertemu langsung pimpinan perusahaan dan membutuhkan siswa untuk PKL. Hmmm, baiklah, sepertinya takdirku memanggil untuk aku PKL di Jakarta. Teman-temanku yang belum PKL pun bergabung dan mempersiapkan diri untuk PKL yang kurang lebih akan dilaksanakan dua minggu lagi.
Apakah jadi PKL?
Abang tahu bulat pun kembali, H-3 pihak industri membatalkan PKL karena dirasa kurang efektif jika hanya PKL dengan durasi tiga bulan. Jujur saja, aku sedih, kecewa, dan iri dengan temanku yang sudah PKL. Bagaimana tidak, teman-temanku bercerita dengan riang gembira dengan pengalaman PKL di perusahaan masing-masing, apalagi yang bercuan. Aku bertanya pada diriku:
"Apa kekuranganku? Dalam skill harus aku akui bahwa skill diriku lebih jago. Namun, kenapa teman dengan skill ala kadarnya bisa secepat itu sat set sat set mendapatkan tempat PKL? Ya Allah, ini benar-benar tidak adil :(".
Karena PKL bertepatan dengan hari libur semester, yang dimana hari pertama libur seharusnya adalah hari pertama diriku pergi ke Jakarta Barat. Ternyata aku hanya bisa berbaring di kamar melihat percakapan teman-teman dengan bangganya dapat bekerja. Udah nganggur, jomblo lagi. Aku pun sempat merasakan hidup sebagai pengangguran. Tidur, makan, melamun, membuka media sosial, repeat until the sun goes down. Mau bermain bersama teman? Kan teman Anda sedang PKL. Mau nge-date? Kan Anda jomblo. Yasudah solo trip saja. Lah, memangnya Anda punya uang? benar-benar sial. Jujur saja, hari-hari itu bak hari dimana perhitungannya sudah menggunakan perhitungan waktu di akhirat. Hukum relativitas umum Einstein mulai terbukti. Bayangkan hadirin sekalian yang berbahagia, diriku menganggur selama satu bulan dengan mengulang aktivitas-aktivitas yang sama seperti orang gila.
Jujur saja ku tak mampu.... (pakai nada bacanya).
Aku pun benar-benar merasa tidak berguna dan bertanya kepada diriku sendiri, "Apa aku tidak akan diberi kesempatan untuk melaksanakan PKL?" Aku benar-benar pasrah dan menyerah entah usaha apa lagi untuk memperbaiki nasibku. Kendati demikian, akupun menjadi lebih sering berdoa di setiap akhir salatku,
"Ya Allah, bantulah hamba untuk segera pergi PKL"
Dengan doa yang diulang-ulang, tepat pada tanggal 1 Juli 2019, terdapat perusahaan yang membutuhkan siswa PKL yang berkantor di Jakarta Selatan. Tanpa babibu bebo aiueo langsung saja aku apply dengan menghubungi HR perusahaannya. Beliau mengintruksikannya untuk mengirim portofolio. Karena percaya diri, akupun langsung saja mengirim file program yang pernah aku buat. Aku pun merasa aku akan diterima karena memang program tersebut bukanlah materi sekolah, melainkan materi yang aku pelajari secara otodidak. Yap, aku orang pertama dari lima orang yang mengirim portofolio kepada HRD.
Esok harinya pengumuman pun diberitahu dengan cara mengirimkan nama-nama yang diterima. Dari lima orang, yang terima adalah tiga orang.
Diterima kah bang?
Alhamdulillah sesuai dengan ekspetasi akupun diterima, walau ya bulan Agustus penuh aku isi sebagai beban keluarga, pada akhirnya akupun bisa PKL. Seperti yang diinfokan bahwa PKL dimulai pada tanggal 12 Juli 2019 di Kemang, Jakarta Selatan. Wihh, literally which is gua like banget bisa ke there. Singkat cerita, tempat PKL itupun menjadi tempat aku bekerja dan masih bekerja hingga sekarang. Aku sadari bahwa Allah menunda keberangkatan diriku pun ada hikmahnya. Aku pun mulai merantau di usia 17, bekerja di perusahaan elit Jakarta Selatan, Kemang lagi. Alhamdulillah ya Allah, Engkau yang terbaik dalam menentukan nasib seseorang.
Quarter Life Crisis
Pandemi melanda dunia kita tercinta. Kelas 12 pun aku isi dengan tugas-tugas online. Setelah itu, tanggal 4 Mei, wali kelas mengirikan surat kelulusan melalui Whatsapp. Yap, lulus dengan PDF. What happened after that? Kembali jadi mengangguran dong:(. Karena aku memang dari awal belum berniat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, aku pun ingin langsung bekerja. Info loker, info loker... akupun mencarinya dengan saksama. Sial, pandemi saat ini mana ada yang buka lowongan. PHK pun melanda karena banyak perusahaan yang mengalami krisis moneter. Namun, di tengah kelamnya pandemi, sahabatku Rey baru saja mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan.
Tentu aku sebagai sahabatnya ikut senang (benar-benar senang, bukan julid di belakang). Selain itu, Rey juga akan berkuliah di Universitas TEDC sembari bekerja. Wow. Beberapa hari kemudian, Reihan mendapatkan rezeki berupa diterimanya dirinya berkuliah di Polban. Sedangkan Alfien yang kurang beruntung di Polban, dirinya pun langsung mendaftar kuliah di Poltekpos. Baiklah, sahabatku semua sudah mempunyai jalannya masing-masing, apa kabar denganku? Aku tidak berkuliah karena tidak memiliki tujuan yang jelas dan diriku tidak bekerja karena masih kesulitan untuk melamar pekerjaan. Kembali lagi diriku ke setelan pabrik menjadi orang yang tertinggal. Aku kembali hancur, aku merasa tidak lagi seberuntung dulu saat SD maupun SMP, dan diriku sangat payah:(. Benar-benar sedih dan tidak bisa kubendung air mata ini. Di usia 18 aku pun tidak memiliki pengalaman apapun selain belajar dan lulus dari sekolah secara online. Benar-benar menyebalkan.
Tentu, aku tidak mau kalah. Aku pun ikut berusaha dengan menikung jalur langit. Aku selalu berdoa:
"Ya Allah, lebihkan lah diriku pencapaiannya daripada teman-temanku. Aku ingin menjadi orang yang berutung. Entah Engkau memberiku pekerjaan atau memantapkan hati untuk kuliah, bantulah hamba, Ya Tuhanku"
Aku ulang dan mengulang doa tersebut.
Kapan bang dikabulkannya?
Seperti cerita sebelumnya, dengan durasi satu bulan Allah menjawab doaku. Rizki, teman satu madrasah walau berbeda sekolah karena dirinya bersekolah di SMP 29 Bandung seperti ibuku, tiba-tiba saja menghubungiku. Kita kenal namun kita sudah lost contact sejak lama. Dia menghubungiku karena ingin menawarkan pekerjaan membuat aplikasi untuk Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung. Tentu saja aku langsung menerimanya. Aku pun mengajak Reihan untuk ber-partner membuat aplikasi sembari menunggu dirinya tes kuliah di Polban. Singkat cerita, aplikasi pun rampung dan kontrakku sudah habis.
Balik nganggur bang?
Alhamdulillah, tidak hehe. Karena di tengah pekerjaan itu aku pun sudah memikirkan tempat bekerja jika kontrakku sudah habis. Aku pun kembali menghubungi HRD tempat aku PKL dan menanyakan lowongan pekerjaan. Akupun bertanya juga kepada kakak tingkatku yang bekerja disana. Mujizat Allah kembali datang kepadaku, perusahaan tempatku PKL mengajak kembali diriku untuk bergabung. Tentu saja aku sangat bersyukur dan senang bahwa air mata dan doaku saat kemarin bisa terbayar dengan air mata haru dan penuh rasa syukur.
Panik di Bulan Suci Ramadhan
Ini cerita singkat saat di bulan Ramadhan kemarin. Karena esok adalah hari cuti, maka aku pun sudah jelas akan mudik ke Bandung. Jarak antara kantor dan pool travel tergolong dekat (2 KM). Sudah aku perhitungkan jika aku pulang dahulu ke indekos, itu akan sangat macet dan menyita banyak waktu. Lebih baik aku menebeng teman saat pergi ke kantor, dan pulang aku tinggal pesan ojol dari kantor. Baiklah aku pesan travel pukul 16:00. Jam kerja di bulan puasa menjadi lebih pendek. Setelah salat Ashar adalah waktu untuk pulang. Maka, setelah Ashar aku harus bergegas untuk pergi ke pool.
Namun kejadiaan yang tak terduga terjadi. Ojol yang aku pesan jaraknya sangat-sangatlah jauh bisa sampai 3 KM :(. Tentu saja aku cancel dan mencoba untuk memesan kembali. Lagi dan lagi jaraknya sangat jauh dan memutar. Cancel dan pesan lagi. Akhirnya aku mendapatkan driver yang dekat. Namun naas, driver tersebut tidak bergerak dan tidak ada response apakah dirinya bisa untuk mengantarku atau tidak. Dering teleponku berbunyi. Panggilan dari pihak travel pun menanyakan keberangkatanku dan mengingatkanku bahwa 15 menit lagi mobil akan segera pergi. "Ya Allah 15 menit lagi aku bisa telat dan belum ada kejelasan dari driver tersebut :'". Aku panik dan takut bahwa mudik ku gagal. Selain itu, uang yang sudah aku bayar pun pasti lenyap. Karena kesal, akupun cancel dan lari kembali ke kantor untuk memeriksa apakah ada rekan kerja ku yang belum pulang dan meminta dirinya mengantarku. Sayangnya, kantor sudah tidak berpenghuni. 10 menit tersisa sebelum mobil berangkat. Aku tidak bisa menahan rasa panik dan gelisahku. Sembari berdoa dalam hati dan berzikir, aku berharap ada keajaiban datang. Ternyata, Allah menjawab doaku dengan instant, mie instant aja kalah cepat.
Terdapat ojol yang mengantarkan makanan untuk kantor sebelah. Tanpa ragu akupun meminta driver tersebut untuk mengantarkanku ke pool tanpa aplikasi dan bersedia membayar berapa pun. Aku pun menyanggupi dengan ongkos Rp20.000, dua kali lipat ongkos aslinya jika menggunakan aplikasi, namun aku tak mengindahkan hal itu. Alhamdulillah, aku pun sampai tujuan tepat pada waktunya. Tidak lama, akupun berangkat ke Bandung dengan tenang. Lagi dan lagi Allah menjawab doaku.
Titik Tengah
Dari kejadian-kejadian yang aku alami, aku yakin Allah selalu menjawab doaku. Aku sekarang berdoa untuk menjadikan diriku orang yang ber-akhlakul karimah, meluaskan rezeki ku, melancarkan karir dan pendidikanku, juga berdoa agar diriku bisa bersama dirimu. Mungkin diriku saat masih SD sering meledek kakakku yang masih jomblo dan tidak kunjung mempunyai pasangan. Ternyata sekarang aku tahu rasanya diledek seperti itu oleh anak dari kakakku wkwkwkw. Dari usia diriku yang sudah dewasa kini, membuat orang tua ku maklum jika aku mempunyai keinginan untuk memiliki pasangan. Bahkan beliau selalu bertanya setiap diriku pergi untuk bermain, "Sekarang perginya bareng teman apa si dia?" hahahaha.
Aku berdoa agar Allah menjaga dirimu selalu, hingga pada waktunya yang tepat menurut uraian pintalan benang takdir-Nya, aku akan datang tanpa babibu, tanpa ragu, langsung sat set sat set straight to your home and meet your parent. Dan ingat, aku selalu mendoakanmu selalu. Terima kasih telah mengizinkan menyebut namamu dalam doaku.
Tertanda, Aid, your future hubby.
Cheers.