Skip to main content

Init Zero

ยท 9 min read
Muhammad Farid
Summary

Telah kulalui berbagai rintangan, seolah badai tak pernah henti menerjang. Namun, dalam keheningan hati, aku menemukan kekuatan baru. Kini, aku berdiri di titik nol, bukan sebagai kegagalan, tetapi sebagai awal baru yang penuh harapan. Setiap luka menjadi pelajaran, setiap jatuh menjadi pijakan untuk bangkit lebih kuat. Dengan tekad yang menyala, aku siap memulai kembali, meniti langkah-langkah awal dengan keyakinan bahwa masa depan masih penuh kemungkinan. Dari abu perjuangan, aku akan terlahir kembali, menuju puncak dengan semangat yang tak tergoyahkan.

Paratyphoid Feverโ€‹

Di minggu-minggu terakhir perkuliahan, memang jadwalku sangatlah padat. Aku hanya ingat di hari Jum'at aku ada presentasi mata kuliah Interaksi Manusia Komputer. Tentu sangat mengantuk jika aku harus menunggu presentasi di kost. Jadi, aku memutuskan untuk presentasi di cafe. Baiklah secara singkatnya aku telah selesai presentasi dan langsung saja bergegas untuk pulang. Hanya satu tunggakan lagi di kuliahku, yakni UAS Teori Bahasa dan Automata. Ahh sialnya ini mata kuliah yang tidak aku pelajari sejak UTS. Setelah UTS aku tidak bisa mencerna materi demi materi disana, jadi aku hanya mengandalkan tugas dari temanku saja sebagai barter tugas. Karena sudah terlalu lelah, aku pun terlelap dan tak terasa Sabtu pagi jam 9 aku baru terbangun. Memang rencananya aku akan mengerjakan UAS TBA di hari Sabtu. Tapi ntah lah rasanya sangat letih dan malas untuk mengerjakan hal itu, jadi aku mencuci baju saja dan aku baru makan jam 12 siang. Tentu aku memiliki jadwal yang amburadul sehingga aku pun baru makan pagi di siang hari, dan juga menunya adalah makanan yang pedas (tapi segerin wkwkwk). Sudah nyuci, sudah makan, karena tidak ada jadwal kuliah selain belajar UAS pun aku pergi tidur siang lagi (kebo emang).

Di sore hari pun baru juga bangun aku sudah lapar lagi wkwkwkwk. Yasudah aku pun membeli makan lagi Mie Aceh yang pedas, dan juga Es Kopi. Ntah apa yang terjadi, setelah menyantap hidangan tersebut, aku merasa pusing, perutku rasanya tak karuan, belum lagi badan menjadi pegal-pegal. Ahh sudahlah paling besok juga ngga kenapa-kenapa. Aku sudah lelah, namun aku tak mampu untuk memejamkan mata. Kok jadi insom gini. Mungkin efek Es Kopi tadi sore. Ahh sudahlah besok juga masih libur jadi santai mau insom juga. Namun saat mentari pagi menyapa dengan sinarnya masih redup, badanku terasa panas semua. Aku sudah menyalahkan diri sendiri karena jadwalku yang berantakan, makananku yang sembarangan, dan diriku yang terlalu sering begadang sehingga aku demam. Paling juga 3 hari inimah pasti sembuh. Walau begitu, tetap saja satu hari rasanya sangatlah lama. Terbangun-terlelap-terbangun, aku masih mendapati diriku demam dan lemas. Aku pun yang belum makan tidak merasakan lapar sama sekali dan tidak selera dengan semua makanan. Tentu saja karena lidahku juga putih. Karena khawatir aku pun memaksakan untuk memesan pasta dan matcha. Nahas sekali, belum juga habis setengahnya aku merasakan mual yang luar biasa sehingga apa yang aku makan di hari itu, perutku tak bisa menerimanya. Aku khawatir dengan keadaan diri sendiri, ditambahkan aku tidak mau membuat keluargaku khawatir. Mau repotin pacar kan gapunya hahaha jadi yaa aku hadapi semua ini sendiri.

Skip... setelah dua hari aku istirahat dan ke dokter, aku pun mendapati bahwa aku belum bisa diagnosis apa-apa karena gejalanya masih samar. Karena begitu yasudah aku pergi saja bekerja. Namun anehnya, lidahku masih putih dan aku masih lemas. Saat di kantor pun aku tidak bisa berpikir sama sekali, belum lagi diberondong kerjaan ini-itu sehingga aku pun ingin meledakan kepalaku. Saat malam pun setelah kerja memang demamku naik lagi jadi yaa tak peduli lahh dengan kerjaan tadi, yang penting aku istirahat. Nyatanya saat Kamis pagi aku mendapati kulitku penuh dengan bintik-bintik merah. Rasanya panas dan gatal. Emmm, apa karena aku jarang mandi pas sakit? Ahh tidak juga. Aku pernah saat masih keringetan sehabis lari langsung tidur tidak pernah tuhh kulit sampai gatal-gatal wkwkwk jadi yaa ini sangat aneh sihh. Saat di kantor pun aku lagi dan lagi tidak bisa banyak berpikir. Ditambah lagi dengan sensasi gatal dan panas pada kulitku. Mungkin ini cacar. Namun, ketika aku bertanya kepada temanku yang dulu pernah kena cacar.

๐Ÿ‘ฆ๐Ÿป: "Boy, dulu cacar lu gini ngga kulitnya?" ๐Ÿง‘๐Ÿปโ€๐Ÿฆฐ: "Ehh gua kaga gini dahh, inimah flu Singapura. Lu mending cek ke dokter"

Karena aku tidak tahan dengan sensasi panas ditambah panik, aku pun meminta izin untuk pulang memeriksa diri ke dokter lagi. Saat di klinik, aku menceritakan kembali riwayat penyakitku dari hari Minggu yang demam sampai Kamis ini masih demam dan timbul bercak merah di kulitku.

๐Ÿง‘๐Ÿปโ€โš•๏ธ: "Inimah DBD biasanya"

DEGGGG....

Memang sihh aku gampang panikan. Walau terlihat kalem seolah tak terjadi apa-apa, aslinya aku panik setengah mati.

๐Ÿง‘๐Ÿปโ€โš•๏ธ: "Saya saran sihh ini harus cek darah. Takutnya trombositnya turun drastis"

Karena sudah hopeless dengan keadaan, aku iya-iya saja. Aku sudah pasrah kalau memang aku harus dirawat nantinya. Saking pasrahnya dan pikiranku kosong, bahkan wanita yang mengambil sampel darahku walau sangat cantik dan merupakan tipeku, aku sampai tidak bisa merespons dirinya yang mengajakku mengobrol.

๐Ÿ‘ฉ๐Ÿปโ€โš•๏ธ: "Tahun lahirnya mas berapa?" ๐Ÿ‘ฆ๐Ÿป: "2002" ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿปโ€โš•๏ธ: "Ohh iya? Btw kita seumuran mas" ๐Ÿ‘ฆ๐Ÿป: "Ohh iya iya" ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿปโ€โš•๏ธ: "Masnya kerja?" ๐Ÿ‘ฆ๐Ÿป: "Iya sama kuliah juga" ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿปโ€โš•๏ธ: "Ohh sama berarti kita"

Aku tidak bisa meneruskan perbincangan itu. Walau sebenernya kalau pikiranku sedang sehat, pasti aku mau berkenalan dengannya. Sudah cantik, pakai kacamata, perawat, wahh top dehhh. Sayangnya juga saking aku sedang sakit, aku bahkan tidak menyadari bahwa tanganku dipegang oleh tangan wanita (woy kapan terakhir aku pegang tangan cewe wkwkkw).

Setelah tes aku pun pulang dan segera tidur sembari menunggu hasil tesnya. Setelah beberapa jam, tibalah lampiran file yang menunjukkan kalau aku tipes. Kerja-Kuliah-Kerja-Tipes ternyata benar adanya wkwkwk. Dokter pun menelponku untuk menjelaskan hasil tes dan menyarankan untuk pulang ke keluarga agar bisa dirawat. Karena terlalu lemas akhirnya aku memutuskan untuk pulang esok harinya saja. Saat itu aku baru mengabari keluargaku kalau aku sedang tidak baik-baik saja. Terlalu sering menghadapi dan memendamnya sendiri.

Reflectionโ€‹

Aku sadari kalau aku memang jauh hari sebelum sakit itu sedang tidak baik-baik saja. Namun hal itu aku tutupi sendiri. Jadwal tidurku tidak teratur, jadwal dan menu makan ku pun asal-asalan, namun aku selalu berpikiran "Aku tidak apa-apa". Aku sudah lama ingin membicarakan hal ini kepada ahlinya, namun aku selalu mengurungkannya. Ini bukan masalah uang, bukan pula masalah pekerjaan. Aku pun tidak tahu ini masalah apa karena dampak dan efeknya seperti efek domino. Karena masalah ini jadwalku tidak teratur, semangat kuliahku turun, fokusku saat kerja buyar, semangat ibadahku pun turun. Aku sadar jadi jarang berdoa dan tidak fokus dalam shalat.

Tentang wanita? Itu juga jadi masalahku. Aku pun lelah harus dibuat bingung oleh dua wanita yang sama-sama aku sukai ini. Aku seperti ketergantungan oleh sosok yang dapat menemaniku. Aku ingat saat aku menyukai seseorang, aku pasti rajin beribadah dan berdoa. Selanjutnya aku kalau berpikiran yang ngga-ngga, selalu berpikir "Kalau aku seperti ini terus, aku tidak pantas untuk dia". Hal itu yang membuat aku semakin baik semakin hari. Kalau aku bermalas-malasan, aku kembali berpikir "Masa cowo mageran. Ntar gimana cewe ngeliat aku kya gini?". Namun kali ini bukan pikiran itu yang terlintas.

"Kapan ya dia berbalik ke arahku?"

Aku akui, aku sudah pernah rechat Gicha dan hasilnya nihil. Untuk rechat Syara, aku tidak merasa yakin keputusan rechat dirinya adalah hal yang tepat. Aku merasa tidak yakin akan hal itu.

Aku gila dibuat oleh hal yang konyol dan mustahil. Aku berharap dua orang ini dapat membalas perasaanku tanpa aku harus terlihat terlalu mengejar mereka. Lalu aku berharap kalau salah satu dari mereka akan mengirimkan pesan duluan.

Aku juga cuma manusia yang tidak bisa mengendalikan perasaanku. Sudah lama aku memang berprinsip untuk tidak berbohong kepada perasaan ini. Aku tidak memaksakan aku harus suka Syara ataupun Gicha, tapi yaa perasaan ini selalu muncul kepada mereka berdua. Belum ada orang lain yang membuatku terpana seperti kedua orang ini.

Aku bukanlah tokoh utama dalam cerita ini, melainkan hanya pemeran pendukung saja yang terus mendamba cerita bahagia bersama si tokoh utama. Aku hanya hidup di dunia khayalan yang hanya bisa kunikmati saat malam hari, aku adalah toko utamanya dan kamu adalah sesuatu yang aku bisa miliki.

Cukup lama tidak mencari tahu kabar mereka disana, terakhir kali yang aku lihat dari postingan media sosial Syara yang tampak bahagia dan lebih aktif dari sebelumnya. Lalu Grisa yang sedang berfoto bersama teman-temannya yang mungkin sebagai perpisahan dan menunjukkan kalau dia akan segera wisuda (atau mungkin sudah).

Lalu bagaimana akhir ceritanya? Sepertinya siapapun yang membaca sudah bisa menebak akhir dari ceritanya. Kami hidup di jalan masing-masing dan kembali menjadi orang yang tidak saling kenal, masih menyimpan kontak tapi hanya jadi sekedar nama saja tidak lagi saling bertukar sapa bahkan cerita. Mereka sudah hidup dengan masing-masing jalannya, dan mungkin mereka tak ingat bahwa aku pernah menjadi bagian dari hidup keduanya walau aku selalu ingat mereka.

Dari kejadian ini aku bertekad untuk memulai dari nol. Kalau aku sakit, aku bertekad untuk mengembalikan kebiasaaan untuk tidak tidur pagi dan bangun Shubuh. Lalu juga untuk jadwal makan akan menjadi lebih teratur lagi. Tak lupa akan ku rutinkan kembali olahraga lari di sekitaran kost. Tak lupa ibadah wajib dan sunnah juga aku rutinkan kembali. Aku juga harus menjauhkan pikiran-pikiran yang terlalu berat dan memaksakan sehingga harusnya aku menjadi lebih tenang. Huftt... di pertengahan tahun ini, tidak ada kata terlambat. Mari kita mulai dari nol untuk menjadi lebih baik lagi. Karena aku akan liburan di pertengahan Juli ini, semoga aku bisa sembuh dan pulih kembali seperti saat aku sedang menyukai seseorang.

Noteโ€‹

Tulisan "Reflection" ini aku mendapat inspirasi dari Kak Rizky Rahmayanti (https://tempatberkisah.blogspot.com) yang profilnya aku temukan secara random di TL Twitter. Aku terus terang sedang terkena writter block, ditambah kesibukanku kuliah dan terakhir aku terkena tipes. Aku suka dengan tulisannya yang relate dan kata-katanya yang ringan. So aku izin kepadanya untuk mengutip beberapa tulisannya di https://tempatberkisah.blogspot.com/2023/09/garis-terdepan.html. Jadi terima kasih telah mengizinkan aku untuk mengutip tulisannya. Cheers.