Skip to main content

Jatuh Cinta Seperti di Angan-Angan

· 7 min read
Muhammad Farid
Summary

Aku merasakan bayangan yang terus mengikutiku, dirinya ada namun tak dapat ku raih. Aku merenung pada semua romansa yang hanya mewujud dalam kepalaku. Kehidupan seolah berlangsung dalam monokrom, dan aku terjebak dalam rasa suka terhadap segalanya. Aku menyadari bahwa cinta, getaran yang dulu mengisi setiap sudut, sekarang hanya ada dalam kenangan. Orang-orang melintas begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Tapi di tengah kehampaan itu, ada dirinya yang masih menghuni lubuk hati terdalam. Meskipun terpisah oleh waktu dan jarak, namun namanya masih mampu membuat detak jantungku berdegup kencang. Rasa itu, yang mungkin tampak seakan-akan hilang, sebenarnya hanya tertidur dalam kelelahan. Aku menyimpan setiap senyuman, setiap pesan, dan setiap momen yang pernah kami lalui. Dan meskipun kini banyak yang hanya seperti ilusi.

Momen yang Hilang

Aku tak banyak mengingat momen yang aku lalui pada bulan ini. Entah rasanya semakin hari semakin stagnan yang dimulai dengan bekerja, lalu pulang, istirahat, dilanjut dengan kuliah, namun terkadang juga aku tak sengaja terlelap. Apalagi aku masih ingat di awal bulan ini aku sempat drop. Aku tahu ini bukan pertama kali aku demam dalam keadaan sendirian. Aku yang di awal tahun ini pun sering drop karena efek dari penyakit yang aku idap baru-baru ini. Syukurlah ketika quarter ke-4 tahun ini aku sudah jarang mengalami maag. Aku ingat ketika aku sakit aku pun pernah membuat tulisan disini dan masih dalam keadaan sendiri. Namun perbedaannya adalah hatiku pada saat itu sangat menggebu-gebu untuk mengejar dirinya, yang selalu terbayang sosok akan dirinya. Namun sekarang hanya sebatas angan belaka.

Dulu yang aku sering mendapati kabar darinya sekitar jam 10 pagi, kini sudah tidak ada apa-apa lagi. Dulu yang aku sering dimarahi juga terus mengonsumsi mie, kini malah mendapat teman yang, "Rid, yuk warkop lagi" wkwkwk mie lagi mie lagi anjir hahahaha. Kini yang setelah pulang bekerja aku pun menanti kabar darinya, sekarang hanya sebatas delusi, "kapan aku bisa mendapatkannya lagi?". Dulu pasti saja ada yang aku ingin curahkan, aku ingin tuliskan. Seberapa sibuk, seberapa padat, aku pasti menyempatkan waktu untuk meluapkan perasaan itu. Entahlah, kini aku sekarang lebih memilih untuk istirahat ketimbang berkompromi dengan pikiranku melalui kata-kata. Jadi dirinya sekarang hanya sebatas angan-angan.

Rasa yang Hilang

Selain waktu yang hilang, kini juga aku malah kehilangan ketertarikan untuk mencari pacar, termasuk pada dirinya. Aku tak tahu apakah ini berita baik atau buruk, karena baik membuat pikiranku lebih tenang, tidak lagi selalu terpikirkan tentangnya. Namun buruknya adalah apakah ini tanda dari Tuhan bahwa dia bukanlah untukku? Aku rasa memang aku bukanlah orang yang baik untuknya. Aku saja mempunyai kesalahan terhadap mantanku, yang tentu tidak pantas dia mendapatkan aku dengan predikat bad. Lalu dirinya adalah tipe wanita yang setia menurutku dan selalu menjaga hatinya. Tidak sepertiku yang suka berkenalan dengan orang baru khususnya wanita.

Dulu aku bermain bumble karena memang ingin mencari pengganti yang mirip Syara ataupun Griszha. Ternyata hal itu mustahil. Begitu pun di Tinder. Sekarang aku install kembali dengan tujuan: "Mencari wanita yang mirip Griszha dan Syara. Kalau tidak ada, mencari teman yang se-frekuensi". Yupss. Orang yang aku anggap sefrekuensi dan menarik tentunya pasti aku akan swipe right. Bahkan aku sampai membeli paket premium biar aku tahu siapa yang menyukai diriku agar lebih cepat match. Ternyata benar, jika aku mencari teman saja banyak yang match denganku. Apakah aku suka? TIDAK. Karena yang aku cari memang teman. Walaupun ya tujuan utama adalah mencari yang mirip dengan Griszha dan Syara. Tapi ya tidak akan ada yang menggantikan sosok mereka. Jadi aku memang pure mencari teman, walaupun yaa setelah match tentu di-filter lagi. Ada yang tidak bertahan chat-nya, ada yang sampai meet-up, bahkan menjadi sahabat curcol.

Apakah setelah meet-up aku suka? Sekali lagi tidak. Tidak ada orang yang benar-benar membuatku kagum saat pertama kali melihat dan kenal. Saat aku mengenal Syara di 2016, aku langsung kagum dengan kepribadiannya. Walau ya saat aku bertemu pertama kali belum terlalu wah. Aku baru menyadari bahwa dirinya sangat-sangat aku sukai saat bisa bertemu lagi di 5 Februari 2023. Selain dirinya, Griszha pun orang yang aku tak sangka akan aku sukai. Saat aku diberikan deskripsi orang-orang yang ingin kenalan, aku tertarik dengan Griszha dan Indri. Namun, ekspetasiku tidak terlalu tinggi karena aku yakin penampilannya tidak sesuai denganku. Saat diberi Instagramnya, ternyata tebakanku meleset. Griszha dan Indri sangat sesuai dengan tipeku secara penampilan dan deskripsi. Namun karena Griszha yang berkacamata, aku lebih tertarik Griszha saat itu. Aku pun ingin memastikan apakah penampilannya dan deskripsinya sesuai dengan ekspetasiku? Tak disangka juga sangat sesuai. Itulah kenapa aku hingga sekarang masih sedikitnya ada harapan. Namun, ya semua hanya ada di angan-anganku.

Jadi aku pernah meet up dengan Ayu dan Billa. Namun Billa tidak lanjut menjadi teman chat karena mungkin dari keluarga dirinya yang strict dengan cowo. Lalu aku bertemu Ayu yang satu tahun lebih tua. Ternyata dirinya sampai sekarang masih menjadi teman chat-ku. Aku selalu mencurhatkan kebimbanganku, dia selalu menceritakan gagalnya menjalin hubungan yang serius dengan cowo hahaha. Apakah aku suka dengan Ayu? Tidak. Walau aku lihat dia penampilannya ukhti yang rapi kantoran, cantik juga berkacamata, sepantaran denganku, wanita karir yang pastinya tipe gue banget, namun entah kenapa aku tidak memiliki perasaan yang lebih dari teman. Sudah pernah main bareng, makan bareng, chat terus, apalagi dengan wanita tipeku, namun aku tidak memiliki rasa suka. Yapp sepertinya aku juga hilang rasa untuk semuanya.

Jadi balik lagi, apakah Syara juga pantas untuk diriku yang terlalu akrab dengan wanita, jalan dengan banyak wanita, chat dengan puluhan wanita? Aku merasa tidak pantas untuknya. Namun hatiku tetap terhubung dengannya. Di logika aku lebih cocok dengan Griszha, karena aku tahu sisi gelapnya Griszha yang aku temukan dan aku be like: "itu parah sih, tapi aku juga suka" hahaha. Tapi, kenyataannya kan tidak ada harapan lagi dengannya. kalau Ayu bilang sih: "first date udah ditinggalin mah udah gasuka lu Rid". Namun, mengapa juga aku berpikiran seperti itu? Bukankah semua juga hanya angan-anganku?

Kenapa aku berpikir bahwa Griszha menyukaiku? Bukankah aku yang berprinsip, "Cowo-cewe bisa jalan tanpa rasa". Tapi kan Griszha orangnya selektif dan ngga gampang buat diajak jalan apalagi dengan orang baru, dan aku adalah orang baru yang di-iyakan ajakan jalannya sampai temannya yang mengenal dirinya sejak SMP tidak percaya akan hal itu. Ahh sudah, aku rasa memang perasaan aku akan hal itu hanyalah di anganku.

Kenapa aku berpikir bahwa Syara menyukaiku? Bukankah ia berkata sendiri, "aku anggap kamu temen bedanya sekarang lebih deket" dan "setelah dari kamu dan aku rasa aku belom pernah bilang lagi ke orang lain, I just feel numb". Sudah dibuktikan sendiri kalau selama ini aku berpikiran dirinya menyukaiku balik adalah hanya ada dalam pikiranku.

Rasa terhadap keduanya pun sudah seperti tenang, tapi belum move on. Kasarnya aku masih suka dengan Syara dan Griszha. Namun, kalau aku membayangkan keduanya bersama orang lain bahkan sampai menikah, itu rasanya seperti aku sedih, namun aku ikhlas. Tidak seperti sebelumnya yang aku sangat khawatir jika Syara dekat dengan teman kuliahnya, apalagi di masa depan aku bukanlah orang yang dimaksud. Namun kini aku menyukainya, sedih jika mereka bersama orang-orang yang mereka sukai, namun ya harus ikhlas juga. Kalau move on gimana dong contohnya? Kalau move on itu saat aku melihat mantanku sedang bermesraan dan aku tidak merasa sedih. Bahkan jika besok mereka menikah pun aku sangat bahagia dan semangat datang untuk makan memberinya selamat. Tidak ada rasa sedih maupun nyesek. Itulah tanda aku move on.

Jadi apakah di 2024 nanti aku akan menjomblo lagi? Aku tidak tahu. Hal yang pasti adalah kemungkinan besarnya tidak ada Syara ataupun Griszha lagi karena aku sudah berusaha mencari seperti mereka namun aku gagal menemukannya. Untuk kembali menjalin komunikasi hanya sebatas "hai" pun sulit. Namun, setidaknya biarkan aku bermain dengan anganku yang mengatakan bahwa Syara menyukaiku, menganggapku lebih dari teman, ataupun Griszha yang sebenarnya menyukaiku, namun karena aku yang terlalu gaspoll sehingga dia bingung untuk menjawab apa. Aku pun bingung ingin mengatakan apalagi, apa aku harus kasihan terhadap diri sendiri karena ke-"halu"-an ini? Apa aku harus membiarkan diri ini senang dengan anganku sendiri? Atau aku harus mulai menerima kenyataan bahwa aku ini tidak bernilai apa-apa bagi mereka? Ahh sudahlah aku teruskan saja anganku ini. Selalu bahagia dan cheers.