Skip to main content

Satu Hari Setelah Dua Puluh Dua

· 4 min read
Muhammad Farid
Summary

Balasan untuk "Satu Hari Sebelum Sembilan Belas"

22

Aku menulis ini di tengah keheningan malam. Pukul 11 malam. Hari ini aku mendatangi Open House di sekolahku. Bagiku, ini hanya satu hari rasa ingin bertemu dengan sahabatku. Rasanya aneh juga, ternyata aku sudah terlalu banyak mengalami banyak hal. Dulu waktu tak terasa dengan hari berganti hari aku habiskan dengan kesibukanku, dan juga hariku bersama orang-orang yang terkasih. Kupikir itu akan bertahan selamanya. Ternyata itu hanya sebuah pertemuan. Kupikir aku akan dengan mudahnya mencari penggantinya. Ternyata sulit untuk mendapatkan rasa itu kembali.

Aku tak perlu risau dengan hari Senin, atau dengan pekerjaan yang belum rampung di hari kerja. Aku tak perlu pikirkan bagaimana mengelola keuanganku, membagi antara keinginan; kebutuhan; uang kuliah; uang bertahan hidup; hobi; investasi; dan masa depan. Aku pun tak perlu cemas tentang siapa orang yang aku temui nantinya. Aku tak khawatir tentang pencapaian dewasa yang sangat tinggi ini. Tapi saat ini, ku pikir aku butuh seseorang untuk menemaniku. Tentu saja aku tidak ingin kembali ke masa lalu karena di dewasa itu aku bisa bebas menentukan arah hidupku sendiri.

Dulu kupikir hanyalah bagaimana aku bisa bekerja dengan giat dengan kemampuan yang mumpuni, mengerjakan semua tugas kuliah yang ada, lalu pergi mengabari si dia untuk menghabiskan waktu bersama hingga larut malam tanpa merisaukan pekerjaan esok hari. Nyatanya aku sudah berada di usia dua puluh dua lebih tiga bulan. Besok aku harus mengerjakan UTS Teori Bahasa dan Automata, lalu waktu terus berputar hingga tak terasa bahwa aku harus menghadapi realita yang sangat menyebalkan. Jujur aku tak tahu harus melakukan ini sampai kapan. Saat ini aku kesepian dan tak menyukai siapapun. Walau ada orang yang aku kagumi, hanya saja aku tidak tahu bagaimana menyampaikan itu padanya tanpa membuat risih. Aku tak tahu dia pun menyadari hal itu atau tidak. Tak ada kabar apapun, apakah aku boleh untuk mengatakan bahwa aku sangat mengaguminya?

Ahh, anganku terlalu tinggi. Sejujurnya entah apa yang membuatku seperti ini. Lima tahun lagi, apakah aku sudah mencapai semua harapanku?

Kuharap aku di masa depan sudah lulus kuliah S1 dengan predikat cumlaude, menjadi programmer yang handal dengan teknologi terbaru di perusahaan ternama dan dengan posisi penting, berada di lingkungan kerja yang suportif, dan hidup dengan bahagia bersama keluargaku dan bersama dirinya tentunya dengan finansial yang sangat matang tentunya.

Lima tahun mendatang aku harusnya sudah menikah. Hmmm, namun pikiran liarku mengatakan bahwa aku akan tetap single di tahun tersebut karena di masa sekarang aku benar-benar tidak ada rasa yang kuat terhadap seseorang dan ini adalah hal yang baru bagiku. Apakah pasanganku adalah orang yang pernah aku kenal? Apakah dia masa laluku? Apakah orang asing nan jauh disana? Ataukah orang yang aku kagumi dan yang kutunggu kabarnya saat ini? Terus terang terkadang terbesit sosoknya dan selalu ku pikirkan. Bila iya, aku sungguh beruntung. Maksudku, di kehidupan dewasa ini sangat jarang mendapat apa yang kita inginkan dan aku sadari hidup ini bukanlah dongeng yang selalu happily ever after, benar kan?? Aku mungkin terlalu idealis, banyak berkhayal. Jika iya, aku akan senang sekali. Jika tidak, aku harap dia bahagia selalu dengan kehidupannya.

Aku bingung, jujur. Aku tak merasakan emosi apapun. Hanya ada kesunyian malam dan juga kebisingan pikiran ini tentang semua hal. Apakah aku bisa hidup sukses seperti orang-orang yang bekerja secara profesional dengan keluarga kecil yang bahagia? Ohh aku juga ingin mempunyai kucing saat membentuk keluargaku sendiri.

Harapanku jelas aku bisa melalui jalan yang terjal dan keras di depan sana. Aku berharap aku benar-benar memiliki pasangan yang aku inginkan karena I'll love her than I love myself. Aku harap semua baik-baik saja.

Pukul 23:30 tiga puluh menit sebelum berganti hari masih bingung dengan misteri yang menyelimuti malamku ini. Hanya saja aku pun berharap yang sama, semoga hal baik selalu terjadi, baik hidupku maupun hidupmu!