Aku merasakan hal yang janggal belakangan ini. Dimana aku yang biasanya selalu melakukan apa saja yang aku inginkan, yang aku kehendaki, tiba-tiba aku merasa ada yang menahan diriku untuk melakukannya.
Aku tak gentar, tak malu, dan tak ragu jika apa yang aku yakini itu adalah sesuatu hal yang benar. Sesuatu yang aku percaya bahwa aku dapat melakukannya. Sesuatu hal yang aku inginkan. Tak peduli berapapun harganya, aku akan membayarnya. Tak akan ku acuhkan apapun keadaannya walau aku harus bertahan, dan takkan aku perhitungkan waktu yang aku harus ambil. Misalnya saja aku yang mendapat kesempatan emas untuk bertemu seseorang yang aku sukai. Walau jarak memisahkan kita, walau ada tenaga, waktu, dan uang yang dibayarkan, selama itu aku yakini aku mampu dan mau melakukannya, aku akan melakukannnya.
Namun, tidak setelah diriku mendapatkan bisikan:
“stop sampai disana kau berjuang.”
Apa? Siapa yang mampu menahanku. Selama tujuan yang aku sudah buat belum terpenuhi, aku akan mati-matian menggapainya. Aku pun takkan mengindahkan hal itu. Aku tetap mencari cara bagaimana bisa memenuhi apa yang aku inginkan. Selalu banyak ide yang terbesit dalam benakku untuk menunjukkan perasaanku, keseriusanku, dan tentu saja usahaku. Dimulai dari aku berlatih untuk menyanyikan lagu yang menghangatkan jiwa, membuat situs web yang lain nan beda, bahkan sampai cara yang langsung pada intinya:
“Hai, aku rindu dengan percakapan kita. Bisakah kita kembali seperti sedia kala?”
Entah mengapa, aku secara sadar menghapus kembali tulisan yang aku ingin sampaikan kepadamu. Sudah kubuat rekaman nyanyian diriku diiringi alunan nada gitar, tinggal dikirim kepadamu, kenapa lantas aku membatalkannya? Aku pun baru-baru ini membuat tulisan mini website disertai link menuju playlist Spotify. Padahal sudah copy link, lalu share kepadamu, kenapa tiba-tiba aku menghapus playlist itu, ada apa gerangan? Setiap hal yang menuju kepada dirimu, aku selalu saja merasa ada yang menghalangi diriku untuk melakukannya. Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa aku berhenti untuk membalas pesan darimu dan kehendak itu datang secara tiba-tiba.
Kenapa tidak dipaksakan saja untuk melakukannya?
Aku sudah mencoba. Akupun bingung dibuatnya. Sudah di-mention di awal jika aku menginginkan sesuatu, aku akan fight till the end untuk hal itu. No one can stop me, except my God. Aku pun ketika melihat status dirimu, tak berani aku untuk melihatnya. Aku tak mau engkau tahu kalau aku penasaran denganmu. Saat ku patahkan segel itu, yang aku dapatkan adalah rasa sakit dan rasa rendah diri.
"Mau apa lu? lu udah kaga bisa lagi bertemu dengannya. Lu udah gabisa lagi memikat dirinya. Teman-teman barunya lebih menarik ketimbang lu. Lu bagaikan serpihan bubuk rengginang di tengah kilauan emas."
Aku pun sering berseteru dengan intuisi ini. Aku ingin breaking chains that bind me. But, I can't. I know it's a God will. Walaupun diriku sebelum itu sangat antusias melihat status dirimu, tidak ada rasa canggung di antara itu, tidak ada “perasaan” yang muncul kembali, hanya sebagai seseorang yang aku kenal sebagai teman baik saat itu. Entah mengapa menjadi demikian, sekarang perasaan itu berubah. Aku bahkan tidak merasakan canggung dan sudah bersahabat dengan patah hati dengan teman sekelas, lantas mengapa dengan dirimu berbeda?
Aku pun tahu cerita tentang kita belum lah usai. Cerita kita masih “nanggung” karena hubungan itu terjalin pada waktu yang salah. Aku ingin melanjutkan cerita itu dan “Hi, I want to know more about you”. Tapi dan tapi, kehendak Tuhan tak bisa dibantah, absolute. Entah Tuhan menginginkan aku untuk melanjutkan kisah kita di waktu dan cara yang benar, ataupun ada seseorang yang berdoa kepada-Mu:
“Ya Tuhan, jauhkan lah jodohku dari wanita lain, dekatkanlah ia kepadaku.”
Atau hal lain yang tak masuk perhitunganku karena keterbasan sebagai manusia biasa, yang pasti my entanglement, aku masih berharap padamu dan masih memperjuangkan dirimu. Semoga pada waktunya, segel ini akan terlepas dan Tuhan menunjukkan jalan menuju kepadamu.