Kisah hidup tak pernah berjalan sejalan dengan rencana kita. Begitu pun dengan diriku. Di tengah hiruk-pikuk kesibukan dan gemerlap dunia yang terus berputar, aku terjebak dalam perangkap dalam keadaan sakit yang menghimpitku dengan kekuatannya yang tak terduga. Saat tubuhku merasakan kelemahan yang melumpuhkan, pikiranku masih terus menggeliat dalam keriuhan kehidupan. Tidak ada ruang untuk beristirahat, tidak ada waktu untuk melambatkan langkah. Meski sakit melanda, tanggung jawab dan tuntutan masih menghantuiku.
First Blood
Libur telah tiba, apalagi libur panjang. Tentu saja akan aku manfaatkan sebaik mungkin libur ini. Aku ingin menjernihkan pikiran yang sudah mumet dengan pekerjaan dan perkuliahan. Mungkin perjalanan kali ini akan sedikit terhambat mengingat begitu banyak orang yang berpikiran sama seperti diriku. Namun, hal itu tak terjadi. Di luar dugaanku kalau ternyata perjalanan ini sangatlah lancar. Walaupun begitu, keanehan terjadi pada diriku. Tak biasanya aku merasa kedinginan saat berada dalam mobil. AC-nya tidak begitu kencang. Kenapa aku menggigil sangat kedinginan. Aneh, padahal aku orang Bandung yang sudah 18 tahun besar di Bandung sudah sangat bersahabat dengan hawa dingin yang menusuk. Bahkan, di Bandung saja aku terbiasa tidur tanpa selimut. Saat awal-awal kerja di Jakarta pun di kala hujan turun sangat deras membuat suhu kantor sangat-sangatlah ekstrem, ditambah suhu AC pun tidak bisa diatur sesuka hati karena mengingat sistem AC yang terintegrasi dengan seluruh lantai gedung membuat semakin dingin. Ajaibnya, aku memakai kaos oblong pun tidak merasa kedinginan. Semua karyawan memakai jaket, kecuali diriku. Aku mendapat julukan manusia es dari Bandung. Lantas, kenapa aku kini resistan terhadap suhu dingin menurun? Apa karena aku sudah terlalu lama terpapar suhu panas nan lembab di Jakarta? Mungkin benar juga.
Awal di Jakarta aku sangatlah anti dengan udara panas. Aku tak kuasa menahan rasa gerah, itulah kenapa aku langsung melepas jaket saat tiba di kantor dan hanya memakai kaos saja sampai pulang. Untuk kali ini, aku biasa memakai kaos hitam, jaket gelap dan memakainya saat di luar walau cuaca sangat terik😂. Saat aku di Bandung pun bersama teman-temanku menyantap kuliner khas Bandung yaitu seblak yang pedas, aku tidak melepas jaket hitam ku di kala temanku yang lain sangat merasa kepanasan dan kepedasan. Ternyata resistan aku terhadap suhu panas sudah membaik. Resistan terhadap suhu dingin menurun. Ahh mungkin biasanya seperti itu.
Saat tiba di Bandung, aku merasakan gatal dengan tenggorokanku dan mengakibatkan batuk-batuk. Tunggu sebentar, saat di Jakarta aku tidak flu sama sekali, mengapa saat di Bandung aku batuk-batuk. Ahh mungkin karena penyesuaian suhu. Pikiranku salah, batukku semakin parah. Orang tuaku pun menyadarinya dengan mengatakan:
"Tiap ka Bandung batuk wae jangg."
Aku tak menyadari itu. Benar juga, mengapa tiap ke Bandung aku batuk dan akan reda ketika aku sudah di Jakarta lagi? Berhubung waktu di Bandung yang sangat lama sehingga semakin lama juga aku terpapar rasa dingin membuatku lelah dengan hentakan dari penyakit ini, sampai suatu pagi hal yang menakutkan benar-benar terjadi. Karena batuk yang hebat kerap membuatku merasa mual hingga muntah. Muntah pagi ini disertai bercak darah. Darah darimana ini? Apa ini darah dari radang gusi? Aku memeriksa dengan melihat cermin bahwa tidak ada gusi yang berdarah. Apakah ini dari batukku dan muntahku ini? Bisa jadi. Karena aku terkejut dan sedikit khawatir, aku mulai mencari informasi tentang penyakit yang baru aku idap awal di pertengahan 2022 ini.
Aku pun paham dengan situasi yang terjadi. Orang dengan penyakit gerd akan mudah merasa kedinginan. Lalu batuk-batuk seperti yang aku alami. Selain itu, karena katup di lambungku sudah lemah konsekuensi dari penyakit gerd sehingga ketika batuk, asam lambungku mudah naik hingga mencapai kerongkongan. Baiklah aku sekarang sadar kalau aku punya penyakit lambung. Asumsi ku ini, penyakit yang disebabkan aku tidak memakan apapun selama beberapa hari saat mengetahui pacarku saat itu dekat dengan lelaki lain. Diperparah saat bulan September itu awal diriku masuk kuliah dan bekerja 30 hari penuh mengejar tenggat yang diberikan manajemen kantorku. Tak ayal, saking sibuknya aku makan hanya sekali sehari. Kesibukan itu juga aku tidak mengingat bahwa orang yang pernah dekat denganku ulang tahun di bulan itu. Sepertinya di tahun 2022 aku absen memberikan selamat menua pada dirinya😂.
Setelah aku mengetahui kondisiku, aku makin aware bahwa aku tidak boleh membiarkan penyakitku larut begitu saja. Aku harus semakin menjaga dan menyayangi diriku sendiri ini. Karena darah pertama dari penyakitku ini, aku harus menjaga anugrah Tuhan yang telah dititipkan-Nya kepada ku. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan selalu berada di lindungan-Nya. Aamiin.
Waktu yang Tidak Tepat
Akhir pekan yang panjang membuat diriku memiliki banyak waktu untuk aku habiskan bersama keluarga maupun diriku sendiri. Karena aku tak mau hari liburku aku habiskan begitu saja, maka aku pun pergi berkencan dengan diriku sendiri. Selain itu aku pun mengejar ketertinggalan untuk materi Matematika Diskrit. Yap, selama satu semester ini, yang aku lakukan hanya lah menjawab forum diskusi dan mengerjakan kuis tanpa memahami esensi dan substansi pada mata kuliah tersebut. Maka, selama libur akupun kembali membuka materi dan menyimak video pembelaran dari semester awal. Benar-benar aku pahami secara total karena aku tak mau kuliah ku berjalan begitu saja. Hei, pada Minggu pagi pun aku sudah sampai materi terakhir yang harus pelajari, yaitu tentang pohon. Pohon yang aku pelajari bukanlah pohon yang dipelajari oleh fakultas kehutanan yaa😂. Pohon yang aku pelajari adalah pohon yang dimana akar berada di paling atas.
Dari graf sampai tree sudah aku pahami. Karena kepercayaan diriku yang begitu tinggi karena akhir pekan ku full dengan pembelajaran, saat waktu ba'da Dzuhur aku pun mengerjakan kuis. Sepertinya aku akan mendapatkan nilai 100 dengan cepat. Nasi sudah telanjur menjadi bubur, sudah aku coba akses kuisnya dan ternyata materi tree hanya sedikit😢. Soal pada saat itu adalah menentukan pohon perentang mininum yang bisa dibuat dari graf berbobot. Semua soal yang aku dapatkan semua seperti itu. Sial, satu soal bisa menghabiskan beberapa menit karena aku harus mengurutkan dan mendapatkan sisi graf dengan bobot kecil dengan membertimbangkan sisi graf tersebut tidak membuat lintasan. Aku kira ini akan selesai dalam 1 jam saja, sehingga jam 1 lebih aku bisa bersiap diri untuk kembali pergi ke Jakarta. Ternyata 2 jam waktu kuis aku habiskan penuh dengan nilai yang sangat-sangat buruk. Lagi dan lagi akupun melewatkan makan. Setelah pukul 14:00 pun aku bergegas mandi dengan terburu-buru dan makan juga terburu-buru dengan dalih yang penting perut terisi. Karena waktu keberangkatan travel adalah pukul 14:45 dan aku masih di rumah jam 14:30 membuat aku panik. Karena itu ayahku inisiatif untuk mengantarkan diriku.
Seperti dugaanku, karakter ku lebih dominan mirip dengan ayahku. Aku yang panik, ayahku yang tidak karuan. Ayahku mengantarku dengan terburu-buru hingga menabrak spion mobil. Walau aku pun sedikit panik, namun aku berusaha untuk menenangkan ayahku untuk berjalan dengan pelan-pelan saja karena aku asumsi akan ada delay 10 menit dari jadwal yang telah ditentukan. Setelah sampai dengan waktu yang masih ada agak lenggang, aku pun sedikit khawatir dengan ayahku. Maklum beliau sudah lelah namun harus tetap mengantarku hingga akhirnya aku paham dengan perkataan:
"Kabari kalau sudah sampai"
Dan akhirnya aku dapat bernapas lega setelah mendapat kabar ayahku sudah sampai di rumah dengan selamat dan akupun tidak tertinggal travelnya. Walau ya aku terus terang masih merasa lapar karena aku belum makan berat sedari pagi, hanya kopi dan snack saja. Waktu yang tidak tepat ini membuatku belajar untuk spare waktu lebih panjang dan berpikir ulang untuk melakukan sesuatu, tidak terlalu terbawa suasana karena over confident, dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan.
All Falls Down
Hasil induksi dari darah pertama yang aku alami dan keterburuan mengejar jadwal travel membuat daya tahan tubuhku menurun. Aku pun mengidap flu dan gerd-ku kumat. Tiada hari aku awali pagi dengan muntah karena mual dan flu. Ahh seharusnya aku sudah menyelesaikan tugas akhir dan postingan diary, aku pun mempunyai banyak tunggakan tugas seperti tugas besar Algoritma Pemrograman, asesmen Matriks & Ruang Vektor, Praktikum Pemodelan Basis Data, dll. Ahh iya ini pekan UAS namun kondisi tidak memungkinkan untuk belajar. Tak mengapa, aku bisa lewati itu semua.
Pekerjaan yang padat pun membuat diriku semakin drop. Ditambah lagi saat hari Selasa diriku sudah lemas dan pusing harus menghantam jalanan yang Jakarta disertai dengan hujan deras. Sesampai di indekosku, diriku langsung terlelap saja tidak ganti baju dan hanya meletakan ranselku. Aku pun lupa aku harus menjadi pemateri di grup teman-temanku untuk belajar bersama sehingga aku tidak dapat menghadirinya.
Waktu menunjukkan pukul 05:04, mendapati diriku terbangun dengan keadaan lemas. Ku periksa jam tanganku, menunjukkan aku tertidur hampir 12 jam dari 17:34 sampai 05:04. Aku juga baru menyadari bahwa aku melewati shalat Maghrib dan Isya. Sial, kenapa badanku kembali panas. Setelah aku menunaikan shalat Shubuh dan Qada shalat yang sebelumnya, aku memberi kabar kepada atasanku bahwa aku tidak dapat bekerja pada hari ini. Setelah mengabari aku pun kembali tertidur hingga jam 12:24. Dengan keadaan yang sangat drop dan belum makan dari kemarin, aku kembali mendapati darah dari mulutku. Karena tak mau semakin parah, aku pun makan walau tidak habis dan kembali terlelap hingga pukul 17:39, lalu bangun untuk shalat dan tidur kembali hingga jam 21:02. Hari-hariku diisi dengan hibernasi, namun bukan karena malas, karena benar-benar drop tubuhku ini hingga tak mampu untuk hanya sekadar mengecek ponselku.
Setelah dari 21:00, aku pun terjaga dan baru melihat ponselku. Betapa terkejutnya aku mendapati banyak pesan dari teman-temanku yang mencari serta memastikan kabarku, dan jujur aku terharu bahwa masih ada orang yang peduli denganku😊.
Walau ya aku baru bisa membalas pesan mereka keesokan harinya. Karena cutiku aku habis dan aku tak suka pergi ke dokter, aku pun tetap memaksakan untuk masuk kerja walau belum sepenuhnya pulih. Dengan mata sayu dan kembali memakai masker dikarenakan flu. At least aku merasa lebih baik.
Kapan lagi aku berani untuk selfie seperti ini🤣.
Hari demi hari aku perbaiki pola makan ku dengan tetap berjalan mengerjakan tugas dan belajar semampuku dengan tidak memaksakan jika sudah lelah. Akhirnya aku kembali di titik puncakku untuk lebih semangat dalam mengerjakan tugas dan kembali follow up teman-temanku yang lain untuk segera mengerjakan tugasnya.
Selain itu, setelah sembuh dan menyelesaikan hampir semua tugas-tugasku, aku baru ingat kalau aku menyukai seseorang wkwkwk. Saking sibuknya aku bahkan lupa aku sedang menyukai seseorang.
Hai, bagaimana kabarmu? Pasti kamu juga sibuk karena kerjaan dan kuliah. Apalagi sama-sama akan menghadapi UAS bukan? Since we're not texting like we used to, I don't know about your day, I don't know what you're going through anymore. I miss the moments when you share about your day, or everything about your life. I wish nothing but the best for you. But, in the end, I just really miss you.
Baiklah, aku akan menyelesaikan sisa tugas akhir. Selain itu, aku akan menyelesaikan tulisanku yang masih dalam draft. See you and cheers at another chance.