Skip to main content

The Child Who Loves Children But Trapped in His Inner Child

· 15 min read
Muhammad Farid
Summary

Aku, aku, dan aku. Pepatah Jepang mengatakan bahwa “The first face, you show to the world. The second face, you show to your close friends, and your family. The third face, you never show anyone. It’s the truest reflection of who you are”. Memang benar adanya bahwa setiap manusia pasti selalu berbeda menampakkan siapa dirinya tergantung di situasi dan kondisi apa manusia itu hadapi. Termasuk diriku.

Bocil

Hai, aku memang sudah berumur 21 tahun yang bisa dibilang remaja nanggung. Disebut dewasa ya belum dewasa-dewasa amat dan mau disebut remaja ya bukan lagi remaja yang hanya memikirkan bermain-main dan indahnya cinta monyet. Jadi mana yang lebih cocok untuk menyebut diriku? Fisik aja masih seperti anak SMP😂, apalagi kalau kumis dan janggutku dicukur habis, makin terlihatlah wajah-wajah anak lugu dalam diriku sampai aku sendiri pun berkata, "Kok wajahku gapernah berubah dari dulu ya". Bukan hanya diriku, dimulai dari teman SD saat kami bertemu di pesta pernikahan teman, dirinya berkata, "Kok gada bedanya dari dulu SD Rid". Lalu ada teman SMP yang berbicara melalui teman SMK-ku, "Rid, kata Anei kamu kok masih sama kya dulu SMP". Karena aku tak percaya, aku pun menunjukkan fotoku saat SMP kepada teman SMK untuk meminta pendapat dirinya, dan ia pun berkata hal yang sama, "Wah iya deng gaada bedanya kamu mah". Oleh karenanya tak ayal kalau diriku masih disebut bocil oleh teman kantor. Bukan hanya dari fisik, tapi kelakuanku kata mereka masih seperti bocil. Itu aku dapatkan ketika aku berlibur bersama teman satu kantor dan aku pun renang pada malam hari, benar, aku tidak typo, aku berenang di daerah Sentul Bogor dan pada saat itu jam menunjukkan pukul 00:30.

"Cil awas lu sakit ntar dimarahin mak lu, gua bilangin ke mak lu kalau lu bandel"

Wait ayolah aku sudah berumur 21 tahun, mentang-mentang temanku saat disana rerata berumur 28-33 tahun. Tapi mungkin benar juga orang dewasa biasanya sering terkena masuk angin, rematik, dan penyakit-penyakit karena faktor usia lainnya. Sedangkan aku? Tentu kekebalan tubuhku masih bagus seperti anak kecil, tidak ada rasa sakit punggung, pegal-pegal lainnya, kecuali sakit kepala dan maag. Selain itu aku pun mengabari doi-ku kalau aku ingin berenang dengan harapan aku pasti akan mendapati omelan yang sama seperti temanku. Namun sayangnya dirinya sedang tidak mood sehingga dirinya pamit menghilang dahulu. Yahhh:(.

Walaupun begitu, aku tetap saja ingin mengabari dirinya karena aku senang mendapat kembali tempat untuk cerita dengan segala ke-random-anku. Walau yaa bisa aja sihh di Twitter andalanku, namun untuk sekarang aku lebih suka bercerita kepadanya. Disana aku tetap berpikiran bahwa aku ingin membagikan apa-apa yang terlintas dalam pikiranku, dimulai dari aku melihat langit indah dengan bintang yang berkelap-kelip, saat aku menyendiri di bibir kolam sembari membayangkan aku dapat berbincang dirinya disana, sampai lain-lain. Aku juga mengabari dengan tujuan bahwa pesan-pesan yang aku kirimkan itu akan membantu dirinya merasa lebih baik. Namun sayangnya tidak, bahkan semua pesan yang aku kirimkan tidak mendapat balasan darinya, bahkan sampai keesokan harinya. Yahhh:(. Benar seperti orang lain katakan tentangku, aku masih lah bocil, yang hal seperti itu pun aku merasa sedih. Perasaan sedih aku masih dapat imbangi dengan sisi ku yang lain, sisi dewasaku karena ya malu lahh sama umur wkwkwk. Jadi saat itu aku merasakan dua perasaan yang berbeda, perasaan sedih karena dirinya tidak merespon sama sekali pesanku, bahkan satupun tidak ia balas, dan perasaan sedih akan apa yang menimpa dirinya dan tentunya rasa maklum dirinya sama sekali tidak membalas bubble-ku. Saat aku sudah mengeringkan badanku dan sudah lama berdiam diri di bibir kolam, benar jam 01:00 aku berdiam diri di pinggir kolam dengan mengenakan pakaian renang, handuk yang menutupi kepalaku, dan tentunya gawai yang aku pegang untuk pap diriku sudah selesai renang hahaha aku pun bergegas untuk bilas dan mengganti pakaianku. Karena aku belum mengantuk, aku pun memesan Indomie goreng dan memakan sembari bercengkrama dengan teman-temanku yang masih melek.

"Ayo gaess makan gaes"

"Abis renang makan Indomie, bener lu cil kek anak SD anjir"

"Hahaha laper abis renang mah semua orang kek gitu"

Sembari menyantap mie yang masih panas, aku pun memandangi betapa indahnya langit saat itu. Berbeda dengan langit Jakarta (jelas karena polusi cahaya jadi jarang terlihat bintang dan juga polusi udara) maupun langit Bandung (lebih bersih dari Jakarta namun masih tergolong kota berpolusi), langit Bogor saat itu sangat indah disertai dengan pemandangan gunung. Aku pun memotret langit disana. Setelah habis, aku pun memesan es teh manis di jam 01:15 dan juga makanan ringan. Aku berpamitan pada temanku bahwa aku akan tidur duluan. Namun itu tidak benar-benar langsung tidur, aku pun berdiam diri di teras sembari menghabiskan snack dan es teh manis dan mengirimkan foto langit tadi sebagai ucapan "Good Night" dan aku pun pergi untuk tidur. Yaiyalahh udah cape renang, kenyang makan pasti ujungnya ngantuk wkwkwk.

Singkat cerita ketika sinar pagi menyapa, aku menikmati hidangan cilok, kentang goreng, dan juga otak-otak. Tak lupa ditemani kopi pagi. Ahhh sedapnya. Setelah itu aku pun berjemur karena sinar pagi itu sangat hangat ditambah udara yang sejuk. Aku berjemur pun sekalian tester nih kacamata beneran gelap ngga ya pas kena sinar UV dan ternyata benar jadi gelap banget wkwkwk. Sinar pagi yang hangat, hidangan dan kopi, udara yang segar sungguh nikmat yang sempurna. Disana aku pun melihat anak kecil yang mungkin berusia 1,5 - 2 tahun bermain bersama ayahnya. Jujur, gumushhh banget apalagi anak perempuan. Pengen dehh nyubit aja pipinya🤌🏻. Aku pun senyum-senyum sendiri dibuatnya, aku ingin menjadi ayah yang baik yang bisa bermain memberikan quality time. Ahh aku pun melihat seorang wanita yang menghampiri keduanya. Ahh ternyata itu ibunya dan dirinya terlihat sedang hamil. Perpaduan yang indah bagi ayahnya, mendapati dirinya bermain bersama putri tercintanya dan sedang menjaga istri kesayangannya yang mengandung buah hati. Pasti ia akan menjadi ayah yang paling bahagia dan aku pun ingin merasakan hal yang sama. Namun, aku kan masih bocil yang masih clingy, apakah aku sudah pantas mendapatkan hal yang seperti itu?

Backstory

Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Bisa dibilang aku adalah orang yang beruntung, karena aku lahir saat orang tua dalam masa kejayaan sehingga tidak merasakan hal-hal yang sulit. Aku ingat rutinitas pagiku seperti sarapan telur, minum jus sembari nonton Spongebob dan dilanjut lagi main Nintendo. Segi fasilitas pun tentunya sangat mendukung. Apalagi aku mempunyai kakak kandung yang lengkap. Maksudnya lengkap tuh ada kakak dari kelahiran 1989 yang mungkin melalui jatuh bangun orang tua, lalu ada kakak kedua 1996 yang tentu zamannya belum se-modern diriku. Karena anak bungsu aku pun menjadi anak kesayangan, ya iyalahh wkwkw. Fasilitas yang sudah lengkap, keluarga yang saling menyayangi, ditambah privilege anak terakhir membuat diriku sangat dimanja. Bukan hanya dimanja oleh orang tua, namun sangat dimanja dengan zaman yang sudah modern. Tak ayal dalam diriku masih terdapat sifat manja sampai sekarang umurku 21 tahun ini karena faktor-faktor tadi yang disebutkan.

Namun, di lingkungan pun membentuk diriku yang ingin membuang rasa manja itu. Karena aku laki-laki membuat diriku ingin menjadi pelindung bagi orang-orang terdekatku. Namun apa daya, malah aku yang sering dilindungi kakak-kakakku. Aku merasa tidak bisa melindungi siapapun, sehingga timbul rasa ingin memiliki adik dan aku ingin adik perempuan. Kenapa? Karena jika mempunyai adik laki-laki pasti akan mempunyai pikiran yang mirip denganku sekarang yang ingin melindungi seseorang. Mimpi itu hampir terwujud setelah aku mengetahui ibuku sudah hamil 3 bulan. Namun harapan itu pupus ketika aku mendapati ibuku terbaring di rumah sakit. Saat itu aku tidak paham mengapa ibuku berada disana. Dimana perut besar ibuku? Ahh sudahlah mungkin aku ditakdirkan menjadi anak bungsu yang tidak bisa melindungi siapapun. Keinginan aku untuk memiliki adik pun semakin kuat saat aku mempunyai teman yang dimana adiknya ini hanya berbeda setahun. Singkat cerita aku pun memiliki pacar yang dimana berbeda dua tahun denganku dengan sifatnya yang benar-benar seperti anak kecil wkwkwk. Memiliki hubungan dengannya memanglah menyenangkan karena aku bisa meluapkan rasa ingin melindungi seseorang yang spesial. Namun aku lupa dengan sifat dasarku sehingga aku sendiri tidak dapat memenuhi bagian diriku yang manja. Aku pernah manja ke mantan ngga ya? Rasanya jarang karena disana aku berposisi menjadi orang dewasa.

Selepas diriku tidak dengannya, aku pun berusaha untuk menjadi orang yang sangat dewasa dan independent karena saat itu aku kagum dengan teman kuliahku yang kemana-mana selalu sendiri. Sungguh tidak terbiasa aku saat melakukan apapun sendiri karena pada dasarnya yang manja ini selalu ingin ditemani kemana pun. Itu kenapa aku tidak suka ke dokter karena aku tidak mau kesana sendirian. Masa iya umur 21 ke ke dokter sama ibu wkwkwk. Sama pacar? Kan Anda sudah jomblo mas jadi yaudah lahh gausah ke dokter selama sakit belum parah mah. Singkat cerita aku pun sudah sedikit terbiasa kemana-mana sendiri. Efeknya adalah aku berani ke restoran untuk makan sendiri, sering ke cafe sendiri dan tak merasa canggung. Yeayy akhirnya aku dewasa. Oops Anda lupa satu hal yang belum terpenuhi, sifat manja hahaha. Yapp, kepuasaan aku untuk melakukan segalanya sendiri tidaklah bertahan lama. Pada akhirnya aku kembali merasa kesepian. Aku yang dewasa karena umur dan keadaan merantau tidak bisa memenuhi sifat dasar yang manja dalam diriku yang akhirnya hanya bisa aku luapkan melalui tulisan dan monolog. Yeahh itu lah diriku yang memiliki dua sisi yang bersebrangan, sisi dewasa diriku karena aku seorang laki-laki yang sudah berusia 21 tahun yang harus mandiri dan menghadapi masalahnya sendiri dan sisi manjaku yang sudah lama ada dalam diriku sejak aku lahir mungkin hahaha.

Clingy

Seperti yang sudah disebutkan kalau aku sebenarnya memiliki sifat manja. Namun sifat itu tak bisa aku perlihatkan kepada semua orang. Sifat yang harus aku tunjukkan secara default adalah dewasa. Dewasa dalam mengambil tindakan dan dewasa dalam berpikir. Sudah sepatutnya aku juga bersikap dewasa terutama dalam pekerjaanku. Ngga baper kalau ditegur, ngga merasa rendah diri kalau pekerjaannya tidak semulus teman-teman kerja yang lainnya dan tidak semuanya diambil hati. Walaupun ya kalau udah di kost mewek juga😂. Mungkin untuk sekarang aku mulai ingin berani menunjukkan sifat manjaku pada doi karena doi kan dewasa dan sangat mature dan aku pun nyaman. Selain itu, aku mungkin mendapatkan hal yang tidak aku dapatkan di hubungan sebelumnya, aku merasa doi sekarang bisa memenuhi sifat manjaku. Tetapi terus terang aku pun masih bingung bagaimana dan seberapa jauh aku harus tunjukkan sifat manjaku. Tak terkecuali pada kejadian baru ini.

Anggap saja karena aku baru pulang dari Bogor, benar-benar baru masuk Alfamidi aku pun mendengar notifikasi khas darinya. Wahh doi bales nihh dan ternyata dirinya hanya mengabari kalau dia baru saja menyelesaikan berdamai dengan apa yang dia hadapi, namun dirinya tidak membalas satu pun bubbles chat yang aku kirimkan saat di Bogor🥲. Saat itu aku masih memaksa sisi dewasaku bekerja untuk memahami alasan kenapa dirinya tidak membalas itu. Akhirnya berhasil dan aku merasa senang bisa kembali chitchat dengannya walaupun banyak kepotong karena dirinya yang sibuk dengan urusannya ataupun aku yang masih kelelahan dan ketiduran. Setelah bangun dari tidur siangku yang singkat, aku pun mengabarinya lagi dan kulihat notifikasinya dirinya mengirimkan foto dan tidak di-view once. Yess akhirnya kamu sadar yaa wkwkwkw. Saat aku buka chatroom-nya aku pun mendapatkan foto dirinya sedang menggambar, tentunya no face. Yahhh ekspetasiku terlalu tinggi🥲.

Aku kembali mengaktifkan sisi dewasaku dengan berkata pada diriku sendiri,

"Rid, plis jangan bete. Itu kan di pap tangannya doang udah bagus kan? Harus bersyukur di pap yang artinya kamu itu masih orang istimewa. Mana mungkin dirinya suka pap gitu ke sembarang orang kan?"

Baiklah noted, aku pun berhasil mengendalikan perasaanku. Namun aku ingin dirinya benar-benar mengirim hasil gambarannya kepadaku dan aku ingin menjadi orang pertama yang melihat karyanya. Akhirnya sisi dewasaku dan sisi manjaku sepakat untuk hal itu. Aku pun mengatakan kepadanya untuk membiarkan diriku menjadi orang yang pertama yang melihat hasil lukisannya. Singkat cerita karena kembali ketiduran, aku pun baru bisa membalas pesan dirinya pada keesokan harinya. Mari lanjut bekerja. Namun ketika aku melihat WhatsApp aku melihat dirinya membuat story dengan keadaan pesanku belum dibalas. Apa isinya? Apa sebuah promosi lagi? Atau malah lukisan hasil semalam. Entahlah aku tidak mau tahu karena dirinya sudah mengabaikan pesanku. Yaa awal hari dan awal pekan yang tidak baik menurutku. Hal itu pun berdampak pada pekerjaanku yang tidak karuan karena aku terus terang tidak mood ngapa-ngapain. Ahh sudahlah aku harus profesional dengan tetap fokus bekerja. Saat siang pun dirinya membalas pesanku dengan biasa. Aku pun berusaha untuk membangkitkan sisi dewasaku dengan berdamai akan rasa kesal dan manjaku. Ahh mungkin saja itu memang story isinya promosi lagi. It's okay Rid coba buka aja jangan bete dulu, kalau terbukti itu promosi terus kamu bete sendiri ntar malah malu wkwkwk. Okay mari kita buka dann...😒

Isinya foto kucing yang menggemaskan dan foto selfie dirinya. Sialan niat ingin berdamai dengan rasa beteku malah ditampar oleh kenyataan yang pahit. Ahh mungkin pap tangan dirinya yang kemarin juga bisa aja ia kirimkan kepada lelaki lain. Ya aku tidak lebih dari teman biasa baginya. Sial sungguh sial. Makan siang yang tidak mengenakan bagiku. Ditambah lagi pekerjaan yang terlalu mudah sehingga energi yang aku punya saat itu dialokasikan untuk terus saja mengutuk diriku sendiri yang sial. Ahh sudahlah mari kita cek email apakah ada kelanjutan dari CV yang aku apply. Niat mencari hal yang menyenangkan malah mendapat pesan, "Maaf perusahaan A menutup lowongan kerja yang artinya lamaranku tidak dilanjutkan". FUCKKKKKKK. Senin yang sial. Tidak, tidak Rid. Kali ini kamu tidak boleh berdamai, tidak boleh mengeluarkan sisi dewasamu yang harus mengerti "kenapa", bete yaudah bete termasuk ke dia gaboleh pura-pura baik, harus bete pokoknya sampai mendapat apa yang kamu mau. Dirinya juga harus sadar kenapa aku bete. FIXED RID GABOLEH PRETEND BAIK-BAIK SAJA. aku pun pulang dengan sangat kesal dan mood yang buruk. Aku langsung saja awali dengan berkabar bahwa aku sudah pulang dengan sangat dingin.

👦🏻: "Udah pulang."
👩🏻: "Okay, gimana senin bad or good"
👦🏻: "Sepertinya bad" (emang bad gara-gara kamu😤)
👩🏻: "Keliatan wkwkwk, istirahat dulu gih, balikin mood dulu sama makan yang enak atau lakuin hal yg menyenangkan"
👦🏻: "Sepertinya itu ga terlalu membantu. Tapi makasi ya sarannya" (Gatega gabisa cuekk😭)
👩🏻: "Yahh gimana dong"
👦🏻: "I dunno, aku blm berani blg hal yg aku rasain skrg ke kamu" (aku bete gara-gara kamu gabales chat aku pagi dan aku pengen juga pap kamu🥲)
👦🏻: "klo dirasa ribetin gpp tinggalin dulu aja aku ya" (Aku pengen kamu paham pengen aku gimana, tapi aku gamau ribetin kamu. Yaudah lah akumah gabisa ngapa-ngapain lagi)

Aku saat itu benar-benar bete karena banyak faktor. Namun tempat aku bisa bercerita saja sudah membuat kesal membuatku bingung harus bagaimana. Di Twitter? Entahlah aku sudah malas update disana karena aku sudah nyaman dengannya. Tapi lagi dan lagi, aku sangat sedih tempat diriku bercerita malah jadi sumber kesedihanku. Sifat manjaku sangat mendominasi saat itu sehingga aku pun kesal sendiri. Bagaimana cara bilangnya ya? Memang di sisi lain aku sangat ingin perlakuan spesial darinya, namun nahas, baginya aku tidaklah spesial seperti dalam pikiranku dan di sisi lain aku tak ingin membuatnya dirinya ribet dengan sikapku ini. Sudahlah lagian sekarnag dirinya sudah lama balasnya juga, pasti sudah tidak peduli denganku.

🔔 (3 images)

👩🏻: "Aku nemu ini tapi aku gabisa bikin kata-kata, jadi ini aja semoga bisa bikin mood kamu baik."

Memang terdapat tiga foto dan tidak view once. Ahh mungkin salah satunya adalah foto dia dan dirinya sadar kalau aku suka dikirim foto yang tidak view once. Memang saat aku buka juga tidak terdapat foto dirinya. Namun tiga gambar itu mampu membuatku berkaca-kaca. Seketika tiga gambar itu membuatku luluh dan tak bisa lagi melanjutkan beteku🥹. Isinya adalah quotes dari Pinterest yang diedit dirinya. Damn, aku benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa haru, bagaimana tidak itu adalah momen pertama kalinya diriku mendapat quotes yang diedit dengan sangat lucu nan menggemaskan, belum lagi selera humor yang sama denganku, "ini doraemon"😭. Selain daripada itu, kata-katanya pun sangat relate dengan kondisiku sekarang. Terima kasih aku sangat tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan dengan cara yang lain. Sikap manjaku pun meleleh dibuatnya. Selanjutnya pesan-pesan yang kami kirimkan berjalan seperti sedia kala ditambah membuat mood-ku kembali membaik. Tidak, tidak hanya itu. Kamu pun membuat aku semakin tidak bisa dan tidak mau meninggalkanku hehe Thank you very muchhh.

Hari Selasa ini pun aku buka dengan sangat senang, walaupun ya masih pengen pap dia tapi ngga terlalu mempersalahkan itu. Aku langsung saja sebelum pergi bekerja untuk selfie antara diriku yang memakai kacamata dan tidak, dan berusaha untuk tidak view once untuk memancing dirinya juga agar tidak view once. Agar mendapat pap dirinya aku pun meminta secara halus, tapi ditolak gessss. Tak mengapa aku suka juga melihat dirinya "marah" karena aku rese dan aku clingy begging for her picture😂. Aku tak tahu bagaimana, kapan, dan sampai kapan aku harus menunjukkan sikap dasarku ini. Namun yang pasti aku tahu bahwa aku harus terus memperjuangkan cintaku ini sampai 100 tahun, seperti janjiku padamu untuk bersama sampai satu abad di dunia hehe. Dan ya begitulah diriku, seorang anak kecil yang sudah tumbuh dewasa, yang sangat suka menyukai anak kecil namun tak sadar diri bahwa sejatinya jiwa ku ini pun masih anak-anak hahahaha. Segitu aja tulisan pertamaku di bulan September and cheers.