Skip to main content

The Fools Who Dream

ยท 21 min read
Muhammad Farid
Summary

Perkenalkan, aku adalah orang bodoh yang mengulang-ulang kesalahan yang sama, seperti berputar dalam lingkaran tak berujung. Aku juga orang yang melakukan hal yang di luar nalar, seperti ungkapan, "I'd jump in front of a train for you". Namun, meski dunia menilaiku sebagai orang yang tak measurable, aku tak peduli karena aku adalah sang pemimpi. Seperti bintang-bintang yang berkilauan di langit, aku berani bermimpi tinggi tanpa takut jatuh akan kegagalan. Setiap kali aku terjatuh, aku akan bangkit kembali dengan kegigihan dan keteguhan hati. Aku tahu bahwa di balik setiap kesalahan, tersembunyi pembelajaran berharga yang tak akan pernah aku temukan jika aku tak berani mengambil langkah tersebut. Orang-orang mungkin saja menertawakanku, menyebutku bodoh, namun aku tak mau ambil pusing. Aku yakin bahwa kesalahan dan kebodohan diriku ini adalah bagian tak terpisahkan dari proses mencapai mimpi-mimpi yang tak terhingga. Aku juga tahu bahwa mengulangi kesalahan bukan tanda kelemahan, melainkan bukti bahwa aku masih mencoba, masih berusaha menjadi lebih baik. Mungkin orang menyebutku dengan "The Fools Who Dream", tetapi dalam kebodohanku, aku yakin dapat menemukan kebijaksanaan yang tidak dimiliki orang lain. Aku mengerti bahwa tak ada kesempurnaan dalam hidup, dan keberanian sejati adalah berani melangkah meski dunia salah menilaiku.

Permission Grantedโ€‹

Orang bodoh mana yang mengulang langkah yang keliru dengan mengenal wanita lain, namun berakhir dengan tragis. Tapi, ia tetap saja masih mengulanginya dan tidak menyesalinya? Hai, itu adalah aku. Aku sudah mumet dengan semua pekerjaan yang pelik ini. Sudah seminggu ini aku habiskan hari demi hari melakukan pekerjaan dengan burn out. Aku ingin segera menceritakan semua yang aku pendam satu minggu ini pada ibuku. Kunci ridha Allah SWT ada pada ridha kedua orang tua, bukan? Aku yakin setelah aku menceritakan semua, orang tua ku pasti membantu diriku mencari jalan terbaik melalui doa-doa yang mereka panjatkan. Syukurlah, ibuku belum tidur saat aku tiba di rumah. Sembari aku menyantap tempe mendoan masakan ibu karena aku hari itu puasa dan aku belum memakan apapun selain hanya minum, aku pun menceritakan alasan kenapa aku ingin resign dari pekerjaanku saat ini. Ibuku berpesan untuk selalu berjuang dan melibatkan semua dengan Allah SWT, karena pasti Allah SWT akan berikan jalan yang terbaik untuk karirku ini.

Selain menceritakan mengenai pekerjaan, aku pun ingin menceritakan dan mulai terbuka mengenai perasaanku terhadap wanita. Betul sekali, ini pertama kali aku menceritakan tentang wanita yang aku suka kepada ibuku. Sebelumnya ketika aku menyukai seseorang, aku hanya menyimpan cerita itu untuk diri sendiri. Pada kali ini, aku memberanikan diri untuk menceritakan apa adanya. Memang, walau untuk masalah asmara ini bukan pertama kalinya aku bercerita kepada ibuku, lebih tepatnya ini kedua kalinya. Pertama kali, first ever aku terbuka terkait percintaanku adalah saat aku patah hati mengetahui si dia mempunyai hubungan dengan lelaki lain. I swear, saat itu aku tak tahu harus bagaimana lagi, aku merasa stuck dengan perasaan sakit hati dan buta arah tidak tahu harus berbuat apa. Saat itu lah, aku menceritakan dahulu kepada kakakku via chat. Setelah pulang, aku benar-benar mengadu kepada ibuku terkait patah hatiku, seperti anak kecil yang kehilangan mainan kesayangannya. Beruntunglah, ibuku tidak men-judge buruk terhadap kami. Ibu menenangkanku dengan menjelaskan konsep jodoh itu memang sudah diatur, walaupun begitu karena belum waktunya, beliau memberi wejangan untuk memantaskan diriku menjadi lebih baik. Namun, bukan berarti tidak harus di-ikhtiar-kan mencari pasangan, tetap harus berusaha. Singkat cerita, akupun menceritakan bahwa aku sedang menyukai seorang wanita. Aku awali dengan memperlihatkan foto profil WhatsApp dan juga foto-foto dirinya yang aku simpan kepada ibuku.

๐Ÿง‘๐Ÿป: "Mah liat, geulis teu?"
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Saha eta?"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Nu id resep ayeuna"
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Kenal dimana?"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Udah lama ini mah, temennya Sinta. Dulu dia di SD 2 sekolahnya & SMP di 29 kaya mamah dulu. SMK 1 Bandung. Sekarang dia kerja & kuliah juga di UT. Kenal mah dari SMP da pernah deket juga."
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Nya geulis weh da awewe"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Mamah mau punya menantu orang Bandung? Atau luar Bandung? wkwkwk
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Menantu mah nu mana weh, asal bageur, sok daek shalat, bisa ngaji, baik sama orang tuanya"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Iya mah, yg id liat mah baik kok. Bisa masak oge"
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Ohh nya itumah harus atuh, kudu bisa masak"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Jadi gimana mah, boleh bawa kesini ngga? wkwkwk"
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Jangan mikir dulu kesitu, emang dia mau sama km?"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Ya gatau oge sih wkwkwk"
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Harr, ai dia gamau mah jangan atuh, ulah dipaksa"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Tapi anggap weh mah dia mau, boleh ngga dibawa?"
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Liat kesehariannya juga gimana, suka beres-beres juga ngga"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Oke anggap weh baik pisan da emang id juga suka sama kepribadiannya, terus kudu kumaha deui?"
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Nya kan id yang suka, id yang bisa nentuin baik ngga buat kedepannya, kan id yang jalaninnya nanti bukan mamah"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Heeh, jadi boleh teu? (kekeuh anjir aku hahaha)"
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Mending bereskeun heula eta kuliah. Sabar 3 tahun deui kan sama pengen cumlaude oge? Sok diajar heula weh. Tapi nya mun id hayang jalani pelan-pelan nya boleh. Tapi id kudu jadi lebih baik, kudu ka mesjid terus shalatna, ngaji, hafalan. terus kudu lebih daek beberes. Pokoknya jadi lebih baik kan ntar jadi imam, pemimpin di keluarga."
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Oh heeh, kan teh Ita (kakak sepupuku) sama om Eko juga pacaran dari kuliah endingnya nikah. Bisa jadi gitu juga kan? Jadi lampu ijo nihh nya?"
๐Ÿ‘ต๐Ÿผ: "Nya eta tadi, daekeun teu?"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Hehehe"

Aku lega bisa menceritakan ini semua. Ditambah lagi ibuku sudah menyerahkan semuanya kepadaku. Mungkin dulu aku takut menceritakan tentang wanita kepada ibuku, karena pasti tidak boleh. Namun, di masa sekarang, menimbang umurku sudah dewasa, jadi ibuku bisa memakluminya. Tak terasa waktu pun menunjukkan jam 00:00. Ibuku menyarankanku untuk segera beristirahat. Aku tahu ini sedikit fatal karena aku sudah lebih ke arah serius dengan menceritakan kepadanya. Bukankah kalau tidak jadi pasti akan membuatku malu, bahkan sakit hati? Aku tak tahu, masa bodoh dengan hal itu. Aku hanya ingin melakukan apa yang aku anggap benar. Terima kasih, mah, sudah mendengarkan ceritaku. Selalu doakan yang terbaik untukku yaa.

Cron: Background Processโ€‹

Orang bodoh mana yang mau berkeliling mall sambil menenteng paper bag dan ransel berat berisi laptop dan bertanya-tanya dengan orang asing untuk mencapai suatu tujuan? Yap, itulah aku. Namun, aku tak merasa masalah dengan hal itu. Bodo amat kalau kalian mentertawakanku karena hal itu. Awal cerita, selain pulang untuk bercerita, memang sedari awal aku berniat untuk menemui si doi. Berhubung dia ada di mall Bandung, kesempatan untuk bertemunya semakin tinggi. Apalagi dirinya ngepost di Thread kalau hari Sabtu dirinya akan berada di Paskal 23. Hahaha, aku akan memberikannya kejutan. Aku pun degdegan sedari malam saat di perjalanan ke Bandung. Apalagi menjelang siang, perutku tak nyaman dan terasa melilit. Namun, bukan sakit karena aku salah makan, tapi perasaan itu muncul saking aku excited dicampur dengan gugup. Baiklah, saat aku bertemu dirinya aku akan menceritakan kenapa aku pulang. Aku pulang karena ingin menyemangatinya langsung dan bosan menyemangati hanya lewat chat. Lalu aku beritahu bahwa aku ingin mencari sepatu baru dan menunjukkan bahwa sepatu yang aku pakai adalah sepatu yang aku cari saat bersamanya di PVJ. Selain itu, aku akan mengajaknya berkeliling dan makan bersama (katanya gabut di mall, sabi lahh bolos hehe). Jika tidak, aku pergi saja menunggu di Starbucks dan sebelumnya akan meminta berfoto dengannya. Wihhh matang nihh rencananya. Lalu bagaimana cara menemukannya? Tinggal aku cari tenant dari kantor dirinya yang berada di pameran. Lalu aku tanyakan kepada penjaga toko disana, "Saya sedang mencari Syara? Apa dia disini?". Jika iya, aku langsung menjalankan rencana tadi. Jika tidak, aku akan meminta penjaga toko untuk memanggil dirinya. Membayangkan satu per satu jika rencanaku berhasil, semakin tak sabar diriku, semakin kencang jantungku berdebar, semakin mulas juga perutku. Arrghghhhh I love this feeling.

Aku pun pergi menaiki ojek online, karena aku pun berencana untuk pulang bersama dia pakai taxi atau Gocar, biar macet dan makin lama bersama whuehe. Singkat cerita, tiba lah aku di Paskal 23. Aku langsung masuk ke mall dan langsung meluncur ke kedai kopi untuk membelikannya minuman favoritnya, tak lupa chocolate croissant untuk cemilan dirinya. Ditambah aku punya voucher buy 1 get 1, tentu itu semakin membuat rencanaku ini semakin lancar. Setelah selesai memesan, aku pun langsung saja gercep mengunjungi pamerannya. Aku perhatikan satu per satu nama toko yang berada di pameran tersebut. Jeng jeng jeng, kok ngga ada nama toko dia. Aku pun memastikan kembali dengan memeriksa satu per satu toko yang ada disana. Sial, kok ngga ada. Aku lihat daftar yang berisi semua toko yang mengikuti pameran disana, dan tidak ada nama toko dirinya. Hmmm, mungkin nama tokonya berbeda. Aku naik saja ke lantai 2 untuk mencari dirinya. Nahas, aku tidak mengenali semua wajah disana. Untuk memperluasnya dengan naik lagi ke lantai 3. Mengamati satu per satu wajah yang berjaga di pameran tersebut dari atas. Sial benar-benar tidak ada:).

Panik? Panik lahh masa ngga. Ditambah keringat membasahi wajahku, pegal menyerang pundakku yang membawa ransel berisi laptop dan paper bag berisi minuman. Jangan sampai aku gagal bertemu dia. Aku pun bertanya kepada security disana:

๐Ÿง‘๐Ÿป: "Permisi mas, mau nanya. Katanya disini lagi ada pameran ya? Boleh tau dimana?"
๐Ÿ‘ฎ๐Ÿปโ€โ™‚๏ธ: "Itu a, tinggal lurus udah banyak yang jual baju kan? Nah disitu."
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Selain disitu, adalagi ngga ya mas?"
๐Ÿ‘ฎ๐Ÿปโ€โ™‚๏ธ: "Ngga ada a, cuma disitu"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Ohh oke mas kalo gitu, makasih yaa"

Dengan penasaran diriku pun, aku lagi dan lagi memeriksa kembali semua nama toko yang berada di pameran. Bahkan, aku nekat untuk bertanya kepada penjaga yang berada di sana.

๐Ÿง‘๐Ÿป: "Mas, sorry, ini dari brand apa yaa?"
๐Ÿ‘จ๐Ÿปโ€๐Ÿฆฐ: "Ini dari brand Royal ... (lupa aku)"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Ini cuma segini mas yang ikutan?
๐Ÿ‘จ๐Ÿปโ€๐Ÿฆฐ: "Iya a, mau nyari baju kaya gimana?"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Ohh ngga mas, saya lagi nyari orang sebenarnya. Dia kerja di toko fashion gitu dan katanya ikut disini juga. Mas tau Pretty Pastels ngga?"
๐Ÿ‘จ๐Ÿปโ€๐Ÿฆฐ: "Ohh saya kurang tahu kalo itu"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Oke kalo gitu, makasih ya mas"

Sudah? Belum lah, lagipula ini baru ke satu orang. Aku pun kembali bertanya ke sudut yang lain dengan pertanyaan yang sama. Namun, hasilnya tetap nihil. Tak cukup disitu, aku pun kembali mempunyai ide, siapa tau memang Pretty Pastels tuh grupnya. Jadi seperti "Brand X by Pretty Pastels". Aku pun acting berpura-pura sebagai pembeli untuk bisa melihat tag price dan brand dari baju tersebut.

๐Ÿง•๐Ÿป: "Silakan kak mau cari yang gimana?"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Saya lihat-lihat dulu yaa, ini bagus-bagus soalnya cocok untuk hadiah"
๐Ÿง•๐Ÿป: "Iya kak produk kita memang semua bagus dan berkualitas"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Memang ini darimana?"
๐Ÿง•๐Ÿป: "Kita brand xxx, kami kantornya di Cibiru.
๐Ÿง‘๐Ÿป: "(Cibiru mah udah pasti bukan Syara)
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Ohh untuk harganya ini bisa turun lagi ngga? (Basa basi padahal mah emang gakan beli wkwkwk)"
๐Ÿง•๐Ÿป: "Bisa kak, untuk A sekian untuk B sekian"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Pasnya segini, boleh ngga? (nawar sadis emak-emak wkwkwk)"
๐Ÿง•๐Ÿป: "Jangan atuh a, itumah belum balik modal"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Sayang banget mbak padahal lucu sama bagus banget, tapi saya belum gajian mbak hahaha" (alasan supaya kabur)
๐Ÿง•๐Ÿป: "Gapapa atuh a, nambah dikit lagi bisa dapet yg ini"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Nanti ya mbak, saya lihat-lihat dulu yang lain. Ini saya sambil nunggu seseorang hehe. Makasih mbak (akhirnya kabur)"

Sudah kabur, aku pun memeriksa kembali lantai demi lantai, siapa tau bisa ketemu dia lagi makan karena jam makan siang. Sebelum naik lantai, aku periksa kembali orang-orang di pameran. Cek lantai, lihat lagi orang di pameran, sampai lantai 3 aku sudah mentok untuk menemukan dirinya dan hasilnya tetap nihil. Keringat yang bercucuran, croissant yang sudah dingin, dan es yang sudah mencair, aku pun sedikit kecewa karena aku tidak menemukan dirinya. Bau-bau gagal ini mah, huftttt. Siapa tau dirinya tidak jadi ke Paskal? Karena mungkin pamerannya ada di TSM. Aku pun tidak ada cara lain selain memastikan bahwa dirinya jadi ke Paskal 23. Aku menghubunginya dengan dalih kakakku mencari pameran baju di TSM (aku menceritakan ke kakakku kalau aku akan ke Paskal mau cari baju dan mungkin ada sepatu juga dan beliau berencana untuk menyusulku). Sembari berjalan kembali ke kedai kopi, aku pun gelisah karena aku takut dirinya tidak membalas sama sekali pesanku karena sibuk. Detik demi detik aku terus saja memeriksa WhatsApp memastikan bahwa pesanku sudah dibaca. Nahas, aku belum mendapatkan jawabannya darinya. Aku pun sampai di lantai 1 dan langsung saja mencari tempat duduk di kedai kopi untuk beristirahat. Aku membuka laptop untuk mencicil cerita novelku. Tapi aku tak bisa fokus dengan terus ulang berulang memeriksa WhatsAppku.

tenggg, notifikasi khusus yang berbeda menandakan ada WhatsApp dari si dia masuk.

"Aku lagi di Paskal rid"
"Kan malem udah bilang"
"Ada apa?"

Tiba-tiba agresivitas diri ini meningkat, aku ingin segera mengetahui keberadaan dirinya. Memang benar pameran ada di lantai 1, ternyata dirinya memberitahu via call kalau dia ada di depan Raa Cha (aku tak mendengar dengan jelas posisi tepatnya karena Starbucks saat itu sedang ramai). Ohh kamu di Raa Chaa (hmm mungkin lagi makan siang atau lagi santai di luar). Saat aku sudah mengetahui posisi dirinya, aku langsung saja meninggalkan laptop dan bergegas berjalan cepat untuk menemuinya. Aku naik eskalator pun tetap berlari dan berada di kanan untuk benar-benar segera menemuinya. Saat sudah tiba di depan Raa Cha, kok dia masih ngga ada. Apa dia lagi makan ya? Aku pun memerhatikan semua orang yang berada di Raa Cha, tidak ada dirinya. Apakah di sekitar Raa Cha? Aku memutari Raa Cha dan ternyata...

"Ohhh ini toko bajunya, ternyata ngga ikutan pameran di bawah? Bodoh banget kenapa ngga cari dulu di Google kalau ada tokonya disini:("

Aku pun segera menghampiri dan menanyakan kepada kakak-kakak disana yang berjaga. Ini mungkin temannya,

๐Ÿง‘๐Ÿป: "Permisi kak, sorry ada Syara?"
๐Ÿง•๐Ÿป: "Syara (atau apa aku ga dengar)? Ngga ada"
๐Ÿง‘๐Ÿป: "Yang kerja disini kak, ada ngga namanya Syara"

Slash, orang yang sedang membawa laptop menghampiriku.

๐Ÿง•๐Ÿป: "Inimah ke aku"

Finally aku bertemu dengannya. Namun, bodohnya aku, aku tidak tahu harus berkata apa. Karena lelah setelah berkeliling mall, lalu dilanjut dengan berjalan cepat untuk menemuinya, aku pun berkata terpongoh-pongoh mengatakan aku mencari dirinya di lantai 1, ternyata ia ada di lantai 3. Ingatanku buyar, otakku blank seperti terkena granat kejut, tanganku gemetar, perutku semakin melilit, ditambah lagi aku gugup saat bertemu dirinya dan terdapat temannya disana. Aku pun segera memberikan paper bag-nya dan mengucapkan agar lebih semangat. Aku pun karena tak tahu harus berbuat apa, aku pun kembali ke kedai kopi dan melanjutkan novel yang masih draft. Bukannya berpikir mengenai konten, malah aku yang salting.

"Kebalik mas"

Aku tahu, namun aku merasa senang misi utamaku telah selesai terlaksana. Aku pun memang berniat untuk berada disana sampai malam. Sialnya, aku tak bisa berpikir lagi untuk konten novel. Aku pun ingin membuat tulisan ini, nahasnya charger-an aku tidak berfungsi. Selain itu, memang aku masih ingin membelikan makanan untuk keluargaku. Yasudah lah, aku mencari sepatu saja. Setelah selesai karena tidak ada sepatu yang aku cari, aku pun ingin berpamitan dengan dirinya. Tidak, aku modus dulu siapa tau dia sudah senggang dan bisa diajak makan huehue. Namun entah kenapa, aku tak bisa berpikir jernih saat dia berada di hadapanku. Hal-hal yang membuatku gemetar dan mulas kembali menyerang. Karena benar-benar blank dan canggung aku langsung aja berpamitan dan pergi ke lobby untuk memesan Gocar. Setelah masuk di mobil dan menunggu perjalanan karena sangat padat lalu lintas disana. Terbesit,

"Ehh belum foto:("

Bodoh, kenapa aku tak bisa mengingat itu. Hufftt, selalu saja mengulang kesalahan yang sama. Aku tak tahu bagaimana response dirinya setelah mengetahui kedatanganku yang tiba-tiba seperti aplikasi yang berjalan secara background. Walau bisa terbilang tidak sempurna, bahkan gagal, aku tetap merasa senang. Ya, walau bisa dibilang bodoh juga dengan jauh-jauh datang dan mengililingi mall hanya untuk mencari dia, bahkan bertanya kepada banyak orang, aku tak peduli. Intinya aku senang karena aku dapat bertemu dia dan berhasil menyemangatinya secara langsung. Ganbatte terus!

No Matter What, I Would Do It Again And Again!โ€‹

Dibalik mekarnya mawar, pasti ada duri yang dapat membuat luka. Dibalik sinar kebahagiaan, pasti ada hal yang membuat duka. Yapp, inilah cinta, bagai pedang bermata dua, bisa menyentuh hati dengan kelembutan dan kehangatannya, tetapi juga bisa merobek hati karena ketajamannya dan tanpa belas kasihan. Sejujurnya aku lelah mengapa harus aku yang mengalah dalam cinta? Mengapa aku yang harus terluka oleh cinta? Mengapa pula aku yang harus selalu memahami orang lain karena cinta? Sedangkan aku tahu orang lain belum tentu melakukan hal yang sama. Lelah? Aku pun sama lelahnya. Aku juga lelah harus menanggung ini sendiri, aku sedih harus menyimpan semua beban kesedihan ini sendiri. Lalu, kapan cinta itu dapat menemani dan memahamiku? Tuhan, apakah aku tidak diperkenankan untuk dapat memiliki seseorang yang dapat memahamiku? Apakah aku ditakdirkan menjadi insan yang harus selalu memahami orang lain, tanpa timbal balik yang setimpal? Sesederhana itu, Tuhan. Aku ingin hal sederhana itu, aku ingin seseorang yang dapat memahamiku.

Aku menghindari sebuah hubungan untuk menghindari pula rasa tak nyaman ini, malah berujung aku merasakannya kembali. Aku enggan untuk memulai memekarkan cinta, karena aku adalah si mawar itu yang indah namun penuh dengan duri. Aku takut dari sebuah hubungan bukanlah rasa sakit dari seseorang, atau kusutnya permasalahan. Tapi yang aku takutkan adalah duri dalam diriku yang mengoyak cinta darinya. Jujur saja, aku masih terdapat banyak kekurangan dan kebodohan dalam memahami dirinya. Aku paling sedih ketika dirinya bersedih karena perkataan maupun perlakuanku. Mengapa aku yang bodoh ini selalu melakukan kesalahan? Tidakkah kau belajar dari masa lalu?

Aku benci ketika aku pergi kemanapun, selalu terbayang sosoknya. Namun, aku yakin sosokku tidak pernah terpikirkan olehnya. Ini sangat tidak adil. Terkadang aku pun benci dapat mengingat semua hal-hal di masa lalu secara detail, sehingga aku dapat merasakan kembali pedihnya ketika seseorang membuatku tak nyaman.

Tuhan, take it or give it to me. Aku sudah tak tahan. Pintaku sangat sederhana, kalau dirinya bukan yang terbaik untukku, hantamlah, remukkanlah, dan patahkanlah sedahsyat-dahsyatnya hati ini. Bukan untuk membencinya, namun untuk mengikhlaskannya bisa berbahagia walau bukan denganku. Tuhan, di bulan Agustus ini, di tahun lalu, engkau pernah meremukkan hati ini sampai aku tak kuasa menahannya, bukan? Apakah di bulan ini pula aku akan diremukkan kembali untuk disadarkan?

Hmmm... Tidak, tidak. Tuhan, aku ingin menarik ucapanku.

Aku sadar, kodratmu sudah mengatur Keseluruhan. Segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Kalau begitu Tuhan, aku ingin Engkau memberi rasa ini hanya kepada orang yang tepat bagiku. Namun, jika Engkau merasa aku harus bertemu dan menaruh rasa kepada orang lain terlebih dahulu, tak mengapa. Jikalau begitu, aku hanya meminta kepada-Mu untuk dikuatkan diri ini dan aku terus dapat mendapatkan pembelajaran dari semua orang yang pernah aku temui, walau tidak bersama. Tuhan, jika mereka orang-orang yang aku temui telah mematahkan hatiku, maafkanlah mereka, jangan Engkau balas mereka, namun bahagiakanlah mereka. Cukup kuatkan saja diriku untuk belajar memaafkan dan mengikhlaskan.

Tuhan, jika aku harus melalui rasa lelah, pedih, luka dan sakit ini, tak mengapa, timpakan saja kepadaku sesuai benang takdir yang telah Engkau pintal, aku hanya minta ditabahkan dan disabarkan saja untuk dapat melewatinya. Cinta adalah anugerah-Mu, bukan? Limpahkanlah cinta kepadaku, walau itu lelah, namun aku tahu itu tetap saja anugerah yang harus aku jaga sebagai amanah-Mu. Akan ku gunakan cinta dari-Mu untuk mengasihi dan memberi kebahagiaan kepada orang-orang yang aku ingin kasihi dan bahagiakan, termasuk kepada wanita yang aku dambakan. Walaupun jika dirinya bukan untukku, tetap limpahkan saja cinta kepadaku, setidaknya cinta ini dapat membuat dia bahagia sampai tak terasa waktu berlalu dan dirinya pun bertemu orang yang tepat baginya. Pasti sakit, lelah, pedih, dan kecewa, namun aku tak peduli akan hal itu, Tuhan. Jangan pedulikan hati ini sudah tak berbentuk karena sering hancur, aku pun tak peduli karena aku ingin kebahagiaan ada di semua orang, walau aku tak mendapatkannya saat ini.

Tuhan, peliharalah kelebihan pada diriku yang sensitif dapat merasakan betul perasaan orang lain, tanamkanlah kepada diriku untuk dapat selalu memahami orang lain. Walau lagi dan lagi rasa sakit pasti menghampiri diriku, aku minta untuk diikhlaskan saja karena aku tak ingin mengharapkan apapun dari makhluk-Mu, aku hanya ingin kebahagiaan seutuhnya darimu.

Aku tekankan pada dunia, bahwa aku tidak peduli berapa kali terjatuh, berapa kali kau menyakitiku, berapa banyak hal yang dapat membuatku menangis, aku akan mencoba untuk mengulaginya lagi. Aku akan selalu percaya pada takdir. Aku juga selalu percaya kepada usahaku pasti suatu saat akan membuahkan hasil. Tunggu saja, walau tidak ada orang yang mendukungku, walau tidak ada orang memahamiku, walau tidak ada orang yang mencintaiku, aku akan tetap mendukung, memahami, dan mencintai dirinya. Baiklah, tulisan ini aku tutup dengan lagu yang berjudul sama dengan tulisan ini, lagu dari film La La Land. Lirik ini benar-benar mewakili prinsip dan nilai yang aku pegang, yaitu tetap melakukan hal yang sama secara berulang walau itu akan sangat menyakitkan.

sing with me

I remember she told us that she jumped into the river once, barefoot
She smiled
Leapt, without looking
And tumbled into the Seine
The water was freezing
She spent a month sneezing
But said she would do it again

Here's to the ones who dream
Foolish as they may seem
Here's to the hearts that ache
Here's to the mess we make

She told me
A bit of madness is key
To give us new colors to see

...

I trace it all back to then
Her, and the snow, and the Seine
Smiling through it
She said she'd do it again

Noteโ€‹

Akhirnya beres juga tulisan ini yang sudah draft dari tanggal 29 Juli. Hufttt, juli yang benar-benar penuh warna. Di awal sampai tiga perempat Juli sangatlah senang, karena aku dapat menghubunginya lagi, dan bisa menemuinya hehe. Tepat di tanggal 30 Juli, aku salah langkah. Tidak, bukan salah langkah. Tapi dirinya belum memahami pesanku dengan penuh. Ini hanya sebatas salah paham dan buruknya komunikasi yang aku lakukan (di dunia nyata ngomong suka belibet, di chat sama kusutnya, jadi weh salah tangkap). Yapp, mungkin karena dia sedang dalam period juga mungkin di awal bulan seperti kemarin-kemarin, jadi ya aku memakluminya dan memaafkannya. Jujur, marahnya dia elegan banget, bisa menyampaikan rasa marah dan kecewanya tanpa kata-kata kasar, dan tidak terlihat marah juga jika dilihat sekilas. Tapi, aku benar-benar terpuruk telah banyak menyakitinya di masa lampau karena ngilang lahh atau karena ini-itulah. Jujur, dari marahnya dia aku dapat belajar untuk dapat lebih baik lagi. Yaa, walaupun ke akunya juga nyesek sihh.

Ini pertama kali aku merasakan sakit hati yang benar-benar sakit. Benar-benar tak nyaman. Apalagi jika harus menyelesaikan masalah ini sambil menunggu dirinya pulang dari Semarang. Hmmm, satu hari kerja saja bak sebulan rasanya, apalagi harus menunggu 4-6 hari:). Tentu saja aku tak lega karena aku merasa mempunyai beban pikiran kepada dirinya yang telah aku sakiti. Sejak malam itu saja, aku bermimpi selalu mendapatkan masalah dengan dirinya. Chat ngga di-read, maklum lah sibuk. Ngga nyaman sih harus "digantung" masalahnya, tapi ya mesti gimana lagi. Emosi? Kesal? Jelas. Tapi, tak berarti aku harus melampiaskannya kepada dirinya, atau kepada orang lain. Ada masalah ngefek di kerjaan jadi lesu? Tidak, tidak boleh seperti itu. Aku harus tetap profesional menjalankan pekerjaan. Aku juga tidak boleh melampiaskan kekesalan pada dirinya. Cukup aku pendam saja dan luapkan pada diri sendiri dan dengan kesendirian. Dan jujur juga, dua hari ini aku kembali menangis karena wanita. Aarrggh udah lama ngga nangisin karena cewek, sekarang ngerasain lagi hahaha. Tak mengapa, aku hanya perlu untuk kuat untuk menghadapi ini sendirian. Selain nangis apa? Aku melakukan podcast di motor dan ngebut. Aku tak menyangka bahwa aku melakukan manuver yang berbahaya tadi pagi dan sore. Pas ngebut sihh haha hihi. Begitu macet dan lampu merah, tiba-tiba pengen nangis dan rasanya pengen pulang lagi. Hmmm... mood swing banget. Tapi, sekali lagi gapapa. Yang penting ga merugikan orang kan? Pokoknya harus selalu jadi orang baik dan tidak boleh menjadi jahat yaa. Tetap berlaku baik kepada siapapun walau orang itu pernah menyakiti kita. Allah, aku minta bimbing dan tunjukkanlah jalan yang terbaik. Aamiin. Kita tutup dengan mengucapkan selamat bulan Agustus dengan cerita baru, dan cheers.